TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Hudi, Mantan Satpam yang Raih Gelar Doktor di IPB

Kesuksesan yang diraih dosen vokasi IPB penuh liku

Dosen IPB Hudi Santoso (dok. Pribadi/Hudi Santoso)

Jakarta, IDN Times – Hudi Santoso tidak menyangka bisa menempuh pendidikan tinggi, bahkan meraih gelar doktor di kampus bergengsi, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB). Senin, 28 Maret 2022 lalu menjadi menjadi puncak karier Hudi yang berhasil menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor di IPB.

Siapa sangka di balik gelar doktornya, Hudi dulu merupakan seorang satpam yang bertugas mengamankan kampus IPB.

Hudi yang saat ini menjadi dosen Sekolah Vokasi IPB mengungkapkan kisah hidupnya yang penuh liku dan cobaan. Menurutnya semua yang dia dapatkan di dunia pendidikan saat ini tidak instan.

“Sejak kecil saya selalu diajarkan oleh orang tua untuk mandiri bahkan saat SMA saya juga menjadi marbot,” ujarnya saat dihubungi IDN Times, Sabtu (16/4/2022).

Sebelumnya dia tidak membayangkan bisa berkecimpung di dunia pendidikan sebab impiannya kala itu menjadi tentara. Lalu bagaimana perjalanan Hudi meraih gelar doktor dan menjadi dosen IPB? Berikut kisahnya!

Baca Juga: Wah! IPB Peringkat 41 Dunia Versi QS WUR

1. Siang kuliah malam jadi satpam

Dosen IPB Hudi Santoso (dok. Pribadi/Hudi Santoso)

Lulus SMA pada 1998, lelaki asli Nganjuk, Jawa Timur ini mengadu nasib di Bogor dengan mendaftar sebagai tentara. Namun sayang mimpinya kandas sebab tinggi badannya tidak memenuhi syarat.

Saat semangat mulai pudar, seorang teman Hudi menawarkan pekerjaan sebagai satpam proyek IPB. Tanpa pikir panjang, Hudi menerima tawaran tersebut.

“Niat pertama ke Bogor pinginnya menjadi tentara tetapi daftar kanan kiri, berat badan kurang memenuhi, ya sudah merantau ya udah lah yang ada aja,” ujarnya.

Keinginan Hudi untuk menimba ilmu semakin besar saat tiap hari melihat para mahasiswa beraktivitas di IPB. Untuk itu, dia melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan D3 komunikasi di IPB sambil bekerja menjadi satpam.

“Saya ingin meng-upgrade diri agar tidak stagnan begini-begini saja. Jadi saya minta dispensasi kalau siang kuliah, malam jaga, berat sih tetapi bagaimana lagi biaya hidup di Bogor mahal,” katanya.

2. Hudi juga menawarkan jasa ojek di lingkungan kampus

ipb.ac.id

Bungsu dari sepuluh bersaudara ini mengatakan, orang tuanya yang bekerja sebagai petani hanya memberikan uang saku Rp300 ribu sebulan saat itu.

Namun aktivitas perkuliahan yang padat menuntut waktu Hudi untuk lebih fokus, sehingga dia berhenti menjadi satpam. Tabungan dari hasil keringat menjadi satpam dia belikan sepeda motor.

Demi memenuhi kebutuhan hidup, kala itu dia mencari tambahan dengan menawarkan jasa ojek kepada teman-temannya. 

“Jadi jalan masuk dari jalan raya ke kampus cukup jauh saat itu, saya menawarkan ke teman-teman, saat Sabtu Minggu pun saya juga pakai ngojek lumayan seminggu rata-rata dapat Rp45 ribu, saya menikmati proses saat itu,” ujarnya.

Baca Juga: Akademisi IPB Sebut Produktivitas Padi RI Peringkat Kedua di Asia

3. Berkah numpang di rumah dosen sampai jadi assisten dosen

Dosen IPB Hudi Santoso (dok. Pribadi/Hudi Santoso)

Bahkan Hudi memberanikan diri menghadap Ketua Program Studi yang juga dosennya agar membantunya meringankan hidupnya.

“Saya ngadap ke Kaprodi. 'Pak saya tidak ada biaya untuk ngekos', ya akhirnya ditampung di rumah beliau. Gak hanya saya tapi ada beberapa mahasiswa yang juga senasib. Kebetulan di rumahnya ada peternakan yang penting diminta bantu-bantu bersih dan jaga keamanan,” ungkapnya.

Nampaknya, tinggal di rumah dosen membuat Hudi menemukan jalan hidupnya. Sang dosen memberitahukan bahwa akan ada rekruitmen dosen pada 2005, sehingga usai lulus D3 pada 2003, Hudi melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sebelas Maret (UNS).

“Usai lulus S1 saya kembali ke IPB, tetapi masih menjadi assisten dosen dahulu. Saat itu gaji juga belum penuh, saya juga nyambi melamar di Jawa Pos dan jadi wartawan sekaligus mengasah keterampilan dalam menulis sampai 2007,” katanya.

4. Raih beasiswa hingga akhirnya dapat gelar doktor

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor. (ANTARA/HO/IPB)

Keteguhan dan kegigihannya terbayar. Dia kemudian diangkat sebagai dosen tetap dan mengabdikan diri di dunia pendidikan pada 2008 hingga akhirnya memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Hingga pada akhir Maret 2022, dia memperoleh gelar Doktor dengan menyelesaikan disertasi berjudul 'Model Komunikasi Digital Desa Wisata dalam Pengembangan Kapasitas Pelaku Wisata di Kabupaten Bogor’

Baca Juga: Rektor IPB dan Ridwan Kamil Lepas Ekspor Kopi Cikajang ke 8 Negara

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya