TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Buntut Kasus Bullying PPDS, Menkes Bakal Pasang CCTV di Ruang Operasi

Dokter suka kabur saat anestesi pasien yang dibius

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam acara Real Talk with Uni Lubis pada Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Rendy Septian Anwar & Krisnaji)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan memasang Closed Circuit Television (CCTV) di ruang operasi, buntut banyaknya perundungan atau bullying dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

"Sekarang saya mau pasang CCTV. Itu bakal ramai lagi. Pasti orang gak suka. Saya berencana, saya bilang semua rumah sakit Kemenkes harus pasang CCTV di ruang operasinya. Jadi saya tahu," ujar Menkes dalam program khusus IDN Times, Real Talk With Uni Lubis, Sabtu (19/8/2024).

"Wajib dong untuk patient safety di seluruh dunia. Begitu anestesi terjadi, dokter anestesia tinggal di situ, bukan kemudian begitu tidur (pasien) dia pindah," sambungnya.

1. Dokter anestesi ngilang digantikan PPDS

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meninjau langsung pelaksanaan operasi jantung tersebut pada Jumat (28/6/2024). (dok. Kemenkes)

Budi mengungkapkan di rumah sakit pendidikan di Indonesia, dokter anestesi hanya mendampingi pasien yang operasi setelah dibius, tindakan selanjutnya dilakukan dokter muda atau PPDS.

"Jadi begitu masuk, (pasien) ditidurin sama dokter anestesinya, dokter anestesinya pindah ke tempat yang lain. Jadi yang mengurusi PPDS. Bisa juga kadang-kadang penata anestesinya. Itu yang menyebabkan terjadi beberapa kali masalah. Saya sempat lihat ada anak-anak yang tangannya mesti dipotong karena ada masalah anestesinya. Kenapa? Oh gara-gara itu. Nah, ini praktik yang sangat aneh," kata Menkes.

Baca Juga: Menkes akan Periksa dan Hukum Pelaku Bullying Dokter PPDS

2. Dokter di luar negeri dampingi pasien sampai bangun

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam acara Real Talk with Uni Lubis pada Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Rendy Septian Anwar & Krisnaji)

Budi membandingkan layanan dokter anestesi di luar negeri, yang mendampingi pasien sampai bangun setelah operasi. 

"Di luar negeri, kalau operasi, misalnya usus buntu di sana ditidurin oleh anestesi, oleh dokternya untuk patient safety, karena something will happen. Ini urusan patient safety. Dokter anestesinya harus terus ada di sana sampai bangun. Operasi usus buntu, jantung, bisa tanya semua dokter di semua rumah sakit di luar negeri. This is best practices. Di Indonesia gak gitu," ujar Menkes.

Baca Juga: Pernah Peringatkan Larang Bullying Dokter PPDS, Menkes: Denial Tinggi

3. Dokter anestesi pindah tempat lain cari income

Gambar tangan dokter (Pexels.com/KarolinaKaboompics)

Budi mengatakan dokter anestesi akan berpindah ke rumah sakit lain, untuk melakukan anestesi lagi saat pasien dibius agar mendapatkan pendapatan lebih banyak. 

"Di Indonesia tidak dilakukan, yang tadinya mungkin sekali anestesi begitu (pasien) tidur bisa pindah ke tempat lain, lakukan anestesi, tidur, pindah lagi, ke tempat lain, sehingga bisa mendapatkan incomenya lebih banyak. Karena sekarang hanya bisa satu. Sesuai dengan tugasnya dia. Jadi isu itu di situ dengan hilangnya PPDS-PPDS ini," imbuhnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya