TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menkes Ungkap Bullying PPDS: Ucapan Rasis hingga Gerakan Tutup Mulut

Menkes gandeng Nadiem perbaiki pendidikan

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam acara Real Talk with Uni Lubis pada Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Rendy Septian Anwar & Krisnaji)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah mengandeng Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, untuk memperbaiki sistem pendidikan, khususnya Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang.

Hal ini terkait kasus perundungan (bullying) pada mahasiswi PPDS Universitas Diponegoro yang berujung mengakhiri hidupnya. Budi mengungkapkan aksi bullying mahasiswa PPDS sudah terindentifikasi sejak ia menjabat jadi Menkes.

"Sejak awal saya selalu komunikasi dengan Pak Nadiem kasih, Pak Nadiem, saya mau begini ya, ini bukti-buktinya, ini bukti transfernya. Ini foto-foto WhatsApp groupnya. Mereka dibilang untu, kata-katanya kasar sekali dan sangat rasis, sangat rasis," ujar Budi dalam program khusus IDN Times, Real Talk with Uni Lubis, Sabtu, 19 Agustus 2024. 

1. Ada SOP untuk istri residen

IDN Times/Debbie Sutrisno

Budi menyebut ada Standar Operasional Prosedur (SOP) atau tata krama yang mengatur residen atau Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) beserta istrinya. Dalam SOP yang diterima IDN Times, salah satunya istri residen dalam sebuah acara harus mengantar DPJP beserta istri ke meja sampai ia duduk dan mengambilkan kebutuhan.

"Kemudian hanya ada kata siap dan ya, tidak ada kata tidak. Dilarang cengar-cengir dan tidak boleh duduk bila belum dipersilakan serta pergi, jika senior belum meninggalkan acara. Termasuk sumbangan, bila melahirkan harus memberikan mainan seharga Rp400 ribu, jika ada yang meninggal masukkan uang duka ke dalam amplop Rp500 ribu," ujar Menkes.

"Itu udah sejak dulu kita tahu (SOP residen). Bahkan ada yang ngomong ya kasar lagi," imbuhnya.

Baca Juga: Menkes akan Periksa dan Hukum Pelaku Bullying Dokter PPDS

2. Gerakan tutup mulut karena ancaman

Ilustrasi nakes (ANTARA FOTO)

Budi juga mengungkapkan adanya gerakan tutup mulut yang dilakukan PPDS jika terjadi perundungan. Bahkan, mereka tidak boleh menemui atau bicara dengan Menkes, seolah ada yang ditutupi, termasuk kasus bullying mahasiswi Undip.

"Saya Zoom juga sama mereka (korban). Itu yang akhirnya agak tersinggung. Jadi ada yang tersinggung, begitu saya panggil mereka. Jadi akhirnya sempat gak boleh masuk. Saya sempat mau ketemu, gak boleh akhirnya. Jadi kalau ketemu sama Menkes, enggak boleh. Its not a good system ya. Kalau misalnya saya mau tanya, tiba-tiba enggak boleh. Itu ada sesuatu yang mau ditutup-tutupin. Sama seperti yang di sini kan. Kita mau panggil, udah dipanggil duluan, sudah diancam duluan," papar Menkes.

Baca Juga: Buntut Kasus Bullying PPDS, Menkes Bakal Pasang CCTV di Ruang Operasi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya