Biaya Munas Golkar Mahal, Calon Ketum Harus Punya Uang dan Kuasa
Airlangga Hartarto mundur dari Ketum Golkar
Intinya Sih...
- Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar
- Gibran Rakabuming Raka dan Bahlil Lahadalia disebut-sebut sebagai calon pengganti Airlangga
- Calon Ketum Golkar harus punya modal besar, kekuasaan atau dekat dengan kekuasaan, serta memenuhi syarat AD/ART partai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar. Hal itu kemudian menimbulkan banyak spekulasi tentang siapa yang akan menempati posisi nomor satu di partai berlambang pohon beringin tersebut.
Tak lama setelah ramai informasi soal Airlangga mundur, beredar gambar yang menyebutkan bahwa putra sulung Presiden Joko "Jokowi" Widodo sekaligus Wakil Presiden Terpilih, Gibran Rakabuming Raka, bakal menjadi Ketum Golkar.
Selain itu, ada selentingan yang juga menyebutkan bahwa Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, berpeluang menjadi suksesor Airlangga.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Penggalangan dan Strategis, Erwin Aksa, mengungkapkan bahwa segala kemungkinan itu bisa saja terjadi. Namun, dia mengingatkan untuk menjadi Ketum Golkar harus punya modal besar karena biaya Musyawarah Nasional (Munas) sangat mahal.
"Ya bisa saja ya kalau terjadi kompromi sana-sini. Ya jadi bisa saja, tetapi perlu kita ketahui biaya Munas Golkar itu mahal. Jadi Golkar ya pesertanya itu 500-an lebih dan itu kan membutuhkan logistik ya, transportasi, hotel, dan lain-lain. Jadi Munas Golkar itu mahal sekali. Tidak mudah juga untuk bisa ikut kontestasi Munas Golkar karena biayanya mahal, kecuali siap dengan segala konsekuensinya," tutur Erwin, dalam program Ngobrol Seru bersama Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis, Minggu (11/8/2024).
Baca Juga: Airlangga Mundur, Bahlil Lahadalia Maju Jadi Ketua Umum Golkar?