TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Golkar Bantah Ciptakan Skenario Kotak Kosong di Pilkada DKI Jakarta

Golkar mengaku fokus ke partainya sendiri

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tanjung dalam acara Gen Z Memilih by IDN Times pada Kamis (25/7/2024). (IDN Times/Naufal Fathahillah)

Intinya Sih...

  • Golkar membantah skenario Pilkada DKI Jakarta calon tunggal melawan kotak kosong, tetapi menginginkan kemenangan dengan dukungan terbanyak.
  • Partai Golkar ingin memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan mengusung Ridwan Kamil dan berkoalisi dengan partai lain di luar Koalisi Indonesia Maju.

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia membantah persepsi yang terbentuk bahwa pihaknya yang menggagas skenario Pilkada DKI Jakarta berpeluang memunculkan skenario calon tunggal melawan kotak kosong. Tetapi, ia tak menampik tujuan semua partai politik di pilkada ingin menang.

Salah satu ukuran kemenangan tersebut, kata Doli, siapa calon yang memperoleh dukungan terbanyak. Sedangkan, di hari H pencoblosan, ukuran kemenangan dihitung dari siapa yang berhasil meraih dukungan rakyat terbanyak. 

"Tapi, dalam proses menuju kemenangannya, calon kita diusung oleh sebanyak-banyaknya partai politik atau gabungan parpol. Itu lah yang ada di dalam pikiran atau konsep Partai Golkar," kata Doli di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Kamis (8/8/2024). 

Golkar memiliki kader potensial bernama Ridwan Kamil (RK), yang diajukan di Pilkada DKI Jakarta. Pria yang akrab disapa Kang Emil itu diklaim berhasil menciptakan kisah sukses di Jawa Barat. 

"Keberhasilan itu mau kami bawa ke Jakarta. Insyaallah kami yakin Ridwan Kamil mampu membuat Jakarta lebih baik kalau diberi amanah menjadi gubernur," tutur dia. 

Adapun isu calon tunggal melawan kotak kosong menyeruak ketika partai-partai di bawah naungan Koalisi Indonesia Maju (KIM) ingin menarik parpol di luar KIM. Koalisi wacana itu disebut sebagai KIM Plus.

Mereka juga menyisakan PDIP yang berada di luar koalisi. Dari sana, wacana kotak kosong di Pilkada DKI Jakarta terbuka lebar. 

1. Golkar hanya punya 10 kursi DPRD Jakarta

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat. (www.instagram.com/@golkar.indonesia)

Doli menyampaikan, Golkar sadar diri bahwa jumlah kursi mereka di DPRD hanya 10, sehingga butuh berkoalisi dengan partai lain. Meskipun, kata Doli, mereka akan menduduki posisi pimpinan di DPR. 

"Sepuluh kursi itu kan tidak cukup. Tugas kami adalah meyakinkan partai-partai lain untuk memberikan dukungan kepada calon yang kami anggap bagus ini. Kami meyakinkan teman-teman parpol di dalam dan di luar KIM," ujar Doli. 

Soal apakah parpol bersedia atau tidak mendukung Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta, kata Doli, diserahkan ke masing-masing partai politik. 

"Jadi, tidak ada niat atau pretensi sedikit pun kami ingin membuat (skenario) kotak kosong, apalagi menjegal lawan-lawan tertentu. Kami hanya mengurusi diri kami aja," ucap dia. 

Baca Juga: Golkar Umumkan Dukungan 10 Cagub di Pilkada 2024, Ini Daftarnya

2. Ridwan Kamil lebih nyaman bila ada kontestan lain di Pilkada DKI Jakarta

Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. (IDN Times/Tata Firza)

Sementara  bakal calon gubernur Jakarta, Ridwan Kamil mengaku tidak suka bila nantinya ia hanya dihadapkan melawan kotak kosong.

"Kalau melawan kotak kosong, nanti debatnya sama siapa? Gimana mau counter (pertanyaan). Ya, kan susah," ujar Ridwan di Jalan Widya Chandra III, Jakarta Selatan, pada Kamis malam. 

Menurut dia, idealnya di Pilkada DKI Jakarta tidak ada kotak kosong. Meskipun kotak kosong merupakan bagian dari mekanisme demokrasi. 

Di sisi lain, dia juga menyadari posisinya sebagai kader tak punya kewenangan untuk menciptakan skenario agar paslon yang maju tidak tunggal.

"Saya sebagai 'pengantin', harapannya ada kontestan biar bisa berdebat. Yang terbaik kan untuk Jakarta," kata mantan Wali Kota Bandung itu. 

Ia juga sudah menyampaikan harapannya kepada Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto dalam pertemuan yang digelar pada Kamis malam kemarin.

"Tetapi, ini istilah saya ya, sebagai 'pengantin', input saya tidak seberpengaruh itu dalam hal pengambilan keputusan," tutur dia. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya