TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Herman Khaeron Usul Diversifikasi Masuk Program Ketahanan Pangan

Usul mengganti susu sapi dengan susu ikan dinilai bagus

Anggota Komisi VI DPR RI sekaligus Ketua DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi VI DPR RI sekaligus Ketua DPP Partai Demokrat, Herman Khaeron, mengusulkan agar diversifikasi atau keberagaman variasi pangan masuk dalam program presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Hal tersebut disampaikan Herman usai mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) atas bukunya berjudul ‘Pangan dalam Perspektif Sistem Diversifikasi Kedaulatan dan Peradaban Indonesia’.

Buku yang berisi penelitian saat dirinya menempuh S3 itu membahas situasi dan kondisi ketahanan pangan di Indonesia saat ini. Herman membahas berbagai permasalahan mengenai harga pangan yang tinggi, ketersediaan yang kurang, hingga kemampuan daya beli masyarakat.

Herman mengatakan, pembangunan efektivitas pertanian sebenarnya sudah diamanahkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam UU tersebut dibahas mengenai cita-cita pangan menuju kedaulatan, kemandirian, ketahanan, dan keamanan pangan.

"Indonesia kita ini memiliki pangan yang beragam. Pangan yang sesungguhnya tidak bergantung terhadap beras. Ada tiga strategi utama, intensifikasi, kemudian ekstensifikasi perluasan lahan, dan diversifikasi saya bahas dalam buku ini. Diversifikasi penting, tanpa diversifikasi hanya menjadi impian belaka untuk bisa menuju kepada kemandirian dan kedaulatan pangan," ucapnya di Perpusnas, Jakarta Pusat, Rabu (18/9/2024).

Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Bantuan Pangan Beras 23,6 Juta Kg di Papua

1. Konsep diversifikasi perlu dikembangkan

Ilustrasi memisahkan pangan matang dan mentah (Pexels.com/Katerina Holmes)

Herman menilai, konsep diversifikasi perlu dikembangkan sebagai salah satu cara mewujudkan ketahanan pangan. Meski mengusulkan gagasan tersebut, namun ia sepenuhnya menyerahkan kepada pemerintah, apakah akan diakomodir atau tidak.

"Nah, kalau tadi dikatakan (disodorkan) pemerintah, ya tergantung pada pemerintah. Tetapi bagi saya, yang pernah memimpin Komisi IV selama 8 tahun, rasa-raeanya, konsep ini dulu dikembangkan dengan deras, meski terbatas dalam bidang anggaran, pelaksanaan program, dan pada area-area tertentu. Namun tentu ini bisa dijadikan program nasional," tuturnya.

Baca Juga: Kandungan Susu Ikan, Setara dengan Susu Sapi?

2. Sudah ada Perpres terkait diverifikasi

ilustrasi tepung sagu (pixabay.com/Arisara_Tongdonnoi)

Selain itu, Herman menjelaskan, konsep diversifikasi pangan juga sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.

Ia menganggap, sudah saatnya keanekaragaman pangan kembali diterapkan dan diperjuangkan di Indonesia.

"Saya kira ini sudah memulai bahwa sesungguhnya ini adalah cara tepat mengembalikan. Pagi-pagi kita cukup makan singkong, ubi dengan khas kelokalannya. Dan makan siang mungkin boleh lah nasi. Makan malam bisa diganti dengan komoditas lain," ucap dia. 

Keberagaman pangan bisa diterapkan, salah satunya dengan menerapkan makanan asli di daerah tersebut. Misalnya di Papua dan Maluku yang memang dikenal sebagai penghasil sagu.

"Kita kembalikan dengan sagu. Caranya bagaimana? Kita bisa kembalikan dengan sentuhan teknologi. Tidak lagi dengan papeda tapi bisa saja dibuat dalam beras analog, yang dimasak seperti beras, menjadi nasi. Ini banyak cara yang dengan berbagai sentuhan teknologi itu bisa dilakukan," imbuh dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya