TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Deretan Solusi Alternatif Tiket Berbasis NIK yang Bisa Diadopsi KAI

Tarif Rp500 per penumpang akan tingkatkan kontribusi

Suasana KRL yang dipenuhi penumpang pada siang hari. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Intinya Sih...

  • LPEM UI memberikan alternatif kebijakan tarif KRL berbasis NIK pada 2025 untuk mengurangi ketergantungan subsidi PSO.
  • Peningkatan tarif Rp500 per penumpang akan meningkatkan kontribusi penerimaan tiket dan potensial mengurangi subsidi PSO hingga Rp114 miliar per tahun.

Jakarta, IDN Times - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) memberikan sejumlah alternatif dari wacana kebijakan pemerintah yang akan menerapkan tarif KRL berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada 2025.

Dilansir dari laporan Andhika P Pratama, Firli W. Wahyuputri, dan Yusuf Reza Kurniawan, peningkatan tarif KRL sedianya akan membantu operator transportasi publik dalam mengurangi ketergantungan pada PSO. 

“Dengan perhitungan sederhana, peningkatan tarif sebesar Rp500 per penumpang akan meningkatkan kontribusi penerimaan tiket dari 37,3 persen menjadi 40 persen dari total penerimaan dan berpotensi mengurangi subsidi PSO mencapai Rp114 miliar per tahun,” tulis mereka dalam laporan itu, dikutip Jumat (13/9/2024).

Baca Juga: Erick Thohir Buka Suara soal Subsidi KRL Berbasis NIK 

1. Tarif tinggi bukan satu-satunya solusi

Suasana KRL yang dipenuhi penumpang pada siang hari. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Laporan itu menulis, hal tersebut berdampak positif seiring dengan peningkatan jumlah penumpang KRL pada tahun-tahun mendatang.

Meskipun peningkatan tarif dapat memberikan dampak positif, khususnya dengan proyeksi peningkatan jumlah penumpang ke depannya, tetapi tarif yang lebih tinggi bukan satu-satunya solusi untuk mengurangi ketergantungan subsidi.

“Mengurangi ketergantungan layanan KRL terhadap PSO dapat juga dicapai melalui peningkatan profitabilitas. Berbagai studi telah mengidentifikasi strategi yang dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini,” tulis laporan itu.

Baca Juga: Jokowi Tak Tahu Wacana Tarif KRL Berbasis NIK

2. Tingkatkan jumlah penumpang harus jadi prioritas strategis KAI

Suasana KRL yang dipenuhi penumpang pada siang hari. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dalam laporan tersebut, disebutkan, salah satu cara untuk memperkuat laba bersih perusahaan kereta api adalah dengan meningkatkan jumlah penumpang. Temuan ini dianggap sejalan dengan penelitian Feigenbaum pada 2013 yang menekankan pentingnya pertumbuhan jumlah penumpang sebagai pilar utama keberhasilan finansial sektor transportasi kereta api. 

“Oleh karena itu, meningkatkan jumlah penumpang harus menjadi prioritas strategis bagi KAI Commuter guna mencapai keberlanjutan finansial. Tidak hanya dari jumlah penumpang, upaya meningkatkan profitabilitas juga bisa dilakukan melalui optimalisasi aset eksternal,” tulis laporan itu.

Baca Juga: Tarif KRL Jabodetabek dari Subsidi Berbasis NIK Bakal Diterapkan 2025?

3. Bisa lakukan pengembangan kawasan transit

Suasana KRL yang dipenuhi penumpang pada siang hari. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan adalah pengembangan kawasan transit atau Transit Oriented Development (TOD). Studi Chang et al. (2017) menunjukkan keuntungan SMRT di Singapura meningkat signifikan usai fokus mengembangkan area yang belum dimanfaatkan menjadi kawasan ritel dan komersial. 

Pendekatan ini menciptakan peluang bisnis baru dan mendatangkan pendapatan tambahan lewat sewa properti, pusat perbelanjaan, dan fasilitas publik di sekitar stasiun.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya