Luhut: Kalau Terima Duit Bisnis PCR, Saya Bakal Resign dari Menteri
"Tak ada sepeser pun keuntungan yang masuk ke kantong saya"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang kemaritiman dan investasi, Luhut Pandjaitan berjanji bakal mundur dari posisi sebagai menteri bila terbukti menerima keuntungan dari bisnis tes swab PCR. Nama Luhut ikut terseret dalam dugaan bisnis tes swab PCR karena dua perusahaan milik mantan Kepala Staf Presiden (KSP) itu tercatat ikut menanam saham di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan milik Luhut yakni PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi itu mencapai Rp242 juta. PT GSI mengelola laboratorium yang menjalankan tes bisnis PCR di lima cabang di area Jakarta dan sekitarnya.
Gara-gara masalah itu, Luhut dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan melakukan rasuah.
"Kalau saya terima duitnya (dari bisnis PCR), saya resign saja. Gampang aja. Kok gitu aja repot," ungkap Luhut ketika diwawancarai oleh stasiun CNN TV dan diunggah ke YouTube pada Jumat, 12 November 2021 lalu.
"Tapi, saya tidak melakukan satu apa pun. Saya tidak memiliki bisnis terkait dengan itu (tes swab PCR) dan awalnya dasar bisnis itu dilakukan untuk kepentingan kemanusiaan," kata dia lagi.
Apakah Luhut tak menyadari yang dilakukannya bagian dari konflik kepentingan? Setelah terkuak memiliki saham di PT GSI, apakah Luhut bakal menarik kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut?
Baca Juga: Cerita Lengkap Awal Mula Luhut Terlibat Urusan Tes PCR GSI
Baca Juga: Jokowi Didesak Copot Menteri yang Diduga Ikut Berbisnis Tes PCR
1. Luhut akui ikut menyumbang uang untuk mendirikan PT GSI, perusahaan pengelola laboratorium tes swab PCR
Di dalam wawancara itu, pria yang merupakan pensiunan jenderal dari TNI Angkatan Darat tersebut mengakui terlibat dalam perusahaan yang mengelola laboratorium tes PCR bukan keputusan yang bijak. Apalagi posisinya saat ini menjadi komandan penanganan pandemik COVID-19 di wilayah Jawa dan Bali.
Luhut juga mengisahkan bahwa semula diminta ikut menyumbangkan sejumlah dana agar bisa membuat harga tes swab PCR turun. Selain perusahaan milik Luhut, sejumlah perusahaan lainnya seperti PT Adaro hingga Indika ingin ikut serta memberikan sumbangan.
"Jadi, kami sepakat membuat usaha tanpa ada pembagian dividen untuk melakukan tes swab PCR ini yang bisa 5.000 sekali putar dalam satu hari. Akhirnya, saya sepakat ikut menyumbang. Lalu, Seto (Septian Hario Seto, deputi Luhut) datang ke CEO (perusahaan) saya dan duitnya dikasih. Ya, sudah selesai. Saya tidak tahu lagi kelanjutannya gimana, termasuk dananya itu dimasukan ke dalam PT GSI. Saya baru tahu ketika peristiwa ini diributkan," katanya memaparkan.
Meski Luhut menaruh duit dalam bentuk saham di PT GSI, ia kembali menegaskan tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari bisnis tersebut. "Gak ada sedikitpun keuntungan yang saya ambil. Malah, untung saya buat (bisnis tes swab PCR) pada Maret hingga Juni tahun lalu, kalau enggak, malah lebih parah lagi (harganya dan tesnya makin sedikit) kondisi Juli lalu," tutur dia membela diri.
Baca Juga: Ternyata Harga Tes PCR Bukan Rp90 Ribu, Ini Maksud Bio Farma