Menkes Ungkap Bullying PPDS: Ucapan Rasis hingga Gerakan Tutup Mulut
Menkes gandeng Nadiem perbaiki pendidikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah mengandeng Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, untuk memperbaiki sistem pendidikan, khususnya Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang.
Hal ini terkait kasus perundungan (bullying) pada mahasiswi PPDS Universitas Diponegoro yang berujung mengakhiri hidupnya. Budi mengungkapkan aksi bullying mahasiswa PPDS sudah terindentifikasi sejak ia menjabat jadi Menkes.
"Sejak awal saya selalu komunikasi dengan Pak Nadiem kasih, Pak Nadiem, saya mau begini ya, ini bukti-buktinya, ini bukti transfernya. Ini foto-foto WhatsApp groupnya. Mereka dibilang untu, kata-katanya kasar sekali dan sangat rasis, sangat rasis," ujar Budi dalam program khusus IDN Times, Real Talk with Uni Lubis, Sabtu, 19 Agustus 2024.
1. Ada SOP untuk istri residen
Budi menyebut ada Standar Operasional Prosedur (SOP) atau tata krama yang mengatur residen atau Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) beserta istrinya. Dalam SOP yang diterima IDN Times, salah satunya istri residen dalam sebuah acara harus mengantar DPJP beserta istri ke meja sampai ia duduk dan mengambilkan kebutuhan.
"Kemudian hanya ada kata siap dan ya, tidak ada kata tidak. Dilarang cengar-cengir dan tidak boleh duduk bila belum dipersilakan serta pergi, jika senior belum meninggalkan acara. Termasuk sumbangan, bila melahirkan harus memberikan mainan seharga Rp400 ribu, jika ada yang meninggal masukkan uang duka ke dalam amplop Rp500 ribu," ujar Menkes.
"Itu udah sejak dulu kita tahu (SOP residen). Bahkan ada yang ngomong ya kasar lagi," imbuhnya.
Baca Juga: Menkes akan Periksa dan Hukum Pelaku Bullying Dokter PPDS