TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BMKG Ajak Generasi Muda Lakukan Mitigasi Hadapi Gelombang Panas

2050 diprediksi akan terjadi krisis pangan

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Jakarta, IDN Times -  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak generasi muda berperan aktif untuk melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. 

"Indonesia butuh ide, pemikiran sekaligus tindakan nyata yang inovatif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan," ujar Dwikorita dalam program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI) dengan tema "Pemahaman tentang Isu Perubahan Iklim Bagi Green Leaders" yang diselenggarakan Institut Hijau Indonesia, Minggu (15/10/2023).

Baca Juga: Sungai Amazon Brasil Alami Kekeringan Terburuk dalam 121 Tahun

1. Dunia akan alami ancaman krisis pangan

Dwikorita Karnawati (IDN Times/Rachma Syifa Faiza Rachel)

Dwikorita menjelaskan, kondisi bumi saat ini terjadi akibat perubahan iklim yang mengkhawatirkan. Tidak hanya bencana yang intensitasnya bertambah, tapi juga krisis air yang berimbas pada berbagai sektor kehidupan.

Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami krisis pangan pada 2050. 

“Belum lama ini, India menolak rencana impor beras dari Indonesia karena tengah mengetatkan kebijakan ekspor guna memenuhi kebutuhan domestiknya. Situasi ini menggambarkan bahwa negara lain juga berupaya mengamankan stok pangan mereka. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu membuat banyak negara yang juga mengalami situasi sulit,” ujarnya. 

2. Juni-Agustus 2023 menjadi 3 bulan terpanas sepanjang sejarah

Ilustrasi gelombang panas. (Pixabay.com/ybernardi)

BMKG mencatat, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8°C relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.

Sementara, tahun 2020 sendiri menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7°C. Adapun tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6°C. 

World Meteorolgical Organization (WMO) mencatat, tahun 2023 merupakan tahun penuh rekor temperatur. Sepanjang Juni-Agustus menjadi 3 bulan terpanas sepanjang sejarah dan gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan. 

“Perubahan iklim memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah semakin langka dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai water hotspot,” kata Dwikorita. 

Baca Juga: Suhu di Indonesia Naik, BMKG: Tak Ada Awan Hujan di Langit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya