TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belajar dari Rahmat, Petugas Haji Disabilitas yang Tak Merasa Cacat

Ia melayani jemaah haji dengan sangat cekatan

Rahmat saat menemui media, Minggu (2/6/2024). IDN Times/Faiz Nashrillah

Intinya Sih...

  • Sebagai petugas haji, Rahmat melayani jemaah haji dengan sangat cekatan.
  • Ia tidak merasa berbeda meski memiliki keterbatasan fisik.
  • Rahmat ingin memutus anggapan bahwa penyandang disabilitas tak bisa menjadi pelayan para tamu Allah.

Makkah, IDN Times - Tangan kiri Rahmat mengusap mata. Ucapannya sempat terhenti sejenak saat menjawab pertanyaan tentang perasaannya ketika pertama kali melihat Ka'bah. ''Ya senang, bahagia, terharu,'' katanya melanjutkan percakapan, Minggu (2/6/2024). 

Rahmat tak menyangka akhirnya bisa sampai di Tanah Suci. Lebih spesial lagi karena ia datang sebagai bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Rahmat tak seperti kebanyakan orang. Ia punya keistimewaan. Sejak lahir, kedua tangannya tak sempurna. Meski begitu, pria asal Kabupaten Lampung Barat ini punya motivasi tinggi dalam menjalani hidup. Ia tak merasa berbeda. 

Baca Juga: Lindungi Jemaah, Kemenag Terbitkan Aturan Dam Haji

1. Rahmat tak merasa sebagai disabilitas

Rahmat saat melakukan pelayanan kepada jemaah haji, Minggu (2/6/2024). IDN Times/Faiz Nashrillah

Benar saja, sebagai anggota PPIH yang punya tugas utama melayani jemaah haji, ia sangat cekatan dalam menjalani tugas. Mulai dari sekadar mengantar tamu ke kamar hotel, menyalakan Air Conditioner (AC), bahkan mendorong koper jemaah pun ia lakukan sendiri. 

"Saya merasa tidak cacat. Apa yang dilakukan orang lain, saya juga bisa. Bedanya, orang lain bisa sekali ngangkut 20 kilogram, saya butuh dua kali,'' ujar pria 48 tahun ini.

2. Beri pelayanan maksimal sebagai jawaban

Rahmat saat melakukan pelayanan kepada jemaah haji, Minggu (2/6/2024). IDN Times/Faiz Nashrillah

Bagi Rahmat, pelayanan maksimal kepada jemaah haji adalah bagian dari caranya menjawab panggilan Tuhan. Selain itu, ia juga ingin memutus anggapan bahwa disabilitas seperti dirinya tak bisa menjadi pelayan para tamu Allah.

Kepercayaan diri yang hari ini ia miliki, kata Rahmat, tak lepas dari peran orang tua. Sejak kecil, kemandirian dan keberanian menghadapi lingkungan sudah terpupuk. ''Saya sering diajak ikut ke kegiatan sosial. Seperti hajatan. Kalau bahasa Lampung itu istilahnya Manjau bersilaturahmi. Jadi saya terbiasa saja berkumpul dengan banyak orang," kata Rahmat.

Perjuangan itulah yang membuat ia sangat dekat dengan kedua orang tua. Bahkan, sang ayah tak bisa membendung haru saat mendengar kabar Rahmat lolos tes PPIH tahun ini.

''Ini adalah tangisan kedua Beliau yang saya saksikan. Tangisan pertama saat Beliau ditinggal ibu saya,'' kata Rahmat. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya