Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, Bakiak

Lomba panjat pinang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda

Jakarta, IDN Times - Pada Sabtu, 17 Agustus 2024, Indonesia akan memasuki usianya yang ke-79 tahun. Setiap 17 Agustus, biasanya sering kali diperingati dengan beragam perlombaan. Namun tak banyak yang tahu ada makna tersirat dalam setiap perlombaan tersebut.

Lantas, sejak kapan perlombaan 17 Agustus dilakukan? Dan apa saja makna dari masing-masing lomba seperti makan kerupuk, tarik tambang, balap karung, bakiak, panjat pinang? Berikut ulasan selengkapnya yang telah dirangkum IDN Times dari berbagai sumber.

1. Sejarah lomba 17 Agustus pertama kali digelar pada 1950

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, BakiakIDN Times/Muhamad Iqbal

Meski Indonesia merdeka pada 1945, perlombaan 17 Agustus baru dimulai pertama kali pada 1950. Pada tahun tersebut, intensitas pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan mulai menurun.

Selain sebagai wadah hiburan, perlombaan 17 Agustus juga dimaknai untuk merayakan kemenangan para pejuang, yang telah berjuang untuk bangsa Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Permainan Panjat Pinang, Penuh Filosofi dan Kontroversi

2. Makna lomba makan kerupuk

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, BakiakWakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak dan istrinya, Arumi Bachsin saat lomba makan kerupuk virtual. IDN Times/Dok. Pemprov Jatim

Lomba makan kerupuk menjadi lomba yang tak pernah terlewat dalam setiap perayaan 17 Agustus. Ternyata, ada makna mendalam dari lomba tersebut. Pada masa perjuangan, masyarakat Indonesia makan apa adanya, yakni dengan kerupuk.

Meski hanya makan kerupuk, mereka semua tetap semangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

3. Makna lomba balap karung

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, BakiakIlustrasi lomba 17 Agustusan (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Lomba balap karung juga menjadi wujud perayaan atas kemerdekaan Indonesia. Saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan, masyarakat pribumi dahulu kala hanya menggunakan pakaian sederhana.

Pakaian itu terbuat dari karung goni, plastik ataupun bahan karet. Hingga saat ini, lomba balap karung tetap eksis untuk diperlombakan.

4. Makna lomba tarik tambang

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, BakiakIlustrasi lomba tarik tambang (denpasarkota.go.id)

Tarik tambang merupakan lomba yang membutuhkan dua tim yang saling berhadapan, sambil memegang seutas tali tambang. Kedua tim itu akan saling tarik menarik atau adu kekuatan, untuk melewati batas garis yang telah ditentukan.

Nah, ternyata mempunyai makna tarik tambang merupakan tentang persatuan dan kekuatan bersama, guna melawan penjajah.

5. Makna lomba bakiak

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, Bakiak(Terpidana Rudi Rubiandini tengah mengikuti permainan bakiak di Lapas Sukamiskin) ANTARA FOTO/Agus Bebeng

Lomba tradisional lainnya adalah bakiak. Bakiak berbentuk seperti sandal dengan ukuran panjang. Biasanya, bakiak akan diisi dua sampai tiga orang. Mereka harus kompak agar bisa menjadi yang tercepat.

Perlombaan ini juga tak lepas dari makna lomba bakiak atas kemerdekaan Indonesia. Pesan yang ingin disampaikan adalah, gotong royong untuk mencapai kemerdekaan.

6. Makna lomba panjat pinang

Makna dari Lomba Makan Kerupuk, Tarik Tambang, Balap Karung, BakiakIDN Times/Fariz Fardianto

Panjat pinang adalah perlombaan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Perlombaan ini dulunya dikenal sebagai de Klimmast, yang memiliki arti ‘memanjat tiang’. Pada masa itu panjat pinang biasa diadakan setiap 31 Agustus untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina.

Tidak hanya itu, masyarakat Belanda juga mengadakan lomba ini saat mereka memiliki acara penting seperti pernikahan, hajatan, dan lain-lain. Dulu para penjajah memasang batang pohon pinang yang telah dilumuri minyak atau oli di sebuah tanah lapang.

Bedanya pada masa itu hadiah yang diperebutkan adalah bahan pokok seperti beras, roti, gula, tepung, dan pakaian. Barang tersebut adalah sebuah kemewahan bagi masyarakat Indonesia yang saat itu hidup serba kekurangan.

Sementara masyarakat Indonesia bersusah payah memanjat dan meraih hadiah, orang-orang Belanda hanya menonton dari bawah. Mereka menganggap hal ini sebagai lelucon dan menertawakan ketika ada orang yang terjatuh.

Banyak orang menganggap bahwa panjat pinang hanya membawa kenangan buruk di masa penjajahan. Namun tidak sedikit yang menilai bahwa, panjat pinang diadakan untuk meneladani perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Selain itu, ada beberapa nilai yang bisa diambil yaitu kerja sama, semangat, dan pantang menyerah untuk meraih sesuatu.

Baca Juga: [INFOGRAFIS] 10 Fakta Kelam Sejarah Panjat Pinang, Lomba 17 Agustusan

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Mohamad Aria

Berita Terkini Lainnya