TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kak Seto Minta Kemenkominfo Bersihkan Games Berbasis Kekerasan

Games berbasis kekerasan pengaruhi karakter anak

Clove sedang menggunakan skill Pick-Me-Up miliknya di Valorant. (dok. Riot Games/Valorant)

Intinya Sih...

  • Kak Seto meminta Kemenkominfo membersihkan games berbasis kekerasan karena pengaruh negatifnya terhadap anak.
  • Konten negatif seperti pornografi dan radikalisme juga harus dibersihkan untuk menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi (Kak Seto), meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk membersihkan permainan (games) berbasis kekerasan demi melindungi anak-anak.

Menurut dia, hal itu karena Kemenkominfo memiliki wewenang untuk melakukannya.

"Games atau konten digital yang mengandung unsur kekerasan harus dibersihkan. Kemenkominfo punya sumber daya untuk melakukan itu. Jangan sampai terlambat," ujar dia, dikutip dari ANTARA, Jumat (12/4/2024).

Baca Juga: Menkominfo: 1 Dirjen dan 39 ASN Kominfo Kerja di IKN Mulai Juli 2024

1. Konten negatif lainnya juga harus dibersihkan

ilustrasi anak-anak sedang bermain (unsplash.com/Charlein Gracia)

Selain itu, kata dia, konten negatif lainnya seperti pornografi dan radikalisme juga harus dibersihkan.

Menurut dia, konten-konten tersebut harus dijauhkan dari anak-anak.

Baca Juga: KPAI Gandeng Kominfo Lindungi Anak Korban Eksploitasi Online

2. Kasus perundungan bisa dipicu games

ilustrasi anak menunjukkan gesture stop (freepik.com/8photo)

Kak Seto mengatakan, meningkatnya kasus perundungan (bullying) di kalangan anak bisa dipicu oleh games yang mengandung unsur kekerasan.

"Dalam perkembangannya, anak membutuhkan rangsangan positif supaya bisa membangun karakter baik seperti berakhlak mulia, gotong royong, kompak, dan sejenisnya. Karakter-karakter tersebut bisa tumbuh dari konten atau sumber yang dikonsumsi," ujar dia.

Media seperti buku, lagu, tayangan televisi hingga games dinilainya bisa membangun karakter seorang anak.

Dengan begitu, apabila konten yang disajikan negatif, maka anak pun akan terpapar karakter negatif.

Baca Juga: Sopir Masih 17 Tahun, Polisi Libatkan KPAI di Kasus Kecelakaan GT Halim

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya