Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat Hidroponik

Jadi petani modern di Jakarta biar cuan

Intinya Sih...

  • Petani modern di Jakarta, Kelompok Wanita Tani (KWT) D'shafa, berhasil meningkatkan perekonomian warga dengan tanaman hidroponik.
  • Kegiatan penghijauan dan penanaman sayuran dilakukan di area kecil samping Pasar Perumnas Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
  • D'shafa juga memproduksi olahan sayuran dan minuman sehat, serta membuka katering sebagai penunjang kebun tersebut.

Jakarta, IDN Times - Mungkin banyak orang berpikir bahwa di Jakarta, Kota Metropolitan yang mewah, padat penduduk, dan menjadi pusat segala pusat tidak ada petani yang dapat membuahkan hasil alam. Tidak ada lahan. Jakarta terlalu padat dengan gedung dan bangunan.

Namun siapa sangka, di Jakarta juga banyak petani yang kontribusinya tak bisa dipandang sebelah mata. Salah satunya D'shafa. Kelompok tani modern yang berlokasi di Duren Sawit, Jakarta Timur ini telah berkembang menjadi salah satu kelompok tani, memasok berbagai jenis sayuran untuk kebutuhan warga, resto, hingga pihak-pihak lainnya. Lebih unik lagi, D'shafa digawangi oleh para perempuan berhasil meningkatkan perekonomian warga sekitar yang bergabung dengan mereka.

Di sebuah area kecil di samping Pasar Perumnas Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kelompok Wanita Tani (KWT) D'shafa yang saat ini berjumlah 13 orang menjadi motor penggerak warga sekitar untuk menjadi petani sederhana lewat mekanisme tanam hidroponik.

Ya, keterbatasan lahan menjadi kendala sehingga bertani dengan hidroponik menjadi cara agar para warga tetap dapat berkarya. Tak hanya menanam sayuran secara hidroponik, kelompok tani ini juga berhasil mengolah hasil panen sayuran itu menjadi makanan siap konsumsi hingga bahan untuk masakan katering.

Baca Juga: Pertamina Grup Manfaatkan Energi Hijau untuk Komunitas Hidroponik

1. Dari kader jumantik ke hidroponik

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikKebun hidroponik di KWT D'shafa (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Haryati (43) adalah otak di balik lahirnya D'shafa. Berawal dari keterlibatannya sebagai kader jumantik di PKK, dia diajak untuk melakukan penghijauan di gang RW 05, Kelurahan Malakasari, Duren Sawit. Hal itu menjadikannya inspirasi untuk membangun dan mengembangkan D'shafa hingga merambah ke bisnisnya.

"Awalnya tahun 2018, berawal dari gang hijau. Kami melakukan penghijauan di gang dan mendapatkan penghargaan tingkat nasional. Di situlah kami mulai semangat lagi bagaimana caranya agar apa yang kita tanam itu bisa menghasilkan sesuatu," kata Haryati kepada IDN Times, ditemui di Malakasari Edufarm, Duren Sawit, Jakarat Timur.

Saat itu, kata dia, penghijauan dilakukan dengan menanam sayuran dan tanaman obat keluarga (toga) seperti kunyit, jahe, serai, dan lainnya. Namun, dia juga mempunyai ide untuk memproduksi dan menjual olahan dari sayuran yang ditanam tersebut.

"Itu tidak mungkin saya lakukan sendiri, akhirnya saya ajak warga untuk bergabung sama kelompok wanita tani. Akhirnya kami beri nama  KWT D'shafa," kata dia.

Bersama kelompok itu, pihaknya mencoba menanam tanaman-tanaman herbal dan sayur secara hidroponik. Tujuannya, dia ingin ada manfaat untuk lingkungan yang bisa didapatkan dari tanaman tersebut. Tidak hanya manfaat secara kebutuhan tetapi juga ekonomi.

Baca Juga: Mahasiswa KKN Unila Latih Warga  Tanam Sayuran Metode Hidroponik

2. Berkembang saat pandemik COVID-19

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikKebun hidroponik di KWT D'shafa (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Haryati mengatakan, kegiatan yang dirintisnya itu mulai berkembang saat pandemik COVID-19 melanda. Hal itu karena banyaknya warga yang tinggal di rumah akibat penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan tidak ada kegiatan yang dilakukan.

"Akhirnya kami mencoba mengajak masyarakat untuk menanam. Dengan kami cari lokasi, kebetulan waktu itu ada lahan tempat pembuangan sampah, kemudian kami coba untuk olah kita rapikan di depan SMA 44 yang sekarang ini menjadi kebun angel. Di situ tadinya kebun KWT," kata dia.

Kegiatan di lokasi itu dimanfaatkan para bapak hingga saat ini. Namun saat ini kegiatan yang dilakukan adalah budidaya ikan. Pihaknya juga mendapat lahan di Masjid Baiturrahim dengan beberapa kegiatan yang dilakukan adalah menanam, mengolah, dan menghasilkan produk dari yang ditanam.

Sebab kegiatan semakin padat, pihaknya juga ingin mencari tempat yang sekaligus menjadi pusat kegiatan edukasi hidroponik. Akhirnya didapatkan lahan yang saat ini menjadi Malakasari Edufarm yang berada tepat di samping Pasar Perumnas Klender usai bersurat kepada kelurahan.

"Kami diberikan oleh Pak Lurah untuk memakai lahan ini sebagai tempat untuk mengeksplor apa yang menjadi kegiatan-kegiatan KWT. Inilah akhirnya kami membuat namanya Malakasari Edufarm yang bergabung di P4S D'shafa," kata dia. 

3. Menanam sayuran hingga produksi katering

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikDapur katering di KWT D'shafa (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Banyak kegiatan yang dilakukan di D'shafa. Mereka yang berkegiatan di D'shafa rata-rata ibu rumah tangga yang mayoritas merupakan janda dan tidak punya pendapatan. 

Setelah sebelumnya menanam toga, memasarkan pembibitan, hingga pascapanen berupa olahan dan minuman, D'shafa kemudian menanam sayuran yang dipanen sekitar 1-2 bulan setelah tanam atau tergantung jenis tanamannya. 

"Kami menanam sayuran seperti seledri, pegagan, daun kale, pakcoy. Terus ada kangkung, ada bayam Brasil, mint, dan sayuran-sayuran lain," kata dia.

Sayuran-sayuran itu kemudian dijual kepada para mitra yang telah memesan sebelumnya.  Untuk mendapatkan mitra pembeli pun bukanlah hal yang mudah. Haryati harus berusaha keras meraih pasar sehingga mendapatkan mitra yang menjadi pelanggan setia. Awalnya, Haryati kerap menjual hasil panen secara eceran dengan menjajakan etalase hidroponik di Pasar Perumnas Klender.

Berkat kegigihannya mencari pelanggan, mengikuti berbagai pameran, dan pelatihan dari banyak sumber, Haryati berhasil mendapatkan mitra tersebut. D'shafa pun tumbuh menjadi kelompok tani yang berkembang dan menghasilkan hingga memiliki tempat sendiri yang diberi nama Malakasari Edufarm.

Haryati mengatakan, Malakasari Edufarm tersebut merupakan etalase dari D'shafa. Di sana, seluruh produk yang dihasilkan D'shafa bisa dilihat. Mulai dari kebun hidroponik, hasil olahan tanaman hidroponik, hingga rumah produksi untuk katering.

Saat ini untuk pesanan-pesanan skala besar, pihaknya memiliki mitra di tempat lain seperti di Pondok Kelapa dan beberapa lokasi di Jakarta Barat dan Utara.

Selain itu, pihaknya juga membuka katering sebagai penunjang dari kebun tersebut. Hal itu karena pada awalnya dia hanya bergantung kepada kebun yang hasilnya tidak bisa memenuhi kebutuhan kebun. 

"Dari kebun saya, bagaimana caranya, apa yang kita tanam itu harus keluar, tapi yang harus menjadi nilai lebih. Contohnya selada, selada saya harus keluar, tapi bukan dijual dalam bentuk sayuran gitu lho, tapi bisa kita produksi ke situ kan nilainya akan menjadi lebih ketimbang saya beli lagi keluar," ujar dia.

Katering-katering itu pun mendapat pesanan dari beberapa pihak seperti Dinas Kesehatan dan puskesmas yang membutuhkan menu sehat untuk program pencegahan stunting.

Sementara, produk olahan yang berhasil diproduksi berupa makanan ringan seperti keripik seledri, keripik jagung, keripik bayam, kentang mustopa, dan beberapa jenis makanan lainnya. Produk keripik-keripik itu, kata Haryati, dijual seharga Rp15 ribu dan dipasarkan secara offline dan online. 

"Kami pasarkan di online juga ada, media sosial ada. Kami ada mitra juga, langganan yang di Papua dan Bali. Reseller juga kami ada," kata dia.

Baca Juga: DPRD DKI Usul Perpanjang Masa Jabatan Heru Budi Sebagai Pj Gubernur

4. Menggagas satu RT menanam satu tanaman obat keluarga

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikTanaman obat keluarga (toga) yang dihasilkan di KWT D'shafa. (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Haryati juga menggagas program Kampung Toga (tanaman obat keluarga) di RW 05 Malakasari. Dari 16 RT yang ada di RW tersebut, kata dia, pihaknya sudah membagi-bagi per RT tanaman toga yang harus ditanam sesuai unggulan masing-masing.

Paling tidak, ujar Haryati, setiap RT bisa mendapatkan kas dari tanaman yang ditanam di teras rumah mereka. Seperti  RT 01 menanam kunyit, RT 02 sereh, dan RT lainnya jahe serta tanaman herbal lainnya

"Nantinya mereka akan mendapatkan hasil pascapanennya menjadi produk yang produk tersebut akan kolaborasi dengan P4S D'shafa di sini untuk dibantu pemasarannya," kata dia.

Adapun toga yang ditanam Haryati pada awal merintis adalah daun pegagan. Sembari menanam, saat itu ia juga menyosialisasikan cara menanam hingga manfaatnya kepada warga setiap ada kegiatan PKK, arisan, dan lainnya.

5. Bantuan dari pemerintah dan perusahaan swasta hingga berhasil dapat penghargaan

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikPenghargaan yang didapat Haryati dalam pengelolaan KWT D'shafa (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Demi kegiatannya bisa tetap berjalan dan berkelanjutan, Haryati rajin mengikuti berbagai pameran dbaik yang digelar pemerintah maupun swasta. Dia juga kerap mengikuti pelatihan hingga akhirnya mendapat bantuan dari berbagai pihak, salah satunya dari Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) pada 2022 setelah pandemik COVID-19 berakhir.

Haryati mengatakan, sebelum mendapat pelatihan dari YDBA, dirinya masih kebingungan dan tidak bisa mengatur bagaimana cara menangani produk-produk yang dihasilkan. Tidak hanya diajarkan ilmu menghasilkan produk yang baik, tapi juga ilmu dalam pengelolaan bisnis.  

"Dulu masih berantakan semuanya, saya tidak tahu cara, alur manajemen yang benar, bagaimana cara mengajukan proposal yang bagus, sampai ke kemasan kita juga diajarkan. Banyaklah pokoknya kami belajar," kata dia.

Dikutip dari situs resmi, YDBA merupakan program corporate social responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang memberikan program pelatihan, pendampingan, pemasaran, dan pembiayaan untuk mendorong UMKM mandiri.

Haryati mengatakan, dirinya sangat terbantu dengan bantuan tersebut karena membuat produk-produk yang dihasilkannya semakin berkembang dari berbagai sisi. Hal itu membuat D'shafa semakin memiliki banyak mitra untuk bekerja sama sehingga dari sisi ekonomi pun turut meningkat.

Selain itu, kata Haryati, pada awal merintis, pihaknya juga mendapat binaan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertaninan (KPKP) DKI Jakarta dalam hal pembibitan. 

Haryati merasa senang karena dari urban farming, usahanya bisa merambah ke bidang lain seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan kuliner. Ia memilih urban farming karena ke depannya akan mencakup keseluruhan yang dapat memperbaiki ekonomi. Hal itu pun sudah terbukti.

"Urban farming itu bisa dari segi kesehatan, segi lingkungan hidup dan kuliner. Bahkan juga segi pendidikan. Jadi di urban farming itu sasarannya luas, dari kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, bahkan dari ketenagakerjaan itu berjejaring. Akhirnya ya itulah kita mulai menanam, mengolah, memasarkan memproduksi, dan memberikan edukasi," kata dia.

Selain menanam, mengolah, dan memproduksi, Haryati juga kerap memberikan edukasi dan bimbingan tentang urban farming kepada kelompok-kelompok tani lain dan anak sekolah. Termasuk warga-warga yang ingin memperbaiki perekonomiannya dengan berwirausaha.

Berbagai upaya Haryati itu pun membuatnya diganjar penghargaan dari berbagai pihak, termasuk Ibu Negara. Penghargaan itu diberikan dalam rangka Hari Kartini 2024.

"Sebenarnya untuk mencapai tahap situ tidak langsung dapat begitu saja, semuanya perlu proses dan saya sendiri pun tidak mengharapkan untuk mendapatkan, tapi mungkin itu apresiasi dari luar," kata dia.

Namun bagi dia, melalui kegiatan yang dilakukan tersebut, mereka yang tidak berpenghasilan harus berpenghasilan dan bisa menambah serta memperbaiki perekonomiannya. 

6. Harapan menolong lewat D'shafa

Bertani dalam Keterbatasan Lahan di Jakarta Lewat HidroponikProduk olahan dari KWT D'shafa (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Haryati pun berharap, lewat KWT D'shafa yang digagasnya, keluhan masyarakat sekitar tentang perekonomian bisa dibantu. Dia berharap bisa menggandeng seluruh warga dari anak sampai lansia.

"Apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di luar sana ada di tempat kami. Mulai dari penghijauan, tentang kebermanfaatan dari tanaman yang kita tanam. Terus pascapanennya. Dari segi kesehatannya kami bisa melayani permintaan untuk balita, lansia," kata dia.

Dia juga ingin D'shafa menjadi tempat menimba ilmu bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa yang tertarik dengan urban farming. Dengan begitu, maka akan tumbuh petani-petani milenial dengan metode yang lebih modern.

Lebih lanjut, ia juga berharap ada kerja sama dengan Dinas Pendidikan agar bisa memberikan pelatihan dan ilmu bagi murid sekolah tentang urban farming. Hal itu juga sekaligus untuk menumbuhkan generas penerus petani.

"Bahwasannya bertani itu tidak kotor. Ternyata ada nilai cuan yang gede, tapi karena tidak tahu caranya, ayo kita sama-sama belajar di sini. Terapkan di luar sana dan semoga masyarakat yang ada di sekitar kami ini terus men-support," ucap dia.

Baca Juga: Cawagub DKI Kun Wadana: UMKM Pilar Utama Ekonomi Jakarta

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya