TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Paus Fransiskus Peluk Penyandang Disabilitas Saat Berkunjung ke KWI

Paus Fransiskus menyalami disabilitas dan memeluknya

Paus Fransiskus saat salami dan memeluk penyandang disabilitas yang hadir di Kantor KWI. (YouTube.com/KOMPASTV/Courtesy Indonesia Papal Visit Committee)

Intinya Sih...

  • Paus Fransiskus melakukan kunjungan resmi ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta
  • Paus memberikan perhatian khusus kepada penyandang disabilitas yang hadir, memeluk mereka dan memberikan doa serta berkat khusus
  • Paus mengingatkan tugas murid Yesus bukanlah mengenakan jubah kerohanian secara sempurna, dan mengangkat khotbah mengenai pentingnya kerendahan hati dan iman

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus melakukan kunjungan resmi ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta pada Kamis (5/9/2024). Dalam kesempatan tersebut, Paus memberikan perhatian khusus kepada penyandang disabilitas yang hadir.

Setibanya di KWI, Paus disambut oleh para uskup dan tokoh agama setempat. Di antara mereka, terdapat beberapa penyandang disabilitas yang turut serta dalam acara penyambutan.

Momen haru terjadi ketika Paus Fransiskus mendekati penyandang disabilitas dan memeluknya. Tindakan ini menunjukkan kepedulian Paus terhadap semua umat, tanpa memandang kondisi fisik.

Selama kunjungan, Paus juga memberikan doa dan berkat khusus bagi semua yang hadir, terutama bagi mereka yang sedang menghadapi tantangan dalam hidup. Sikap rendah hati dan kasih sayang Paus Fransiskus sangat dirasakan oleh seluruh peserta.

Kunjungan Paus Fransiskus ke KWI ini menjadi simbol solidaritas dan persaudaraan universal. Kehadirannya membawa pesan cinta kasih yang melampaui batas-batas perbedaan.

1. Paus ingatkan tugas murid Yesus bukanlah mengenakan jubah kerohanian

Suasana GBK saat Misa Agung bersama Paus Fransiskus pada Kamis (5/9/2024). (IDN Times/Maya Aulia)

Pada khotbah Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno SUGBK), Kamis (5/9/2024), Paus mengingatkan, tugas murid Yesus bukanlah mengenakan jubah kerohanian secara sempurna dari sisi luar.

Berikut kutipan paus Fransiskus saat berkhutbah mengenai murid Yesus:

Saudara dan saudari, janganlah kita lupa hal ini: tugas pertama seorang murid bukanlah mengenakan jubah kerohanian yang sempurna secara luar, atau melakukan hal-hal luar biasa atau mengerjakan usaha-usaha besar. Sebaliknya, langkah pertama terdiri dari tahu menempatkan diri di dalam mendengar satu-satunya sabda yang menyelamatkan, yaitu sabda Yesus. Seperti yang kita lihat dalam episode Injil, ketika Sang Guru menaiki perahu Petrus untuk sedikit menjauhkan diri dari danau dan dengan demikian bisa berkhotbah dengan lebih bagus kepada orang banyak (bdk. Luk 5:3). Hidup iman kita berawal ketika kita menerima Yesus dengan rendah hati di atas perahu kehidupan kita, menyediakan ruang untuk-Nya, dan menempatkan diri dalam mendengarkan sabda-Nya dan dari situ kita berefleksi, diguncangkan, dan berubah.

Pada saat yang sama, sabda Tuhan menuntut untuk berinkarnasi secara nyata dalam diri kita: oleh karena itu, kita dipanggil untuk menghidupi sabda. Sejatinya, setelah selesai berkhotbah kepada orang banyak dari atas perahu, Yesus berpaling kepada Petrus dan menantangnya untuk mengambil risiko dengan bertaruh pada sabda ini: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (ay. 4). Sabda Tuhan tidak hanya tetap tinggal sebagai gagasan abstrak yang indah atau hanya membangkitkan emosi sesaat. Sabda Tuhan menuntut perubahan cara pandang kita, membiarkan kita mengubah hati menjadi hati Kristus; Ia memanggil kita untuk berani menebarkan jala Injil ke lautan dunia, “berlari dengan risiko menghidupi kasih yang telah Ia ajarkan kepada kita dan yang telah Ia hidupi terdahulu. Juga kepada kita, Tuhan, dengan kekuatan yang membakar dari sabdaNya, mengundang kita untuk membuka jalan kehidupan, untuk melepaskan diri dari pantai-pantai mandek kebiasaan-kebiasaan buruk, dari rasa takut dan suam-suam kuku, serta berani untuk menjalani kehidupan baru.

Baca Juga: Pesawat Mengudara, Paus Fransiskus Tinggalkan Indonesia

2. Angkat soal kerendahan hati dan iman yang sama seperti Petrus

Suasana GBK saat Misa Agung bersama Paus Fransiskus pada Kamis (5/9/2024). (IDN Times/Maya Aulia)

Paus Fransiskus juga mengangkat khotbah mengenai pentingnya kerendahan hati dan iman yang sama seperti Petrus.

Saudara dan saudari, dalam menghadapi berbagai tugas hidup sehari-hari, menghadapi panggilan yang kita semua rasakan untuk membangun masyarakat yang lebih adil, untuk melangkah maju di jalan perdamaian dan dialog, yang telah lama dipetakan di Indonesia, kita kadang-kadang merasa tidak mampu, merasakan beratnya komitmen yang begitu besar yang tidak selalu membuahkan hasil yang diharapkan, atau kesalahan-kesalahan kita yang tampaknya menghambat perjalanan hidup kita. Namun, dengan kerendahan hati dan iman yang sama seperti Petrus, kita juga diminta untuk tidak tetap menjadi tawanan kegagalan kita, dan alih-alih tetap menatap jala kita yang kosong, untuk memandang Yesus dan percaya kepada-Nya. Kita selalu dapat mengambil risiko untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi, bahkan ketika kita telah melewati malam kegagalan, masa kekecewaan di mana kita tidak menangkap apa pun

Santa Teresa dari Kalkuta, yang peringatannya kita rayakan hari ini, yang tanpa lelah peduli pada orang-orang termiskin dan memajukan perdamaian dan dialog, pernah berkata: “Ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu. Dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur”.

Baca Juga: Paus Fransiskus Terbang ke Papua Nugini dengan Garuda Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya