TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Pierre Tendean, Ajudan Jenderal Nasution di Peristiwa G30SPKI

Pierre Tendean gugur melindungi Jenderal AH Nasution

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Jakarta, IDN Times - Pada tanggal 30 September diperingati sebagai peristiwa gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menyebabkan gugurnya Pahlawan Revolusi atau lebih dikenal dengan G30SPKI. Selain keenam jenderal, ada seorang perwira TNI muda dalam pahlawan yang gugur. Perwira itu bernama Pierre Andries Tendean.

Pierre Tendean rela mati demi melindungi Jenderal AH Nasution, dengan mengaku sebagai Nasution ketika pasukan Cakrabirawa mencari sang Jenderal di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Pierre Tendean kecil dikenal suka dengan militer, sebelum akhirnya masuk ke pendidikan militer. Pierre merupakan pemuda berdarah Prancis dan Minahasa yang lahir di Jakarta. Yuk kenali lebih jauh sosok Pierre kecil seperti dinukil dari buku Pierre Tendean karya Masykuri dari laman repositori.kemdikbud.go.id.

Baca Juga: Nama Jalan Buncit Raya Akan Diganti Jadi Jalan AH Nasution, Ide siapa?

1. Pierre Tendean keturunan Prancis dan Minahasa

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Pierre Tendean yang bernarma lengkapnya Pierre Andries Tendean, dilahirkan di rumah sakit CBZ, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada 21 Februari 1939.

Ayahnya, Dr AL Tendean, yang ketika itu bekerja di rumah sakit tersebut berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. lbunya seorang keturunan Belanda-Prancis. ltulah sebabnya ia diberi nama Prancis "Pierre".

Pierre Tendean merupakan satu-satunya anak laki-laki dari keluarga AL Tendean. Ia mempunyai dua saudara kandung. Kakaknya perempuan bernama Mitze Farre, yang lahir pada 30 Desember 1933, sedangkan adiknya bernama Rooswidiati yang lahir di Megelang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kisah Asmara Pahlawan Revolusi Pierre Tendean yang Berakhir Tragis

2. Pierre kecil hidup sederhana di Cisarua

(Foto repro buku Pierre Tendean karya Masykuri 1983/1984) IDN Times/Rochmanudin

Ketika Pierre berumur setahun, ayahnya dipindahkan dari Jakarta ke Tasikmalaya, Jawa Barat. Tak lama sesudah bertugas di sana, AL Tendean jatuh sakit, hingga perlu perawatan di Sanatorium Rumah Sakit Cisarua. Seluruh keluarganya ikut pindah ke sana. Setelah sembuh ia tetap tinggal di Cisarua, dan bekerja di rumah sakit tersebut.

Keluarga AL Tendean hidup sederhana, karena hanya mengandalkan gaji dari pemerintah, tidak membuka praktik di luar. Di daerah pegunungan itu mereka tinggal di rumah sederhana, namun sejuk dan nyaman, karena sang ibunda rajin menanami halamannya dengan bunga.

Menjelang kedatangan tentara Jepang di Tanah Air, keluarga Tendean pindah ke Magelang. Di Magelang, AL Tendean menjabat sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di kota inilah Pierre Tendean melewati masa kanak-kanak hingga menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya.

Baca Juga: 5 Fakta Pierre Tendean, Pahlawan Indonesia Berdarah Prancis!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya