WANSUS: PKB Tak Gentar Anies Lawan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta

PKB sindir Ridwan Kamil, Jakarta bukan untuk coba-coba

Intinya Sih...

  • PKB mendukung Anies Baswedan sebagai calon tunggal gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024. Hasbiallah Ilyas, Ketua DPW PKB DKI Jakarta, menolak anggapan bahwa dukungan terhadap Anies merupakan politik transaksional. PKB memilih Anies karena kinerjanya selama lima tahun memimpin DKI Jakarta sudah terbukti, dan tidak khawatir bila harus melawan Ridwan Kamil.

Jakarta, IDN Times - Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DKI Jakarta resmi mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan, sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024.

Anies juga menjadi calon tunggal yang didukung PKB untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024. 

Ketua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas, menepis dukungan terhadap Anies merupakan bagian dari politik transaksional karena sempat maju bersama ketua umumnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Hasbiallah mengatakan, dukungan terhadap Anies diberikan karena rekam jejaknya selama lima tahun memimpin DKI Jakarta pada 2017-2022 sudah jelas. 

"Hari ini kita mengusung Pak Anies tidak mendapatkan sesuatu, tidak mendapatkan apa-apa. Yang kita dapatkan dan yang kita inginkan, transaksi saya dengan Pak Anies, satu bagaimana Pak Anies bisa merapikan Jakarta," kata Hasbiallah dalam wawancara bersama IDN Times dalam program GenZMemilih, Jakarta, Jumat, 21 Juni 2024. 

Pada kesempatan itu, Hasbiallah juga terang-terangan PKB tidak khawatir bila pada Pilkada Jakarta 2024, Anies harus melawan Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Berikut ulasan wawancana khusus IDN Times bersama Ketua DPW PKB DKI Jakarta dalam program GenZMemilih. 

Kenapa PKB memberikan tiket untuk Anies Baswedan maju Pilkada Jakarta 2024?

WANSUS: PKB Tak Gentar Anies Lawan Ridwan Kamil di Pilkada JakartaKetua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas dalam acara GenZ Memilih di Studio IDN Times (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Begini, PKB itu partai yang terbuka untuk siapapun untuk anak bangsa, siapapun, yang untuk mengabdi untuk di DKI Jakarta, dan Pak Anies adalah calon petahana yang kinerjanya sudah kelihatan dari dulu di DKI Jakarta.

Banyak perubahan yang beliau kerjakan selama lima tahun menjadi gubernur di DKI Jakarta. Itu faktor, bukan melihat sosok Anies Baswedan, karena di Pilpres kebetulan itu dengan ketua umum kami. Bukan itu yang kami lihat, tapi yang kami lihat kinerja beliau selama beliau ada di DKI Jakarta.

Jakarta ini tidak bisa coba-coba, Jakarta tidak bisa untuk coba-coba, mohon maaf misalnya Pak Ridwan Kamil datang ke Jakarta, sudahlah sudah terbukti hari ini, Jakarta sudah ditinggalkan Pak Anies sudah dua tahun. Kita lihat ada perubahan gak dua tahun ini?

Dua tahun itu waktu yang panjang. Kalau anak kita sekolah dari SD, dia sudah kelas dua SD. Kalau dia dari TK mungkin sudah masuk kelas satu SD, kan seperti itu.

Nah, ini yang sayang kita buang waktu dua tahun dari Pj (Penjabat) hari ini. Karena Pj hari ini, Pj gubernur hari ini bukan mengabdi kepada rakyat, tapi kepada orang yang ngangkat. Beda dong, kalau Pak Anies kan, beliau nanti jadi gubernur, dia nanti akan mengabdi kepada rakyat.

Sekarang kalau Pak Ridwan Kamil misalnya dibawa dari Jawa Barat ke Jakarta. Nah, ini Jakarta ini tidak boleh jadi buat mainan. Karena Jakarta ini miniatur Indonesia.

Coba dari sekian provinsi yang ada di seluruh Indonesia ini, seluruh rakyatnya ada di Jakarta, berarti Jakarta ini menjadi miniatur Indonesia. Nah, miniatur Indonesia ini yang tidak bisa kita untuk buat main-main, tidak bisa untuk percobaan.

Kedua, kenapa Pilgub Jakarta selalu perhatian dari tokoh politik, tokoh nasional, terus sampai warung kopi membicarakan Pilgub Jakarta, karena kekuasaan di DKI Jakarta absolute.

Jadi, gubernur Jakarta, dengan gubernur Jawa Barat, dan gubernur di Sulawesi berbeda. Kalau gubernur Jakarta seluruh wali kota dan bupati yang ada yang dipilih gubernur. Jadi gubernur Jakarta ini mengurus dari gedung pencakar langit sampai toilet diurus. Kalau wilayah-wilayah lain kan tidak.

Dukungan PKB ke Anies di Pilgub Jakarta bukan termasuk politik transaksional?

Tidak ada transaksional. Transaksional kalau dikatakan transaksional kita mendapatkan uang, dapat sesuatu. Hari ini kita mengusung Pak Anies tidak mendapatkan sesuatu, tidak mendapatkan apa-apa. Yang kita dapatkan dan yang kita inginkan, transaksi saya dengan Pak Anies, satu bagaimana Pak Anies bisa merapikan Jakarta.

Kedua, yang sangat perhatian PKB adalah masyarakat menengah ke bawah. Bagaimana Pak Anies bisa membantu masyarakat menengah ke bawah.

Salah satu contoh, zaman Pak Anies dulu tidak ada yang namanya (bantuan) lansia itu terlambat. Kartu Jakarta Pintar (KJP) hari ini terlambat. Itu transaksi PKB untuk masyarakat. Karena PKB sadar, bahwa bosnya PKB di Jakarta adalah rakyat.

Anda mau mengklaim politik yang diusung PKB untuk kepentingan warga Jakarta?

Ya, kalau saya berpikir untuk transaksi materi atau lainnya atau kekuasaan, kita ikut KIM, selesai, pak. Karena yang berkuasa KIM. Ngapain ikut Pak Anies.

Bila nanti benar Anies akan melawan Ridwan Kamil, maka persaingannya bukan hal mudah karena berpotensi didukung KIM+1, bagaimana Anda menanggapi hal ini?

Begini, menurut saya, kita tidak khawatir, tadi benar yang disampaikan Ibu Hurriyah (Peneliti Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia), Pak Anies datang ke Jakarta calon petahana membawa gagasan, gagasan untuk masyarakat Jakarta.

Bukan hanya di wilayah sana sudah populer di Jawa Barat atau di Jawa Timur, atau di Sulawesi sudah populer, karena kepentingan sesuatu dibawa ke Jakarta. Berarti ini kan coba-coba. Kalau mas Anies kan tidak. Mas Anies gagasannya sudah jelas. Kinerjanya sudah jelas.

Andai kata mas sampaikan ada KIM ada Pak Jokowi, masyarakat Jakarta betul bahwa di Jakarta tidak bisa. Pada saat itu, 2017, misalnya Pak Ahok kurang apa kuatnya, Pak Jokowi ada di situ. Pemilih di Jakarta tidak bisa disamakan dengan pemilih-pemilih lain. Dalam artian pemilih di Jakarta sudah pintar, sudah mengerti.

Jadi misalnya, berapa banyak caleg-caleg di DPR RI, DPRD, yang keluar uang, keluar sembako tidak terpilih, kok PKB yang miskin, yang apa adanya alhamdulillah terpilih. Ini kan berarti masyarakat Jakarta itu tidak melulu dengan kekuasaan, karena pemilih di Jakarta ini pintar.

Apakah indikator popularitas juga dipertimbangkan, mengingat popularitas keduanya sama-sama besar?

WANSUS: PKB Tak Gentar Anies Lawan Ridwan Kamil di Pilkada JakartaKetua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas dalam acara GenZ Memilih di Studio IDN Times (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Jadi begini, sebelum kita mendeklarasikan Pak Anies menjadi calon gubernur, PKB sudah melakukan survei dan ini permintaan dari bawah, ini permintaan dari tingkat ranting, DPC sampai DPW memutuskan Pak Anies menjadi calon gubernur Jakarta 2024.

Berdasarkan survei kita terlampau jauh antara Pak Anies dengan RK (Ridwan Kamil). Jadi survei ini saya bukalah. Survei PKB yang pertama, itu surveinya Pak Anies. Kedua, Ahok. Ridwan Kamil baru mas Kaesang. Mas Kaesang bahkan hanya 2 persen. Itu hasil survei.

