TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bom Sibolga, Kenapa Istri Abu Hamzah Lebih Militan?

Bom di Sibolga tidak jauh berbeda dari bom Surabaya

IDN Times/Istimewa

Surabaya, IDN Times - Drama terorisme di Sibolga, Sumatera Utara kembali menyita perhatian publik. Kepolisian memastikan Husain alias Abu Hamzah beserta istrinya merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok teroris yang berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam Irak-Suriah (ISIS). Merekalah pemilik bahan peledak 300 kilogram yang baru saja ditemukan oleh Densus 88.

“Jadi mereka ini sudah kena paham ISIS. Kelompok mereka sudah dijejaki Tim Densus 88,” kata Kapolri Tito Karnavian usai bersilaturahmi di Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Selasa (12/3) lalu.

Tidak kalah menarik, ternyata paham radikalisme istri Abu Hamzah jauh lebih mendalam daripada si suami.

“AH sampaikan kepada Densus, kalau istrinya lebih keras (pemahaman radikal) dibandingkan dirinya sendiri, negosiasi selama 10 jam tidak berhasil dan (istrinya) nekat meledakkan diri,” ujar Karopenmas Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo. Kira-kira apa yang mendasari paham radikalnya begitu mengakar?

Baca Juga: Wiranto: Bom Sibolga Tidak Ada Kaitannya dengan Pemilu

1. Kiamat akan datang sebentar lagi

IDN Times/Vanny El Rahman

Beberapa saat lalu, IDN Times melakukan wawancara eksklusif dengan Sidney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC). Ihwal bom Surabaya, 13 Mei 2018 lalu, Sidney meyakini bila narasi akhir zaman menjadi motif utama tersangka. Mereka yakin kiamat sudah dekat. 

“Kenapa bom Surabaya melibatkan anak dan istri, karena mereka yakin bahwa dunia akan berakhir dalam waktu dekat. Mereka ingin semacam jaminan bahwa semuanya bisa masuk surga. Tentu pengajian saja tidak cukup. Jadi mereka mau melakukan amaliyah supaya mati syahid,” ulas dia.

Keduanya, pelaku bom Surabaya dan Sibolga, merupakan anggota JAD, kelompok radikal yang dikepalai Aman Abdurrahman. Tidak menutup kemungkinan motif ini juga mendasari istri Abu Hamzah nekat meledakkan diri bersama anaknya. Dia ingin bersama anaknya masuk surga tanpa hisab, tanpa tanya-jawab dengan malaikat, langsung cus.

Alih-alih menyerahkan diri kepada polisi yang dianggap thagut, istri Abu Hamzah lebih memilih untuk menghabisi nyawanya sendiri.

2. Frustated traveler, ingin berjihad tapi gagal ke "medan perang"

IDN Times/Hendra Simanjuntak

Alasan berikutnya, bisa jadi Abu Hamzah sekeluarga merupakan frustated traveler. Istilah tersebut merujuk kepada para militan yang frustasi karena ingin berjihad di Suriah, namun mereka kesulitan untuk tiba di “medan jihad”.

Apakah mereka tertangkap di Timur Tengah atau tidak bisa keluar dari Indonesia, yang jelas mereka sudah berniat untuk pergi.

"Harus ada program khusus kepada para deportan. Kenapa? Karena mereka orang yang ingin bergabung dengan ISIS, tapi tidak jadi karena tertangkap lalu kembali ke Indonesia. Walau tidak semua, namun ada sebagian dari mereka yang frustasi dan masih ingin melakukan amaliyah di Indonesia,” tambahnya.

3. Terhasut ujaran kebencian

IDN Times/Hendra Simanjuntak

Selanjutnya, Sidney juga menggarisbawahi problem krusial fenomena radikalisme di Indonesia. Menurutnya, negara ini belum memiliki regulasi soal larangan dakwah bagi da’i yang memiliki paham radikal. Harus ada batasan yang jelas antara hasutan dengan ujaran kebencian.

Dia memaparkan, “bagaimana zaman Suharto ada banyak batasan tentang kebebasan bereskspresi. Banyak orang melihat kalau da’i dilarang, misalnya mendukung negara Islam Indonesia. Bahwa itu menjadi pelanggaran HAM, saya setuju. Tapi harus ada garis yang dibikin antara kebebasan berekspresi dengan penghasutan. Sulit memang, tapi harus mulai dilakukan,” katanya.

Baca Juga: Meledakkan Diri, Jenazah Istri Terduga Teroris Sibolga Ditemukan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya