TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Sikap Buruk Pasangan yang Paling Sulit Dihilangkan dan Bikin Kesal

Sikap buruk pasangan yang sulit dihilangkan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/artursafronovvvv)

Menjalin hubungan asmara adalah perjalanan yang penuh liku. Setiap pasangan pasti mengalami pasang surut, dan sering kali, sikap buruk dari pasangan bisa menjadi sumber friksi dan ketidaknyamanan.

Terkadang, ada beberapa sikap buruk yang cenderung lebih sulit dihilangkan dan sering kali menjadi sumber utama rasa kesal dalam hubungan. Berikut adalah tujuh sikap buruk pasangan yang paling sulit dihilangkan dan bikin kesal.

1. Kebiasaan menunda-nunda (procrastination)

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menunda-nunda adalah salah satu kebiasaan yang sangat menjengkelkan. Pasangan yang sering menunda-nunda pekerjaan atau tanggung jawabnya bisa membuat frustrasi. Misalnya, menunda membayar tagihan, membersihkan rumah, atau mengerjakan tugas penting lainnya.

Sikap ini tidak hanya mengganggu ritme kehidupan sehari-hari tetapi juga bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari. Menunda-nunda sering kali menciptakan ketegangan dan stres, terutama ketika hal-hal yang ditunda memiliki tenggat waktu yang ketat. Mengatasi kebiasaan ini memerlukan kesadaran dan disiplin dari kedua belah pihak.

2. Kurang komunikasi

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Komunikasi adalah kunci dari hubungan yang sehat. Namun, banyak pasangan yang sulit untuk membuka diri dan berbicara tentang perasaan atau masalah yang dihadapi. Ketika pasangan enggan berkomunikasi, hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan perasaan tidak dihargai.

Kurangnya komunikasi sering kali menjadi pemicu utama konflik dalam hubungan. Tanpa komunikasi yang baik, pasangan mungkin akan merasa terisolasi dan tidak dimengerti. Membuka jalur komunikasi yang efektif dapat membantu mengatasi banyak masalah dalam hubungan.

Baca Juga: 5 Tips Menghadapi Pasangan yang Playing Victim, Jangan Terjebak!

3. Sikap posesif

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Posesif adalah sikap yang sering kali disalahartikan sebagai tanda cinta, namun sebenarnya bisa sangat merugikan hubungan. Pasangan yang posesif cenderung mengontrol dan membatasi kebebasan pasangannya, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan tertekan. Sikap ini bisa berujung pada ketidakpercayaan dan konflik yang berkepanjangan.

Sikap posesif sering kali berasal dari ketidakamanan dan rasa takut kehilangan. Memahami akar dari sikap posesif dan bekerja untuk membangun kepercayaan adalah langkah penting untuk mengatasinya. Pasangan perlu belajar untuk memberikan ruang dan kebebasan satu sama lain.

4. Tidak menepati janji

ilustrasi bertengkar (freepik.com/Drazen Zigic)

Janji adalah komitmen yang harus dipenuhi. Ketika pasangan sering kali tidak menepati janji, hal ini bisa menurunkan kepercayaan dan menimbulkan rasa kecewa. Misalnya, janji untuk datang tepat waktu, janji untuk membantu, atau janji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

Kegagalan menepati janji bisa membuat pasangan merasa tidak dihargai dan tidak penting. Menepati janji adalah salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawab dalam hubungan. Penting bagi pasangan untuk memahami bahwa janji bukan hanya kata-kata, tetapi komitmen yang harus dipegang teguh.

5. Mengabaikan kebutuhan emosional

ilustrasi bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap orang memiliki kebutuhan emosional yang perlu dipenuhi, seperti perhatian, kasih sayang, dan dukungan. Ketika pasangan mengabaikan kebutuhan emosional ini, hubungan bisa menjadi dingin dan tidak berarti. Mengabaikan kebutuhan emosional bisa membuat pasangan merasa kesepian dan tidak dihargai, yang pada akhirnya dapat merusak ikatan dalam hubungan.

Memahami dan memenuhi kebutuhan emosional pasangan adalah kunci untuk menjaga keintiman dan kedekatan. Penting untuk saling mendengarkan dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Sikap empati dan perhatian adalah fondasi dari hubungan yang kuat dan sehat.

6. Kebiasaan mengkritik terlalu sering

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Budgeron Bach)

Kritik yang konstruktif memang diperlukan untuk pertumbuhan pribadi dan hubungan. Namun, jika kritik dilakukan terlalu sering dan dengan cara yang tidak tepat, hal ini bisa menjadi sumber konflik. Pasangan yang sering mengkritik bisa membuat pasangannya merasa tidak cukup baik dan tidak dihargai.

Sikap ini bisa menurunkan kepercayaan diri dan merusak kebahagiaan dalam hubungan. Kritikan yang berlebihan dapat merusak rasa percaya diri dan menimbulkan rasa dendam. Penting untuk memberikan kritik dengan cara yang baik dan mendukung. Selain itu, juga penting untuk memberikan pujian dan apresiasi ketika pasangan melakukan sesuatu yang baik.

Verified Writer

Rendy Firmansyah

Seorang penulis yang ingin membagikan tips-tips dunia percintaan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya