TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Partai Ummat Sentil Bawaslu Berani Tindak PDIP soal Amplop di Masjid

Partai Ummat menilai politik transaksional merusak bangsa

Partai Ummat (partaiummat.id)

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya buka suara terkait viralnya video aksi politikus PDI Perjuangan (PDIP) bagi-bagi amplop di masjid.

Amplop tersebut terlihat berwarna merah khas PDIP lengkap dengan lambangnya. Selain itu, juga ada foto politikus PDI Perjuangan Said Abdullah. Berdasarkan unggahan warganet, isi amplop tersebut diduga berisi uang ratusan ribu.

Baca Juga: Viral Bagi Amplop di Masjid, Politikus PDIP Said Abdullah: Ini Zakat

1. Partai Ummat pertanyakan keberanian Bawaslu tindak PDIP

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Terkait video bagi-bagi amplop berisi uang di tempat ibadah tersebut, Mustofa mempertanyakan keberanian Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menegur pihak-pihak yang terlibat.

Mengingat, dalam unggahan yang beredar, sudah sangat jelas identitas di balik kegiatan tersebut.

"Kita penasaran, apakah Bawaslu akan menegur pelaku? Di sini bahkan jelas, ada gambar partai, ada gambar politikusnya. Bahkan uang pecahan Rp100 ribu, ada beberapa lembar terlihat dalam video," kata dia kepada IDN Times, Senin (27/3/2023).

2. Politik transaksional merusak bangsa

Ilustrasi transaksi (IDN Times/Aditya Pratama)

Mustofa mengakui, sering menemukan fenomena serupa. Bahkan hampir terjadi di setiap kontestasi politik, seperti pemilu dan pilkada. 

"Saya rasa, warna dan nuansa amplop beserta gambar partai politiknya juga mirip. Mereka tampaknya satu ideologi dan satu komunitas," ucap dia.

Mustofa menuturkan, perilaku semacam ini sangat berbahaya bagi demokrasi di Indonesia. Menurutnya, kegiatan politik uang tidak bermartabat, beradab, dan beretika. 

"Lagi-lagi praktik politik transaksional terulang," tutur dia.

Lebih lanjut, Mustofa menegaskan, partai besutan Amien Rais ini akan tetap menjaga martabat partai dengan tidak menggunakan politik uang. Politik sistem transaksional hanya melahirkan pemimpin dan janji palsu.

"Kalau pun ada pemimpin yang bisa dimenangkan oleh uang, kami berani yakinkan bahwa regenerasi kepemimpinan mereka, hanya akan menghasilkan kader rusak dan tak memiliki gairah membangun negerinya," jelas dia.

"Mereka hanya akan menjadi penjual bangsa, kepada kepentingan asing semata, dan keuntungan dari sistem politiknya, hanya akan menguntungkan kelompoknya saja," imbuh Mustofa.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya