Budaya Patriarki Maskulin Jadi Tantangan Perempuan Bergelut di Politik
Bahkan ada provinsi tanpa caleg DPR perempuan di 2019
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Minimnya partisipasi perempuan di bidang politik jadi hal yang terus dibahas. Sekretaris Jenderal Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI), Lis Dedeh bahkan menjelaskan, salah satu tantangan yang dihadapi perempuan untuk maju di kontestasi politik adalah budaya. Peluang terpilihnya calon legislatif perempuan dalam pemilu, terkait dengan partisipasi beberapa pihak.
Partisipasi yang dimaksud adalah pemilih, penyelenggara pemilu, dan peran partai politik yang masih patuh pada Undang-Undang Pemilu tahun 2017, kelompok perempuan peserta pemilu, dan kelompok masyarakat sipil.
“Tantangan budaya menjadi salah satu yang paling besar. Masih ada budaya patriarki, politik yang maskulin bahwa laki-laki lebih dari perempuan itu terjadi di daerah-daerah terutama yang kental dengan adat istiadat atau agama,” kata dia dalam Media Talk dengan tema “Perempuan dalam Politik dan Pencapaiannya Kantor KemenPPPA, Jakarta Pusat, dilansir Sabtu (21/10/2023).
Baca Juga: Menelisik Masalah Partisipasi Perempuan, Ruang Politik Didominasi Pria
1. Butuh strategi khusus hadapi tantangan yang ada
Lis Dedeh menjelaskan, butuh strategi khusus untuk menghadapi tantangan-tantangan bagi perempuan di politik, termasuk soal kepercayaan pada potensi dan kemampuan perempuan di politik.
Hasil Pemilu 2019, perempuan yang lolos menjadi anggota legislatif adalah 20,52 persen yakni 118 dari 575 anggota DPR.
Baca Juga: Puan Sebut Perempuan Masih Hadapi Kendala Sosial hingga Politik