Jadi Kang Ridwan Kamil nomor tiga?

Nomor tiga setelah Ahok. Ahok itu tertinggi kedua. Justru yang PKB takutkan kalau Ahok maju di DKI Jakarta. Karena survei Ahok sangat tinggi.

Anda ingin menyampaikan sebetulnya lawan terberat Anies bukan Ridwan Kamil?

Bukan RK. Ahok. Hasil survei yang ada. Kenapa hasil survei Ahok masih bagus, karena kinerja Ahok diakui tidak diakui pada waktu beliau menjadi gubernur Jakarta bagus.

Salah satu contoh, masyarakat masih ingat. Dulu pajak ada keringanan pajak, rumah kurang dari sekian meter, pajak dari kurang Rp2 miliar itu tidak ada pajak. Kali-kali bersih. Pelayanan publik lebih bagus. Itu masyarakat masih ingat.

Makanya wajar kalau survei Pak Ahok lebih besar dari survei Ridwan Kamil. Karena Pak Ridwan Kamil belum terjun di Jakarta.

Dukungan DPP PKB terhadap Anies bagaimana?

Nanti kita akan ajukan semua surat yang kita sudah deklarasikan, semua proses yang kita lakukan di tingkat DPW dari tingkat DPC sampai DPW sudah kita lakukan ke DPP. Insyaallah DPP satu sejalan dengan DPW PKB DKI Jakarta. Soal bahwa di luar partai, toh, Jokowi jadi presiden di luar partai.

Kita yang terpenting, mengapa saya katakan PKB ini adalah partai yang terbuka, siapapun yang mau mencalonkan diri tidak masalah, siapa yang bisa untuk membangun Jakarta lebih baik.

Saya akui, saya sudah 15 tahun di DPRD Jakarta, saya paham benar, tapi kita tidak mampu, hari ini tidak mampu mengurus Jakarta, yang keruwetannya ini seperti nasional. Ada lelucon seperti ini, bisa mengurus Jakarta, berarti kita bisa mengurus setengah eropa saking ruwetnya di Jakarta. Ada lelucon seperti itu. Saking ruwetnya di DKI Jakarta.

Salah satu contoh, kan tadi saya sampai gubernur Jakarta itu bukan hanya soal menang-menangan, bukan hanya soal popularitas, di Jakarta itu mampu tidak mengurus dari gedung pencakar langit sampai kamar mandi, ini semua diurus gubernur. Ini yang saya katakan bahwa gubernur Jakarta ini adalah absolute.

Sementara ini, menurut pandangan PKB. Bahkan kita tanpa pantauan media. Mantan-mantan gubernur itu kita datangi, bagaimana mengurus Jakarta, supaya ada kesinambungan.

Ini jeleknya di Jakarta, gubernur A terpilih, setelah dia kepilih ke gubernur berikutnya, dia tidak teruskan program sebelumnya. Ini terputus, seharusnya pembangunan itu berkelanjutan. Contoh, Pak Anies selesai jadi gubernur kemudian mencalonkan jadi presiden, karena masanya sudah habis 2022, program Pak Anies tidak dilanjutkan.

Ini kritikan Anda kepada Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono?

Ya, tidak diteruskan, mana coba? KJMU, KJP. Standar-standar yang dibutuhkan masyarakat. Tidak usah kita membahas kali Ciliwung, soal kemacetan, soal banjir, sebenarnya, permasalahan di Jakarta itu hanya tiga, yaitu banjir, kemacetan, dan sampah. Polusi udara ini yang baru.

Coba bayangkan dari Pak Fauzi Bowo, dari zaman Pak Anies diteruskan, ide-ide Pak Jokowi terkait ITF (Intermediate Treatment Facility) untuk sampah, hari ini batal, diganti RDF (Refuse Derived Fuel). Yang PKB inginkan itu mana yang baik diteruskan. Bukan karena ego politik. Seluruh ide-ide gubernur sebelumnya dihilangkan, diganti dengan ide-ide baru.

Bukankah lima tahun Anies memimpin Jakarta sejumlah persoalan juga belum berhasil?

WANSUS: PKB Tak Gentar Anies Lawan Ridwan Kamil di Pilkada JakartaAnies Baswedan di PRJ Kemayoran (IDN Times/Amir Faisol)

Coba kita lihat kinerja Pak Anies selama lima tahun di Jakarta, setelah Pak Jokowi, Pak Ahok kali Ciliwung penurunan banjir itu berkurang. Tidak bisa mengurus Jakarta itu seperti Superman, lima tahun kurang. Sampah juga mulai berkurang. Pak Anies tinggal diubah. Itu yang PKB tidak mau, penyakit yang sudah mulai hilang, nambah.

Apakah PKB juga menyodorkan posisi cawagub untuk mendampingi Anies Baswedan?

PKB sebenarnya menginginkan, semua partai menginginkan kadernya mendampingi Pak Anies. Semua partai bukan hanya PKB, NasDem, atau partai apapun yang akan bergabung dengan Pak Anies.

Tapi kita sadar diri, PKB kita hanya punya 10 kursi, dan PKB tidak bisa mengusung sendiri, andai kata PKB bisa mengusung sendiri, sudah pasti PKB bukan hanya PKB mencalonkan wakil gubernur, mungkin PKB juga mencalonkan gubernur kalau PKB suaranya bisa mengusung sendiri.

Bagaimana penjajakan koalisi yang dilakukan PKB, baik dengan PDIP atau Koalisi Perubahan?

PKB hanya meneruskan kawan-kawan yang lama (Koalisi Perubahan: PKS, PKB, Partai NasDem). Ini jangan salah paham, PKS lebih awal menyodorkan nama-nama calon gubernur ke DPP, disusul PDIP, baru PKB. Sebenarnya PKB ini belakangan setelah PKS dan PDIP.

Kan yang kita tahu di media seperti itu. Karena menurut PKB 'oh PDIP adalah satu nama, ada nama Pak Anies'. Terus PKS ada nama, salah satu nama adalah Pak Anies. Nah, kami kaji itu semua. PKB mendeklarasikan.

PKS mengklaim mendapatkan tawaran cawagub dari KIM, ada potensi PKS hengkang dari Koalisi Perubahan?

Tidak ada masalah. PKB tidak ada masalah. Mau keluar, mau masuk, itu urusan internal mereka masing-masing. Toh, PKS mengusung sendiri. Hari ini, diakui atau tidak diakui, tidak ada satu pun partai yang bisa mengusung sendiri. Butuh koalisi.

Komunikasi dengan PDIP seperti apa?

WANSUS: PKB Tak Gentar Anies Lawan Ridwan Kamil di Pilkada JakartaKetua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas dalam acara GenZ Memilih di Studio IDN Times (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Kita bukan hanya dengan PDIP, dengan seluruh partai kita terbuka untuk membangun komunikasi (untuk berkoalisi).

Apakah ada kemungkinan cawagub dari PDIP?

Kita belum sampai ke situ, yang PKB utamakan gubernurnya adalah Pak Anies. Kerjanya apa? Program kerja yang kita utamakan dulu. Ini wakil gubernurnya mampu atau tidak, kalau wakil gubernurnya tidak paham Jakarta, ya percuma juga.

Misalnya, PDIP mencalonkan si A yang tidak paham Jakarta, ya tidak bisa membantu gubernur, kalau gubernurnya ada uzur. Harus yang paham Jakarta juga.

Apakah PKB tidak jera bersaing dengan KIM yang dibekingi Presiden Jokowi?

Ini kita bukan tentang jera atau tidak jera dan kita tidak pernah melawan penguasa. Ini demokrasi. PKB tidak merasa kemarin pilpres itu melawan Jokowi atau melawan Prabowo. Tidak.

Kita menjual program, bagaimana membangun Indonesia yang lebih bagus. Begitu juga di Jakarta, kita tidak merasa melawan KIM. Kita tidak merasa melawan Pak Jokowi. Kita akui Pak Jokowi adalah presiden kita. Pembangunannya yang bagus kita bilang bagus, yang kurang, kita bilang kurang. Jadi tidak ada ini soal melawan penguasa dan bukan penguasa karena negara bukan menganut itu.

https://www.youtube.com/embed/wzpJm1l705g

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya