Mahfud Sebut Inisial T Sempat Dibahas di Rapat Kabinet dengan Jokowi
Bahkan, Mahfud sebut ada lima orang selain inisial T
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, menyebut sosok berinisial T yang ramai disebut sebagai pengendali judi online memang pernah dibahas dalam rapat kabinet terbatas dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
Menurut Mahfud rapat itu digelar sekitar April atau Mei 2023. Rapat bukan diadakan pada Agustus 2023 seperti yang disampaikan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani.
"Betul, rapat itu ada. Di rapat itu ada dua Menko, termasuk saya, Kapolri, Panglima TNI. Betul itu, kemudian ada Menaker, lalu pejabat yang mengurus paspor, kalau ndak Menkum HAM, saya kira yang datang Pak Silmy Karim," ujar Mahfud seperti dikutip dalam tayangan YouTube Mahfud MD Official, Rabu (31/7/2024).
Mahfud menyebut sejumlah nama yang diduga sebagai dalang di balik tindak kejahatan perdagangan orang dan judi online ikut disebut dalam rapat itu. Inisial yang disebut Benny tidak hanya T.
"Saya sendiri mendapatkan lima nama yang langsung saya follow up. Lima nama itu di luar dari inisial T. Nama yang diberikan ke saya, yang beroperasi di Batam," katanya.
1. Mahfud tidak ingat siapa pengendali bisnis judi online berinisial T
Ketika ditanya identitas inisial T, Mahfud mengaku tidak ingat. Hal itu lantaran ada sejumlah nama yang disampaikan Benny pada rapat terbatas tersebut.
Mahfud mengatakan usai rapat terbatas, Benny meminta waktu untuk melaporkan secara khusus kepada Jokowi. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu tidak mengingat siapa sosok inisial T yang dimaksud Benny. Sebab, sosok tersebut sudah dilaporkan secara langsung kepada Jokowi.
Di sisi lain, Mahfud mengakui, bisnis judi online erat kaitannya dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Bedanya, korban sebagian besar datang dari kalangan perekonomian menengah dan memiliki pendidikan tinggi.
"Kan mereka anak yang pinter-pinter dan mampu mengoperasikan komputer. Tapi tahu-tahu terkurung di Myanmar atau Kamboja. Kita pun tahunya ada warga kita terkurung di sini karena ada kerusuhan," ujar Mahfud.
Di sana, menurut Mahfud, mereka dipekerjakan menjadi operator judi. Dia pun dapat memahami tingginya jumlah korban TPPO lantaran mereka membutuhkan pekerjaan.
Baca Juga: Mahfud: Memberantas Judi Online Mudah, Tinggal Ambil Saja Bandarnya