TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Anies: Tekanan yang Kami Hadapi Belum Apa-Apa Dibanding Derita Rakyat

Anies tak bisa sampaikan kuliah umum di UGM

Calon presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di acara 13 tahun Mata Najwa pada Minggu, 19 November 2023. (IDN Times/Muhammad Ilman)

Jakarta, IDN Times - Calon presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, mengatakan penolakan yang kembali ia alami di Universitas Gadjah Mada (UGM) belum ada apa-apanya dibandingkan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil yang mengalami tekanan ekonomi setiap harinya.

Anies juga menyebut tekanan itu termasuk sulitnya anak-anak muda mendapatkan pekerjaan. Kesulitan serupa juga dialami oleh para petani, peternak, hingga nelayan. 

"Jadi, seberat-beratnya tekanan yang kami alami, tekanan rakyat yang lebih besar dan kita berada di sini untuk memperjuangkan itu semua, agar lebih ringan bagi rakyat, supaya rakyat yang merasakan tekanan hidup, lapangan kerja yang sulit supaya lebih terbebaskan dan bila untuk berjuang itu harus menghadapi tekanan ya kita hadapi karena tekanan yang kita alami jauh lebih kecil, tidak ada apa-apanya dibandingkan tekanan hidup yang dirasakan oleh rakyat," ujar Anies di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta pada Minggu malam (19/11/2023). 

Itu sebabnya Anies dan Muhaimin memilih gerakan perubahan karena mereka ingin rakyat yang merasakan tekanan terbebaskan. Sehingga, bila mereka harus melewati perjuangan yang terjal maka itu semua merupakan konsekuensi dari pilihan mereka. 

"Jadi, hadapi saja. Itu bagian dari perjuangan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu lagi. 

Anies seharusnya menjadi salah satu pembicara di Magister Manajemen (MM) UGM pada Jumat pekan lalu. Namun, tiba-tiba pihak panitia mengaku dihubungi oleh pihak rektorat dan meminta acara dibatalkan bila tetap mengundang Anies. 

Baca Juga: PKS Resmi Usung Anies-Cak Imin,  Anies: Ini Bukan Politik Tanpa Tujuan

Baca Juga: Anies: Baru di Pemilu 2024 Kita Minta Waspadai Ada Kecurangan

1. Anies mengaku belum dihubungi oleh PDIP untuk diajak bicara soal dugaan penyalahgunaan kekuasaan

Capres dan cawapres dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Ijtima Ulama di Masjid Az Zikra, Sentul, Bogor pada 18 November 2023. (Istimewa)

Sementara, ketika ditanya mengenai ajakan dari PDI Perjuangan untuk bersama-sama melawan dugaan tekanan dari instrumen penguasa, Anies mengaku belum ada komunikasi yang ia terima dari parpol yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu. "Kalau ke saya (komunikasi PDIP) belum ada ya," ujar Anies. 

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Muhaimin Iskandar semalam. Ia menyebut belum ada komunikasi dari PDIP. 

"Belum ada komunikasi," tutur Muhaimin. 

Ketika ditanyakan apakah bersedia bila diajak langsung oleh Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Muhaimin tetap membuka tangan dan tak ingin memutus tali silaturahmi. "Pokoknya sebagai sesama, jangan memutus tali silaturahmi. Kepada semua kandidat jangan memutus tali silaturahmi dan tali persahabatan," ujarnya. 

2. Cak Imin akui AMIN juga dapat tekanan dari penguasa

Paslon nomor urut satu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ketika mengambil nomor urut di KPU. (www.instagram.com/@cakiminow)

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Cak Imin itu tak membantah bahwa pihaknya juga tengah mendapatkan tekanan dari penguasa. Salah satu buktinya, Anies batal menjadi pembicara di UGM pada Jumat pekan lalu. 

"Mas Anies di UGM kemarin gak bisa (kasih) ceramah," katanya. 

Sebelumnya pihak panitia mengatakan, kedatangan Anies dianggap lekat dengan unsur politis yakni Pemilu 2024. Padahal, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membolehkan kampus dijadikan tempat untuk berkampanye. Meski di dalam Peraturan KPU yang baru, kampanye Pemilu 2024 hanya dibolehkan pada akhir pekan saja di dalam kampus. 

Alhasil, kehadiran Anies diwakilkan oleh co-captain dari tim pemenangan Anies-Muhaimin (AMIN) yakni Tom Lembong. Ia hadir secara virtual dan menjelaskan konsep city collaborative. 

Tom menjelaskan, selama lima tahun memimpin DKI Jakarta, Anies banyak menciptakan ruang ketiga yang egaliter bagi masyarakat. Ini merupakan salah satu wujud kota kolaboratif yang menjadi gagasan. 

"Program Pak Anies di Jakarta membangun beberapa ratus kilometer trotoar agar warga nyaman turun dari bus, lalu bisa menyambung ke MRT atau menyeberang jalan bisa aman, nyaman dan bersih. Bagaimana membangun tempat ketiga setelah rumah, kantor, ya ruang publik yang egaliter ini. Aspek penting semangat kolaborasi, kebersamaan dan keikutsertaan. Sharing ekonomi ini mengikutsertakan warga, mempromosikan kebersamaan. Meski sudah banyak terobosan tapi harus didorong lagi," kata mantan Menteri Perdagangan itu. 

Baca Juga: Batal Jadi Pembicara di UGM, Anies: Kampus Seharusnya Bersikap Netral

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya