TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Eks Penyidik KPK: Kasus Bansos Buat Saya Dipecat

"Bukan rumitnya, Bansos itu lebih ke politiknya."

Koordinator Pelaksana IM57+ Institute/Eks Penyidik KPK, Praswad Nugraha (IDN Times/Athif Aiman)

Jakarta, IDN Times - Mantan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Praswad Nugraha mengaku tak akan pernah melupakan pengalamannya dalam menangani kasus korupsi pengadaan bantuan sosial (Bansos) sembako COVID-19 di Jabodetabek. Sebab, ia yakin kasus ini membuatnya dipecat.

"Karena (kasus) bansos ini yang membuat saya dipecat dari KPK. Bukan rumitnya, Bansos itu lebih ke politiknya. Kebetulan bansos itu terkait PDIP, pak Juliari Batubara dari PDIP dan memang punya jabatan penting di DPP PDIP, lalu akhirnya kami dikriminalisasi lewat dewan pengawas, kedua ya dipecat," jelasnya dalam sebuah wawancara khusus bersama IDN Times di kawasan Jakarta Barat.

"Kalau ada pertanyaan saya dipecat karena apa? Pasti karena bansos. Karena saya yakin sekali sangat Pancasilais makanya jadi Pemberanta korupsi," sambungnya.

Baca Juga: [WANSUS] Praswad Nugraha, Eks Penyidik Bansos yang Dipecat karena TWK

1. TWK membuat karier Praswad di KPK hancur

Koordinator Pelaksana IM57+ Institute/Eks Penyidik KPK, Praswad Nugraha (IDN Times/Athif Aiman)

Praswad juga mengatakan dirinya tak akan melupakan proses tes wawasan kebangsaan (TWK) dalam rangka alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) KPK. Sebab, ia merasa karier di KPK selama puluhan tahun hancur karena TWK itu.

"Bayangin, saya mulai dari 22 tahun di KPK. Bahkan saya daftar calon penyidik itu dari warnet kampus, benar-benar habis wisuda kita daftar-daftar. Sudah berkarier, sudah 34 provinsi saya kunjungi entah lingkupnya penangkapan, penyelidikan reguler, atau penydikan, atau berita acara pemeriksaan, tiba-tiba hari ini difitnah anti-Pancasila dan harus berhenti. Itu yang membuat dirampas derajat hidup, hajat karier, cita-citanya, angan impiannya. Semua penyidik KPK kan bermimpi pemimpin Indonesia bebas dari korupsi, itu dirampas," ujarnya.

2. Para pegawai yang dipecat KPK dinilai sudah lebih dari sekadar mencintai Indonesia

57 Pegawai nonaktif mendatangi KPK pada Kamis (30/9/2021). (IDN Times/Aryodamar)

Praswad menjelaskan bahwa TWK itu menguji wawasan kebangsaan, mencintai bangsa Indonesia, mencintai Pancasila. Ia menilai apa yang telah dilakukan 57 pegawai pecatan KPK sudah lebih dari mencintai Pancasila dan Indonesia.

"Kalau kami kan sudah lebih, kami sudah mengorbankan diri kami untuk negara dan bangsa. Seperti bang Novel (Baswedan) misalnya, matanya sudah ditukar demi menyelamatkan uang negara," ujarnya.

"Makanya aneh sekali ketika 2006 sudah lulus mental ideologi, masuk ke lembaga pendidikan militer, saya masuk ke barak BAIS untuk pendidikan calon penyidik dan penyelidik itu tiba-tiba di tahun 2021, 15 tahun kemudian, saya ditanya 'kamu pancasilais atau tidak' gak relevan," tambahnya.

Baca Juga: Novel Klaim Tahu Orang Dalam Azis, KPK: Jangan Beropini Tanpa Bukti

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya