Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Sejumlah artis ternama dipercaya jadi tim sukses (timses) untuk memenangkan kandidat di Pilkada Serentak 2024.
Keberadaan artis sebagai figur populer di kalangan masyarakat ini diharapkan bisa mendongkrak elektoral pemilih.
Sebut saja komedian Lies Hartono alias Cak Lontong yang dipilih jadi Ketua Timses pasangan calon Pramono Anung dan Rano Karno di Pilkada DKI Jakarta.
Selain itu, ada pula pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, Andra Soni-Dimyati yang mempercayakan selebriti kenamaan Raffi Ahmad menjadi ketua timsesnya.
Lantas seberapa besar pengaruh artis gabung timses?
Baca Juga: [WANSUS] Kata Ahli soal Ridwan Kamil Ngide Hunian untuk Anak Muda
1. Bagian dari upaya meraih perhatian publik
Cak Lontong (instagram.com/caklontong) Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai, dipilihnya artis masuk tim pemenangan kandidat adalah untuk menarik perhatian publik.
Namun ia meyakini, keberadaan artis di timses itu tak menjamin kemenangan peserta pilkada karena pemilih cenderung melihat figurnya.
"Saya pikir itu bagian dari upaya untuk meraih perhatian publik lebih cepat lewat penunjukkan para seleb itu jadi ketua timses," kata dia kepada IDN Times, Kamis (12/9/2024).
Baca Juga: Tim Prabowo: Susu Sapi Memungkinkan Diganti Susu Ikan
2. Ada perbedaan perilaku pemilih di pileg dan pilkada
Ilustrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa) Senada dengan Wasisto, Pengamat Politik dari lembaga Proximity Indonesia, Whima Edy Nugroho, menilai, secara umum keterlibatan artis sebagai timses dalam Pilkada 2024 hanya untuk mempermudah proses sosialisasi kandidat yang didukung.
Ia menegaskan, tidak relevan jika artis yang gabung timses tersebut efektif dalam mendongkrak elektabilitas kandidat.
"Tingkat elektabilitas kandidat akan sangat bergantung pada track record dan latar belakang kandidat sendir. Termasuk terkait kinerja kandidat atau program yang ditawarkan kepada pemilih," ucapnya saat dihubungi.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Meski banyak dari kalangan artis yang berhasil memenangkan Pileg 2024 lalu, namun mereka dianggap belum tentu manjur saat ditugaskan jadi timses.
Whima Edy menyebut, ada perbedaan perilaku pemilih dalam memilih kandidat legislatif dan kepala daerah. Saat pileg, faktor popularitas menjadi cukup penting karena pemilih dihadapkan pada pilihan kandidat yang lebih banyak, selain itu interaksi langsung antara pemilih dan kandidat pada pileg tidak sering terjadi.
"Sementara pada pilkada, pemilih akan memilih kepala daerah yang akan memimpin daerahnya, pemilih pada umumnya akan memilih kandidat yang benar-benar diketahui track record atau kinerjanya, pemilih juga lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan calon kepala daerahnya," kata dia.
Baca Juga: Sesal Ketua Komisi II DPR Perjuangkan Anggaran KPU: Gayanya Jadi Mewah