TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Strategi Marshel Widianto Menangkan Pilkada Tangsel Meski Dicibir

Marshel fokus gaet suara pemilih berpendidikan di bawah S1

Marshel Widianto (instagram.com/marshel_widianto)

Intinya Sih...

  • Marshel fokus gaet suara pemilih berpendidikan di bawah S1
  • Analisis menunjukkan Marshel punya popularitas tinggi, tapi tipis peluangnya untuk menang
  •  

Jakarta, IDN Times - Peneliti Data and Democracy Research Hub, Bimantoro Kushari, mengungkap karakteristik sebaran dukungan duet Ahmad Riza Patria dan Marshel Widianto di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel).

Bimantoro menilai, majunya Marshel di Tangsel yang menuai kontroversi menunjukkan adanya fenomena paradigma yang berlawanan antara kepantasan dan kemenangan.

Menurut dia, Marshel sebenarnya tidak memenuhi aspek cara pandang kepantasan. Sebab tidak memiliki rekam jejak yang positif sebagai pemimpin maupun tokoh publik.

"Yang namanya calon pemimpin harus punya track record yang oke dalam mengurus masalah publik. Kalau pun gak punya pengalaman tersebut, setidaknya dia dinilai punya attitude yang layak. Marshel dinilai gak memenuhi aspek-aspek tersebut," katanya kepada IDN Times, Senin (15/6/2024).

Namun di sisi lain, Marshel memenuhi aspek dari paradigma kemenangan. Berlawanan dengan cara pandang kepantasan, cara pandang ini fokus pada 'yang penting menang.'

"Untuk menang, harus punya elektabilitas. Untuk punya elektabilitas, harus punya popularitas. Marshel punya hal ini," jelas dia.

Baca Juga: Profil Marshel Widianto, Komika yang Maju Pilkada Tangsel

1. Marshel dekati pemilih dengan karakteristik pendidikan di bawah S1

Marshel Widianto (instagram.com/marshel_widianto)

Menurut analisisnya, dengan mengusung Marshel yang popularitasnya tinggi, tidak menjamin bisa memenangkan kontestasi Pilkada Tangsel.

"Secara data, saya melihat memang ada peluang, tapi tipis," tutur Bimantoro.

Ia memprediksi, Marshel akan berupaya mendekati pemilih dari kalangan berpendidikan di bawah sarjana (S1). Dengan sebaran populasi kunci basis suara di Pondok Aren dan Pamulang.

"Lalu kita lihat sebaran pendidikannya, Marshel akan incar pemilih dengan rentang pendidikan tidak bersekolah sampai SMA," ucapnya.

"Di sinilah peluang besar Marshel Widianto untuk dapat suara. Jarak antara pemilih dengan pendidikan tinggi dan tidak di Tangsel besar banget," sambung Bimantoro.

Baca Juga: Marshel Widianto Tanggapi Kritikan Artis Soal Pencalonannya di Pilkada

2. Postur usia pemilih jadi masalah bagi Marshel

Ilustrasi calon kepala daerah jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sementara dari segi postur usia, popularitas Marshel diprediksi akan lebih besar di pemilih dengan rentang usia 17 sampai 30 tahun.

Namun yang jadi masalah, Tangsel punya postur usia pemilih yang cenderung merata. Artinya, apabila Marshel memenangkan pemilih di rentang usia tersebut, masih banyak pemilih di kategori usia lain yang mungkin tidak memilih.

"Anggaplah Marshel memenangkan hati pemilih 17 sampai 30. Masih banyak pemilih yang mungkin gak milih dia," jelasnya.

Baca Juga: Ditanya Program buat Tangsel, Marshel: Saya Jawab Nanti di Part 2

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya