TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Skrining Kesehatan Diharapkan Tingkatkan Derajat Kesehatan Peserta JKN

BPJS Kesehatan mengoptimalkan program promotif dan preventif

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati menghadiri The ISSA Technical Seminar bertajuk Improving Health Insurance Systems, Coverage and Service Quality yang diselenggarakan oleh ISSA Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance (TC Health) dan ISSA Liaison Office for East Asia National Health Insurance Service, berkolaborasi dengan National Health Insurance Service (NHIS), Korea Selatan. (Dok. BPJS Kesehatan))

Seoul, IDN Times – Salah satu hal yang menjadi isu pembiayaan kesehatan secara global adalah makin tergerusnya biaya akibat penyakit kronis tidak menular yang berbiaya katastropik, penuaan populasi yang memiliki risiko kesehatan, serta antisipasi terhadap penyakit-penyakit akibat perubahan alam dan lingkungan hidup.

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati mengatakan salah satu upaya BPJS Kesehatan untuk menjaga keberlangsungan Program JKN adalah mengoptimalkan program promotif dan preventif.

“Program promotif preventif diharapkan dapat mengendalikan angka penderita penyakit kronis serta memastikan status kesehatan peserta JKN menjadi lebih baik,” kata Lily dalam The ISSA Technical Seminar bertajuk Improving Health Insurance Systems, Coverage and Service Quality yang diselenggarakan oleh ISSA Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance (TC Health) dan ISSA Liaison Office for East Asia National Health Insurance Service, berkolaborasi dengan National Health Insurance Service (NHIS), Korea Selatan.

 

Baca Juga: Keren! Dirut BPJS Kesehatan Paparkan Perjalanan Indonesia Capai UHC

1. Mengoptimalkan Skrining Riwayat Kesehatan

prima-infodata.com

Pada tahun 2022 pembayaran klaim layanan kesehatan Program JKN mencapai Rp113,47 triliun. Adapun dari klaim tersebut terdapat delapan kasus penyakit berbiaya katastropik. BPJS Kesehatan membiayai 23.265.166 kasus penyakit berbiaya katastropik ini dengan total pembiayaan sebesar Rp24,05 triliun. Mulai dari penyakit jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, hemofilia, talasemia, leukimia, hingga sirosis hati.

“Sebagai upaya menurunkan angka tersebut, pada level pertama kami mengoptimalkan Skrining Riwayat Kesehatan. Kita kelompokkan peserta JKN yang berisiko rendah, sedang, dan tinggi, jika berisiko tinggi, akan kita arahkan ke fasilitas kesehatan supaya diperiksa dan ditangani lebih lanjut segera. Tercatat sampai dengan 9 September 2023, terdapat 21,74 juta peserta JKN yang telah memanfaatkan layanan Skrining Riwayat Kesehatan untuk mengetahui potensi risiko penyakit yang dimilikinya,” kata Lily. 

Baca Juga: BPJS Kesehatan Luncurkan Loket Pelayanan Informasi dan Poros

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya