TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dijuluki 'Hantu Laut', Ini Sejarah Dibentuknya Korps Marinir TNI AL

KKO AL ikut dilibatkan dalam pembebasan Irian Barat

Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan yel-yel saat mengikuti Upacara peringatan HUT ke-76 Korps Marinir di Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta, Senin (15/11/2021). (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times - Tiap 15 November diperingati sebagai HUT Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL). Korps Marinir dibentuk dari kota kecil, Tegal, Jawa Tengah.

Pada 1945, sejumlah tokoh dan pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di Koninklijke Marine (AL Kerajaan Belanda) dan Kaigun (AL penjajah Jepang), ikut berperan dalam melahirkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut yang kini disebut TNI AL. Sejumlah pelaut veteran itu antara lain R.E Martadinata, M. Nazir dan Mas Pardi. 

Dikutip dari situs Marinir, Korps Marinir dengan mudah dikenali dari warna baret ungu. Warna tersebut terinspirasi dari warna bunga Bougenville yang selalu gugur sebelum layu. 

"Hal ini melambangkan pengabdian Korps Marinir yang selalu siap berkorban jiwa raga, demi keutuhan dan kejayaan NKRI," demikian yang dikutip dari laman Marinir TNI AL.

Marinir memiliki semboyan "Jalesu Bhumyamca Jayamahe", yang artinya "di laut dan darat kita jaya". Keberadaan Marinir secara khusus terbentuk pada 15 November 1945 di Pangkalan IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Tegal. Para pelaut senior Indonesia yang merupakan anggota ALRI, dilatih untuk bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat. 

Korps Marinir memiliki fungsi pasukan pendarat yang menyerang dari laut ke darat. Mereka dibekali beberapa pelatihan militer lintas matra, untuk menunjang penugasan khusus.

Lalu, mengapa Korps Marinir TNI AL kerap dijuluki si Hantu Laut?

Baca Juga: 5 Potret Aksi Marinir TNI AL di HUT ke-76 

1. Sebelum bernama Korps Marinir, prajurit khusus ini dinamai Korps Komando Angkatan Laut

Sejumlah prajurit Korps Marinir mengikuti upacara peringatan HUT ke-76 Korps Marinir di Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta, Senin (15/11/2021). (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Dikutip dari situs Marinir pada Selasa (15/11/2022), sebelum bernama Korps Marinir, pasukan khusus dengan baret ungu itu bernama Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL). Hal itu sesuai Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: A/565/1948 yang diteken pada 9 Oktober 1948. Isi SK tersebut yakni semua Korps Komando di dalam AL dilebur menjadi KKO AL.

Berbagai palagan pertempuran pun telah banyak dilalui korps baret ungu tersebut. Dua di antaranya, Operasi Trikora dan Operasi Dwikora. Pasukan Marinir TNI AL juga menjalani operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus yang dibajak di perairan Somalia pada 2011.

Kehebatan dan ketangguhan Marinir dalam menyelesaikan operasi, baik di dalam maupun di luar negeri membuat Korps Baret Ungu ini dijuluki sebagai Hantu Laut.

2. Dua prajurit KKO AL berhasil menyusup ke Singapura dan meledakan Gedung MacDonald House

ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Misi lainnya yang pernah dilakukan dua prajurit KKO hingga tersohor di dunia internasional yakni ketika Sersan Dua Usman Janatin dan Kopral Dua Harun Thohir bin Mandar, berhasil melancarkan serangan komando dan meledakkan Gedung Bank MacDonald House di Orchard Road, Singapura, pada 1965.

Ledakan itu menyebabkan dua orang tewas di tempat yaitu Elizabeth (Suzie) Choo, dan Juliet Goh. Korban meninggal bertambah usai seorang sopir yang mengalami koma selama beberapa hari, Mohammed Yasin bin Kesit ikut mengembuskan nafas terakhir. Selain itu, 33 orang dinyatakan terluka akibat insiden ini.

Tiga hari berselang pascakejadian, Usman dan Harun ditangkap. Keduanya dituduh melakukan pengeboman tersebut, selepas masuk Singapura dengan menyamar.

Masing-masing meletakkan bahan peledak di tangga lantai mezzanine, dekat area lift. Setelah memasang pewaktu, mereka pergi menggunakan bus meninggalkan bangunan sekitar pukul 15.00.

Tindakan itu mereka lakukan atas nama negara. Kala itu, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Sukarno, menentang penggabungan Federasi Tanah Melayu, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah ke dalam satu Malaysia.

Keduanya pada 20 Oktober 1965 divonis bersalah atas kasus pengeboman MacDonald House, yang menewaskan tiga orang tersebut. Usman dan Harun divonis hukuman mati.

Singapura sempat protes kepada Indonesia pada 2014, ketika salah satu kapal perang milik TNI AL dinamakan Usman-Harun (359).

Baca Juga: HUT Ke-76 Korps Marinir, Yonif 8 Marinir Kembali Gelar Serbuan Vaksin

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya