Najwa Shihab Cerita Alasan Terjun ke Media Digital

Dia mengungkapkannya di Fortune Indonesia Summit 2024

Intinya Sih...

  • Najwa Shihab berbagi pengalaman menjadi jurnalis hingga kebutuhan Indonesia dalam era AI.
  • Najwa optimistis terhadap kondisi Indonesia ke depan, namun tetap hati-hati dan memastikan ruang publik tumbuh.

Jakarta, IDN Times - Jurnalis senior dan pendiri Narasi, Najwa Shihab berbagi pengalamannya menjadi jurnalis hingga pemuda seperti apa yang dibutuhkan Indonesia dalam era teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini, alasan terjun ke media online hingga kondisi negeri ini ke depan. 

Selain itu, dia juga mengungkapkan lebih banyak mendengar suara-suara elit akhir-akhir ini. Karenanya, menurut dia, perlu memastikan suara publik bisa diamplifikasi dengan keras karena banyak perspektif berbeda yang perlu didengar. 

Hal tersebut dia ungkapkan ketika ditanya tanggapannya mengenai kondisi Indonesia di masa depan. 

“Saya cautiously optimistic (tentang kondisi Indonesia). Jadi optimis harus, cuman hati-hati," ujarnya, pada sesi What it Takes to Become Great”di acara Fortune Indonesia Summit 2024 di Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (7/3/2024). 

Di samping itu, dia menambahkan, semua pihak harus lebih fokus pada kesetaraan bagi masyarakat, terutama dalam mendapatkan pendidikan.

“Bukan hanya makan siang gratis tapi juga pendidikan yang bisa didapatkan,” ujar dia.

Baca Juga: Daftar 40 Anak Muda Paling Berpengaruh versi Fortune Indonesia

1. Najwa cerita pengalaman sebagai jurnalis

Najwa Shihab Cerita Alasan Terjun ke Media DigitalSesi “What it Takes to Become Great” pada acara Fortune Indonesia Summit 2024, Kamis (8/3/2024) (IDN Times/Maulana R)

Sementara itu, dia memaparkan pengalamannya sebagai jurnalis. Najwa mengatakan, sebelum mendirikan Narasi dan memulai talkshow Mata Najwa, pengalamannya sebagai jurnalis benar-benar nol.

“Bener-bener mulai dari anak magang, lho, teman-teman. Mulai lulus kuliah, saya magang di RCTI sebagai reporter, kemudian ke Metro TV,” kata dia. 

Jurnalis yang akrab disapa Nana ini pun bercerita tentang masa-masa saat harus melakukan siaran pukul 02.00 hingga diperbolehkan siaran siang.

Dengan kariernya yang panjang, dia juga tentu melewati banyak perubahan yang terjadi di dunia jurnalisme, termasuk bergesernya cara publik mendapatkan informasi.

“Televisi tidak lagi jadi acuan utama bagaimana publik dapat informasi, tapi lewat digital. Dan kalau saya hanya tetap di TV, dan sementara saya dari dulu ingin menjangkau anak muda sebanyak mungkin supaya mereka tercerahkan oleh berbagai informasi, anak mudanya gak nonton TV,” tutur dia. 

Menurutnya, itu yang menjadi alasannya terjun ke media digital. Dia pun berpendapat, kemampuan seorang individu untuk bisa menyesuaikan diri sangat penting.

Baca Juga: Garuda Indonesia Bakal Gandeng Operator Lokal Hadirkan Wifi di Pesawat

2. Optimistis boleh, tapi harus hati-hati

Najwa Shihab Cerita Alasan Terjun ke Media DigitalNajwa Shihab di Fortune Indonesia Summit 2024. (IDN Times/Amara Zahra)

Najwa mengaku cukup optimistis akan kondisi Indonesia ke depannya. Namun, optimisme itu harus disikapi dengan berhati-hati. Paalnya, ada banyak hal yang perlu ditelusuri. 

“Bagaimana kita bisa memastikan ruang-ruang publik tumbuh? Bagaimana kita memastikan kekuasaan, tidak inflasi, dan warga negara tidak semakin defisit?” ujarnya. 

Dia menekankan negara Indonesia luas. Karena itu, apa yang dibicarakan atau dipikirkan di satu sisi bisa saja tidak relevan dengan apa yang dibicarakan 2 jam dari Jakarta.  

“Kita tetap bisa optimis dan mendukung, tetapi kita juga harus selalu memastikan suara-suara publik itu tetap bisa diamplifikasi,” ucapnya.

3. Indonesia butuh anak muda yang mau berubah dengan cepat

Najwa Shihab Cerita Alasan Terjun ke Media DigitalSesi “What it Takes to Become Great” pada acara Fortune Indonesia Summit 2024, Kamis (8/3/2024) (IDN Times/Maulana R)

Najwa sadar akan perkembangan pesat selalu terjadi di mana pun. Oleh karena itu, dia berpesan kepada anak muda untuk terbiasa melihat sesuatu dari beragam perspektif dan mau berubah dengan cepat. 

“Karena dari situ, dari pemahaman bahwa mungkin saya salah, seharusnya itu bisa mendorong kita untuk mencari tahu,” kata Najwa. 

Dia menambahkan, karena dunia berubah sangat cepat, jika kita belajar satu hal sekarang, maka akan ada saja hal atau teknologi yang baru esok hari. Menurutnya, yang dibutuhkan itu bukan kemampuan teknis untuk menguasai satu isu, namun kesabaran untuk terus menjadi seorang learner seumur hidup. 

Baca Juga: 5 Keunikan di Fortune Indonesia Summit 2024, Ada Robot Pramusaji!

Topik:

  • Jujuk Ernawati
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya