Rusia Batal Buka Pasokan Gas, Eropa Terancam Musim Dingin Ekstrem
Ukraina menilai Rusia sedang memeras negara di Eropa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rusia dikabarkan membatalkan rencana dibukanya pasokan gas ke sejumlah negara di Eropa. Akibatnnya, banyak negara di Eropa yang akan kesulitan dan mengalami musim dingin ekstrem.
Sebagaimana diketahu, di antara negara-negara Eropa, Jerman jadi salah satu negara yang sangat bergantung pasokan gas Rusia. Oleh sebab itu, Jerman telah mempersiapkan pemotongan pasokan gas, serta memperingatkan warga untuk mengurangi konsusmsi energi.
Selain itu, Kanselir Inggris Nadhim Zahawai, mengkritik keras sikap Rusia. Bahkan, Zahawai juga mengutuk keras kebijakan Rusia yang mengambil keuntungan di tengah harga minyak dunia yang melonjak.
“Putin tidak dapat mengambil untung dari harga minyak yang terlalu tinggi dan tentu saja, langkah tersebut melindungi kita semua dari guncangan harga minyak tahun depan dan seterusnya,” ujar Nadhim, dilansir Sky News, Senin (5/9/2022).
Baca Juga: Kunjungi Kiev, 4 Pemimpin Eropa Ini Dukung Ukraina Gabung Uni Eropa
Baca Juga: Deretan Mobil Rusia Ini Gak Kalah Sama Mobil Eropa dan Jepang
1. Harga gas dunia bakal semakin mahal
Selain menuai polemik jelang musim dingin yang meyulitkan negara-negara di Eropa, batalnya pembukaan kembali pasokan gas itu diprediksi akan semakin mendongkrak harga gas dunia. Padahal, secara total harga gas telah melonjak hingga menginjak 400 persen sejak tahun lalu.
Tentunya, kondisi ini bisa menambah kesengsaraan dunia bisnis di Eropa, mengingat tingginya tingkat ketergantungan terhadap pasokan gas dari Rusia. Sementara, meski intensitas penjualan gas menurun, Rusia dilaporkan masih mampu menghasilkan 600 juta euro.
Keuntungan itu mereka dapat dari aktivitas penjualan minyak akibat harga minyak dunia yang meroket tajam, yang salah satunya dipicu invasi Rusia ke Ukraina.
Editor’s picks
Baca Juga: Inflasi Rusia Tak Terkontrol, Rusia Defisit Anggaran Rp259 Triliun