TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Perilaku Toxic Masculinity yang Bisa Menghancurkan Kehidupan Pribadi

Jadilah dirimu sendiri dan bangun hidup yang lebih sehat!

ilustrasi arogan (pexels.com/Kanchoufk)

Toxic masculinity adalah konsep yang menggambarkan ekspektasi budaya terhadap pria yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka. Ekspektasi ini mendorong perilaku-perilaku yang tidak sehat, yang pada akhirnya dapat merusak kehidupan pribadi seseorang, termasuk hubungan, kesehatan mental, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Sebagai pria, kamu mungkin tanpa sadar telah dipengaruhi oleh standar ini. Mari kita bahas enam perilaku toxic masculinity yang bisa menghancurkan kehidupan pribadi dan bagaimana cara mengenalinya agar kamu bisa terhindar dari dampak buruknya.

1. Being stoic

ilustrasi pria murung (pexels.com/graham wizardo)

Dari kecil, pria sering kali diajarkan untuk menjadi kuat, mandiri, dan tidak menunjukkan emosi. Perasaan rentan atau menangis kerap dianggap sebagai tanda kelemahan yang bisa membuatmu ditertawakan oleh orang lain.

Namun, menahan emosi hanya akan membuatmu semakin tertekan, lho. Emosi yang tidak terungkap bisa memicu masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. Jadi, penting untuk memahami bahwa menunjukkan emosi bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda keberanian untuk menghadapi perasaanmu secara sehat.

2. Gonta-ganti pasangan

ilustrasi dating (pexels.com/Filip Rankovic Grobgaard)

Kamu mungkin sering mendengar bahwa semakin banyak pengalaman seksual yang dimiliki pria, semakin hebat mereka dianggap. Ini adalah standar ganda yang merugikan. Meskipun pria sering kali dipuji karena memiliki banyak pasangan, wanita dengan pengalaman yang sama malah sering mendapatkan label negatif.

Perilaku ini bisa menghancurkan hubungan pribadi dan memperkuat stereotip gender yang tidak sehat, lho. Menjadi setia dan menghargai pasangan jauh lebih penting dalam membangun hubungan yang berarti daripada mengejar validasi melalui jumlah pasangan.

Baca Juga: 5 Tips Keluar dari Hubungan Percintaan yang Toxic, Buat Batasan!

3. Melakukan kekerasan

ilustrasi pasangan KDRT (pexels.com/Alex Green)

Statistik menunjukkan bahwa pria lebih sering terlibat dalam kekerasan dibandingkan wanita. Salah satu alasannya adalah pandangan bahwa pria harus menunjukkan kejantanan mereka melalui kekerasan atau perilaku agresi.

Namun, kekerasan bukanlah solusi untuk membuktikan kejantanan. Kekerasan hanya akan merusak kehidupan pribadi dan menempatkanmu pada risiko hukum, serta merugikan orang-orang di sekitarmu. Mengontrol emosi dan menemukan cara yang sehat untuk menyalurkan kemarahan adalah langkah penting dalam membangun kehidupan yang lebih damai dan seimbang.

4. Sering mendominasi

ilustrasi pasangan adu argumen (pexels.com/Yan Krukau)

Kecenderungan untuk mendominasi orang lain, baik dalam hubungan pribadi maupun di lingkungan sosial, adalah bentuk toxic masculinity yang dapat merusak hubungan. Banyak pria merasa mereka harus selalu menjadi pemegang kendali, baik itu dalam percakapan, keputusan, atau bahkan aktivitas sehari-hari.

Misalnya, sebuah studi menemukan bahwa sebagian besar pria percaya bahwa mereka harus menjadi decision maker dalam hubungan. Padahal, dominasi yang berlebihan hanya akan menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang dapat menghancurkan hubungan yang seharusnya didasarkan pada saling menghormati dan pengertian.

5. Agresif secara seksual terhadap perempuan

ilustrasi perempuan menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Perilaku agresi seksual terhadap wanita adalah salah satu bentuk toxic masculinity yang paling merusak. Pria yang terbiasa dengan standar maskulinitas beracun sering kali merasa berhak atas tubuh wanita, membuat komentar seksual yang tidak pantas, atau bahkan terlibat dalam pelecehan seksual.

Selain itu, mereka cenderung menerima mitos-mitos pemerkosaan yang tidak benar. Ini tidak hanya merusak kehidupan pribadi pria itu sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi wanita. Menghormati batasan dan memahami pentingnya persetujuan adalah kunci untuk menghentikan siklus perilaku ini.

Verified Writer

Riva Khodijah

Halo, assalamualaikum

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya