Tak Punya Early Warning System, Warga Bekasi Sulit Hadapi Banjir

Sistem early warning baru ada di bagian barat aliran sungai

Jakarta, IDN Times - Kapusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menjelaskan masyarakat yang bermukim di bagian timur daerah Bekasi tak punya banyak waktu untuk melakukan evakuasi. Hal itu lantaran tak adanya early warning system di daerah tersebut. Akibatnya, banyak harta benda yang tak sempat diselamatkan oleh pemiliknya. 

"Emang bencana seperti yang saya jelaskan kemarin tadi yang baru punya early warning system itu baru Katulampa sampai ke bawah," tutur Agus saat ditemui di Gudang BNPB, Pondok Gede, Jatiasih, Kota Bekasi pada Sabtu (4/1).

Lalu, apa yang dimaksud early warning system itu?

1. Early warning system bermanfaat untuk menunjukkan tingginya muka air

Tak Punya Early Warning System, Warga Bekasi Sulit Hadapi BanjirBanjir di Perumahan Pondok Gede Permai (IDN Times/Fitang Budhi Aditia)

Agus menjelaskan early warning adalah sistem yang dapat memberikan tanda-tanda terkait kenaikan tinggi muka air di sungai. Sayangya di bagian timur Bekasi selain tak ada early warning system, tak ada pula petugas yang memantau ketinggian air sungai. 

Alhasil, masyarakat tidak mengetahui apabila kondisi air sudah tinggi. Maka, tak heran bila masyarakat tak memiliki waktu yang cukup untuk evakuasi harta bendanya. 

"Eh ternyata di timur Bekasi jam 1 malam itu udah mulai banjir tinggi cepat sekali karena kita belum punya sistem seperti itu," ujar Agus. 

Baca Juga: PDIP: Banjir Jakarta Menandakan Kepala Daerah Gagal Kelola Wilayahnya

2. Hanya sungai di bagian barat yang dilengkapi dengan sistem early warning

Tak Punya Early Warning System, Warga Bekasi Sulit Hadapi BanjirSDN Jatirasa V yang hancur tersapu banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Agus menjelaskan untuk saat ini hanya sungai di bagian barat yang sudah memiliki sistem early warning. Misalnya seperti, di Katulampa, Ciliwung, dan juga bendungan seperti Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB).

"Karena kita belum punya sistem seperti di Ciliwung untuk sistem yang di timur (Bekasi) itu," tutur dia. 

3. BNPB terlalu fokus pada sungai di bagian barat sehingga abai memperhatikan sungai di area timur

Tak Punya Early Warning System, Warga Bekasi Sulit Hadapi BanjirANTARA FOTO/Arif Firmansyah

Agus mengakui BNPB semula hanya fokus memperhatikan ketinggian muka air di bagian barat aliran sungai, salah satunya di Bendungan Katulampa. 

"Nah kemarin kan orang melototi, saya juga semalaman ngeliatin (Bendungan) Katulampa kok gak naik ya katanya infonya hujan deras kok gak naik-naik," ujarnya.

Namun tanpa diduga, Agus menjelaskan, karena tidak ada pengawasan di sungai bagian timur, banjir pun terjadi tanpa diprediksi.

4. Korban tewas akibat banjir awal tahun di Jadebotabek telah mencapai 53 orang

Tak Punya Early Warning System, Warga Bekasi Sulit Hadapi Banjir(Gudang BNPB untuk pengungsi banjir) IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Namun, akibat alpa memperhatikan kondisi di bagian timur aliran sungai berakibat fatal. Berdasarkan data yang dirilis oleh BNPB pada Sabtu (4/1), korban tewas akibat banjir di sepanjang Jadebotabek sudah mencapai angka 53 orang. Sebelumnya, pada Jumat kemarin, korban tewas mencapai 47 orang. 

Pada pagi ini, jumlah korban tewas bertambah 5 orang menjadi 53 jiwa. Sementara, korban yang hilang berjumlah satu orang. 

Kapusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo menjelaskan penambahan jumlah korban tewas berasal dari Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor.

"Untuk Kabupaten Bogor, 5 orang meninggal namun identitas masih belum diketahui," ujar Agus melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada hari ini. 

https://www.youtube.com/embed/iW0a8OFyNxY

Baca Juga: Pemerintah Gelontorkan Rp5 Miliar untuk Korban Banjir Jabodetabek

Topik:

Berita Terkini Lainnya