Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!

Kita pun jadi lebih mengapresiasi proses ramah lingkungan

Intinya Sih...

  • Jenama fashion sirkular Sejauh Mata Memandang memperkenalkan Studio Sejauh di Pekalongan
  • Studio ini menjadi tempat pembelajaran dan praktik sustainable fashion dengan kolaborator lokal
  • Proses pembuatan kain tenun, membatik, dan pewarnaan menggunakan bahan alami untuk kelestarian alam

Jakarta, IDN Times - Pada Rabu (7/8/2024) silam di Pekalongan, jenama fashion sirkular Sejauh Mata Memandang resmi memperkenalkan Studio Sejauh. Studio ini merupakan ruang kolaborasi di bidang sandang yang diinisiasi oleh Yayasan Sejauh Bumi Lestari, keluarga baru Sejauh Mata Memandang.

Para pemangku kepentingan di bidang fashion pun dapat bertemu di studio tersebut untuk mempelajari serta mempraktikkan sustainable fashion. Tim IDN Times berkesempatan mengalami pembelajaran yang berharga tersebut pada Kamis (8/8/2024) di studio yang beralamatkan di Jl. Karya Bakti No.196, Pekalongan, Jawa Tengah.

Fashion adalah proses panjang yang melibatkan banyak pihak, tapi juga harus memberdayakan orang-orang di dalamnya. Selain itu, mengingat tekstil telah menjadi limbah nomor satu di dunia, praktik sustainable fashion harus digaungkan demi lestarinya alam. Pembelajaran itulah kira-kira yang tergambar di bawah ini.

1. Mengamati bagaimana benang dipintal dari gulungan besar ke gulungan kecil

Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!Proses pemintalan benang pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Sejauh Mata Memandang mendapatkan produk benangnya dari kolaborator seperti Rabersa dan Yayasan Sekar Kawung. Rabersa (CV. Ramindo Berkah Persada Sejahtera) didirikan oleh Wibowo Akhmad. Ia membudidayakan tanaman rami atau haramay dari Wonosobo. Tanaman perdu ini dapat menghasilkan staple fiber, yakni produk bahan kapas berbasis serat rami yang bersifat alami dan ramah lingkungan.

Sementara itu, Yayasan Sekar Kawung adalah sarana pengembangan ekonomi masyarakat lokal di beberapa daerah yang berbasis budaya dan produk olahan hasil bumi yang dikelola secara ramah lingkungan serta berkelanjutan. Pendirinya adalah Chandra Kirana Prijosusilo.

Benang yang disalurkan dari kolaborator, hadir dalam bentuk gulungan yang besar. Oleh karena itu, benang tersebut harus dipintal lagi ke dalam gulungan yang lebih kecil. Hal tersebut untuk menyesuaikan dengan ukuran alat tenun yang akan dipakai.

Alat pemintalannya persis seperti roda sepeda. Di tengah roda, terdapat cekungan sebagai rel benang. Dari gulungan yang besar, benang dialirkan pada cekungan tersebut ketika tangan memutar pedal. Benang itu pun beralih ke gulungan yang lebih kecil.

2. Belajar menenun kain dengan metode ATBM dan rumus 1, 4, 2, 3

Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!Penenun sedang bekerja pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Tahap berikutnya adalah belajar menenun kain dari pintalan benang. Pada tahap ini, kami dipandu oleh tim kolaborator dari CraftDenim.id yang membangkitkan kembali gairah tenun di Kota Pekalongan.

CraftDenim.id yang didirikan oleh Raden Asyfa Fuadi, memiliki ciri khas berupa kain tenun denim atau jeans. Tenun yang diaplikasikan pun berasal dari ATBM (alat tenun bukan mesin). Jadi, pengerjaannya masih tradisional dan melibatkan tenaga manusia.

Pada praktik pertama, kami menggunakan alat tenun untuk kain denim. Rumus yang digunakan adalah 1, 4, 2, 3. Artinya, kami perlu memijak injakan kayu di bawahnya dengan urutan nomor 1 dari kanan, lalu 4, kemudian 2, dan 3. Begitu terus dan berulang sembari tangan kami menarik dan mendorong kayu. Hal ini dilakukan untuk membuat motif tenunannya.

Pada praktiknya, proses ini tidak semudah yang dilihat. Pertama, kaki kami masih terasa kaku menekan injakan dengan rumus yang sedemikian rupa. Begitu pula dengan tangan kami yang harus menarik kayu. Proses pun jadi melambat.

Kedua, sekoci (bagian yang berfungsi untuk meluncurkan benang dari kanan ke kiri atau sebaliknya) terlempar keluar atau berhenti di tengah-tengah balok. Sungguh kami perlu mengatur energi dengan baik supaya hasil tenunan punya kerapatan yang baik. Sebab, jika menarik kayu dengan sangat bersemangat pun, alat tenun yang besar itu sanggup bergeser posisi.

Bergeser ke praktik kedua, kami menenun kain tenun biasa. Karena itu, injakan kaki yang digunakan tidak sebanyak sebelumnya. Rumusnya hanya kanan dan kiri.

"Setelah menginjak ini, kita harus mendorong. Saat mendorong itu, tali ini akan tegang dan mendorong shuttle (alat untuk menyimpan dudukan pembawa benang). Setelah didorong, agak ditarik sedikit agar masuk laci (ruangan untuk sekoci sebelum dipukul oleh picker) di sebelah sana," instruksi Asyfa.

3. Memberi motif pada kain jadi yang masih polos dengan teknik membatik

Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!Proses belajar membatik pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Usai menenun, tahap berikutnya tidak kalah menarik. Kami melakukan proses membatik pada kain putih polos seukuran scraft. Tidak menggunakan canting, kami menggunakan metode cap. Tahap ini dilakukan sebagai proses pemberian motif pada kain.

Bagian ini melibatkan tim kolaborator artisan batik asal Pekalongan, Mugi Raharjo. Tim pun telah menyiapkan beragam jenis cap dari bahan metal, lilin, loyang, kompor, serta meja yang dipakai untuk mengecap.

Beberapa ukuran dan motif cap telah dikumpulkan. Ada yang bermotif ayam, bunga, hingga pola-pola geometris yang artistik. Di sini, kami bebas menelurkan kreativitas pada kain polos yang telah diambil.

Namun, lilin sebagai bahan pemberi motif harus dipanaskan terlebih dahulu di atas loyang yang dipanaskan dengan kompor dan gas. Cap yang akan dipakai pun harus ikut dipanaskan terlebih dahulu supaya lilin bisa membentuk motif dengan cantik.

Setelah lilin mencair dan cap siap dipakai, kami membubuhkan cap pada kain. Agar motif tercetak sempurna, cap harus lebih ditekan. Itulah mengapa meja yang digunakan telah dialasi terlebih dahulu dengan lapisan empuk yang permukaannya dingin. 

Tantangan dari tahap ini adalah kesabaran. Kesabaran menunggu lilin panas, memilih dan menata susunan motif dari cap, sampai menunggu lilin pada kain lebih dingin dan kering sebelum proses pewarnaan.

Rata-rata dari kami tidak mengerti bagaimana hasil pembatikan yang dilakukan. Semua hanya mengira-ngira sesuai kreativitas. Namun, tidak sedikit yang terpukau ketika motif batik mulai terlihat. Tidak dikira, kami juga bisa membatik dan proses ini terasa menyenangkan.

Baca Juga: 4 Tren Fashion dari Brand Lokal yang Kembali Diminati, Setuju?

4. Setelah pembatikan usai, waktunya melakukan pewarnaan alami pada kain

Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!Proses pewarnaan batik pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Motif batik sudah tercipta. Tidak lengkap rasanya jika batik tidak melalui proses pewarnaan. Kali ini, kolaborator Shibiru oleh Fatah Syaifur Rochman sudah siap sedia membantu. Sebelum proses pewarnaan dimulai, ia memperkenalkan terlebih dahulu pewarna alami apa yang ia pakai. Pewarna itu menghasilkan warna indigo biru.

"Pewarnanya dari Strobilanthes cusia. Masyarakat sekitar menyebutnya godong mangsi (Bahasa Jawa: daun tinta)," katanya. 

Setelah itu, kami dipersilahkan merendam kain kami ke ember berisi air. Perendaman tidak perlu lama asalkan seluruh permukaan kain basah. Kemudian, kain dijemur sebentar hingga air-air yang menetes hilang selama beberapa menit.

Lalu, kain dimasukkan ke dalam cairan pewarna yang pertama. Untuk merendamnya pun ada trik-trik yang perlu dipahami oleh kaum awam. Misalnya, jika ada residu atau endapan dari pewarna, maka residu itu harus dibersihkan karena dapat membuat efek warna luntur pada kain. Perendaman pun dapat ditinggal, tidak perlu diaduk-aduk.

"Biasanya, kami biarkan selama 3-5 menit," tambah Fatah soal perendaman kain.

Jika sudah cukup, kain boleh diangkat dan dijemur. Biasanya, kain akan berwarna biru muda saat kering. Jika ingin berwarna biru lebih pekat seperti biru dongker, kami boleh merendam kembali kainnya pada ember pewarnaan yang satunya lagi.

5. Keempat proses di atas hanya sebagian dari keseluruhan proses fashion yang sirkular. Masih ada proses lainnya

Belajar Praktik Sustainable Fashion lewat Studio Sejauh, Menyenangkan!Proses penjemuran kain pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Mungkin, keempat proses di atas terasa sulit dan cukup melelahkan bagi sebagian orang. Namun proses-proses tadi hanyalah sebagian dari keseluruhannya.

Ada proses menanam kapas serta rami yang tidak diikutkan dari proses belajar kami. Ada proses pemanenan dan pemintalan benang dari daerah sumber. Untuk kain-kain yang berasal dari benang daur ulang baju pun, melibatkan proses sortir dan pemintalan.

Setelah proses pewarnaan kain batik pun masih ada proses penjemuran yang memakan waktu serta penghilangan malam (lilin) dari kain. Biasanya, malam dihilangkan dengan cara direbus. 

Dengan segenap proses panjang tersebut, sudah selayaknya kita mengapresiasi sosok-sosok serta karya yang dihasilkan dari fashion yang sirkular atau sustainable fashion. Sebab, proses yang panjang ini berguna untuk kelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Proses sirkular ini menjaga kita dari produksi massal yang merusak lingkungan serta ambisi mengeruk keuntungan yang berlebihan. Jika bukan kita yang mulai peduli, lantas siapa lagi?

"Jadi, tempat ini sebenarnya buat masing-masing (kolaborator) memproduksi buat brand lain, gak apa-apa juga. Misalnya, Asyfa mau bikin tenun yang dia mau bikin, jual sendiri, gak apa-apa," ujar Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif dari Sejauh Mata Memandang tentang Studio Sejauh yang baru ia perkenalkan.

Studio ini harapannya mampu jadi lokasi utama bagi para pegiat bisnis circular fashion untuk mengakses keterbukaan informasi yang dapat mendukung upaya bisnis agar dapat berjalan secara lebih bertanggungjawab. Dengan informasi tentang sistem pasokan dan produksi yang bertanggung jawab dan akses yang terbuka, bukankah hal ini menjadi angin segar bagi pegiat industri fashion dan tekstil?

Baca Juga: 9 Inspirasi Airport Fashion Style ala Selebgram Baby Lisa, Comfy!

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Muhammad Tarmizi Murdianto

Berita Terkini Lainnya