TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenali 7 Attachment Style Ini untuk Menghindari Cekcok dengan Pasangan

Kenali attachment style milik pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Vera Arsic)

Dalam hubungan romantis, pemahaman terhadap attachment styles atau gaya keterikatan dapat memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan dan mencegah konflik. Attachment style menggambarkan bagaimana seseorang membentuk dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, dan ini sering kali terbentuk sejak masa kanak-kanak.

Dengan mengenali attachment style pasangan kamu dan diri sendiri, kamu dapat mengantisipasi dan mengelola potensi konflik dengan lebih efektif. Mengabaikan aspek ini bisa membuat konflik kecil menjadi besar. Oleh karena itu, mengenal attachment style dapat menjadi langkah preventif yang sangat berharga. Berikut adalah tujuh attachment style yang perlu kamu ketahui.

1. Secure attachment

ilustrasi pasangan (pexels.com/king caplis)

Orang dengan secure attachment merasa nyaman dengan kedekatan dan keintiman. Mereka cenderung memiliki pandangan positif tentang diri mereka sendiri dan pasangan mereka. Individu dengan secure attachment mampu mengekspresikan emosi mereka secara sehat dan memahami kebutuhan emosional pasangan mereka.

Mereka juga lebih cenderung untuk mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif, mencari solusi bersama, dan menjaga komunikasi tetap terbuka. Gaya ini adalah yang paling ideal untuk dicapai dalam sebuah hubungan. Dengan secure attachment, hubungan cenderung lebih stabil dan memuaskan. Selain itu, individu dengan gaya ini mampu memberikan dukungan emosional yang kuat bagi pasangan mereka.

2. Anxious-preoccupied attachment

ilustrasi berbicara (pexels.com/Anna Pou)

Individu dengan anxious-preoccupied attachment sering kali merasa tidak aman dalam hubungan mereka. Mereka cenderung sangat membutuhkan kedekatan dan perhatian dari pasangan, serta khawatir akan ditinggalkan atau tidak dicintai. Hal ini dapat menyebabkan perilaku clingy atau terlalu bergantung pada pasangan, yang pada gilirannya dapat memicu konflik.

Penting bagi pasangan dengan gaya ini untuk memberikan reassurance yang konsisten dan berkomunikasi dengan jujur tentang perasaan dan kebutuhan mereka. Sering kali, ketidakamanan ini berasal dari pengalaman masa kecil yang penuh dengan ketidakpastian. Mengenali pola ini bisa membantu individu untuk mencari bantuan profesional. Terapi bisa menjadi cara efektif untuk mengatasi kecemasan yang berlebihan dalam hubungan.

Baca Juga: 5 Cara Menghadapi Pasangan dengan Fearful-Avoidant Attachment Style

3. Dismissive-avoidant attachment

ilustrasi berbicara (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Orang dengan dismissive-avoidant attachment biasanya merasa nyaman dengan kemandirian dan sering kali menghindari keintiman. Mereka cenderung menganggap hubungan emosional sebagai hal yang kurang penting dan mungkin tampak dingin atau tidak terjangkau secara emosional. Dalam hubungan, mereka mungkin menghindari konflik dengan cara menarik diri atau tidak membahas masalah.

Untuk mengatasi hal ini, penting bagi pasangan untuk bersabar dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka. Ketidakpedulian yang tampak ini sering kali adalah mekanisme pertahanan. Orang dengan gaya ini mungkin memiliki ketakutan yang mendalam terhadap penolakan. Memahami dan mengatasi ketakutan ini bisa membantu mereka menjadi lebih terbuka.

4. Fearful-avoidant attachment

ilustrasi berbicara (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Fearful-avoidant attachment adalah kombinasi antara anxious dan avoidant. Individu dengan gaya ini mendambakan keintiman tetapi juga takut ditolak. Mereka mungkin terlibat dalam hubungan yang tidak stabil dan sering kali merasa bingung tentang perasaan mereka sendiri. Dalam situasi konflik, mereka bisa menjadi sangat defensif atau menarik diri sepenuhnya.

Untuk mengurangi cekcok, penting bagi pasangan untuk memahami ambivalensi perasaan mereka dan bekerja bersama untuk menciptakan rasa aman dalam hubungan. Ketidakstabilan emosi ini bisa sangat melelahkan bagi pasangan. Membangun kepercayaan adalah kunci untuk membantu individu dengan gaya ini merasa aman. Intervensi terapeutik juga bisa sangat membantu dalam kasus-kasus ini.

5. Disorganized attachment

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andres Ayrton)

Disorganized attachment biasanya berkembang dari pengalaman traumatis atau pengabaian selama masa kanak-kanak. Individu dengan gaya ini sering kali menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dalam hubungan, seperti mendekati dan menjauh secara bergantian. Mereka mungkin merasa tidak aman dan kesulitan mengelola emosi mereka, yang dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam hubungan.

Untuk mendukung mereka, penting untuk menawarkan dukungan emosional yang stabil dan konsisten, serta mencari bantuan profesional jika diperlukan. Trauma masa lalu sering kali memerlukan penyembuhan yang mendalam. Dukungan dari pasangan bisa sangat membantu dalam proses ini. Terapi khusus trauma bisa menjadi langkah yang baik untuk memulai penyembuhan.

6. Reactive attachment disorder (RAD)

ilustrasi pasangan (pexels.com/Thomas Ronveaux)

RAD adalah kondisi serius yang biasanya berkembang pada anak-anak yang mengalami pengabaian atau penyalahgunaan berat. Orang dewasa dengan RAD mungkin mengalami kesulitan besar dalam membentuk hubungan yang sehat dan stabil. Mereka mungkin tampak tidak peduli atau bermusuhan dalam hubungan. Mengatasi konflik dengan individu yang memiliki RAD memerlukan pemahaman mendalam dan sering kali intervensi dari profesional kesehatan mental.

Dukungan dan kesabaran sangat penting dalam membantu individu ini mengembangkan keterampilan hubungan yang sehat. RAD sering kali membutuhkan pendekatan terapeutik yang intensif. Membangun hubungan yang penuh kepercayaan dengan individu dengan RAD memerlukan waktu. Komitmen jangka panjang dari pasangan sangatlah penting dalam kasus ini.

Verified Writer

Rendy Firmansyah

Seorang penulis yang ingin membagikan tips-tips dunia percintaan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya