TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Utari Ardhana Bangun Kelas Gratis,  Ruang Belajar Semua Kalangan

Ia juga membagikan tips lolos MSIB

Utari W Ardhana (dok. pribadi)

Intinya Sih...

  • Utari Ardhana membangun Uacademy.id, platform kelas pengembangan diri gratis dan berkualitas.
  • Uacademy.id tidak hanya menyediakan kelas gratis, tetapi juga pelatihan mendalam dan tantangan untuk peserta.
  • Utari memberikan tips lolos MSIB, termasuk pentingnya portofolio, pengalaman magang, dan self-project.

Jakarta, IDN Times - Pengembangan diri adalah proses berkelanjutan yang memungkinkan seseorang untuk mengenali, mengasah, dan memaksimalkan potensi dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam hal keterampilan profesional, kemampuan pribadi, maupun kualitas emosional. Pengembangan diri jadi langkah penting untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan hidup yang lebih bermakna.

Saat ini, sudah banyak platform yang menyediakan berbagai kelas pengembangan diri. Hanya saja, banyak di antaranya yang paid atau berbayar. Hal ini jadi salah satu pemantik bagi Utari W Ardhana untuk membangun platform Uacademy.id. Platform ini menghadirkan beragam kelas gratis hingga private class gratis.

Motivasi Utari tidak hanya sebatas memberikan akses kelas gratis, tetapi juga menciptakan ruang di mana setiap individu bisa berkembang dengan bebas dan tanpa batasan finansial. Inisiatifnya ini juga jadi wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan diri tanpa terkendala biaya, sambil tetap mendapatkan kualitas pengajaran yang relevan dan bermanfaat.

IDN Times berkesempatan melakukan wawancara khusus bersama Utari Ardhana pada Rabu (28/8/2024) secara daring. Utari menceritakan perjalanannya selama membangun Uacademy.id. Selain itu, Utari juga menjabarkan beberapa tips bagi kamu yang ingin lolos MSIB (Magang dan Studi Independen Bersertifikat).

1. Membangun platform Uacademy.id untuk ciptakan kelas gratis

Utari W Ardhana (dok. pribadi)

Utari memulai platform Uacademy.id dengan niat sederhana, yakni menciptakan dampak positif bagi teman-temannya. Awalnya, platform ini hanya menyediakan kelas-kelas kecil yang diisi oleh teman-teman dekatnya. Mereka meminta Utari mengajarkan berbagai keterampilan, seperti public speaking dan tips magang.

"Jadi, sebenarnya itu awalnya iseng banget karena aku pengin banget kasih impact buat teman-teman aku. Awalnya, itu cuma kelas-kelas biasa aja dari teman-temanku dulu. Ternyata, banyak yang ngebutuhin juga. Mereka itu masih concern terhadap biaya dan sebagainya," jelas Utari.

Melihat banyak orang yang masih kesulitan mengakses kelas pengembangan diri karena masalah biaya, Utari akhirnya memutuskan untuk membuat kelas-kelas yang sepenuhnya gratis. Hal ini didorong oleh kebutuhan nyata dari teman-teman sekitarnya yang ingin belajar dan berdiskusi, namun tidak memiliki tempat yang sesuai.

"Makanya, aku tuh buat kelas gratis banget tuh. Kelas gratis itu memang awalnya juga, aku lihat teman-teman kayak gak punya tempat buat saling discuss dan belajar," lanjutnya.

2. Bukan hanya kelas gratis, ada juga berbagai pelatihan untuk portofolio

Utari W Ardhana (dok. pribadi)

Utari gak hanya berhenti pada penyediaan kelas gratis, tetapi juga mengadakan berbagai pelatihan yang lebih mendalam untuk membantu peserta meningkatkan portofolio. Dalam pelatihan ini, Utari memberikan tantangan yang memotivasi peserta untuk benar-benar terlibat secara aktif, seperti tugas-tugas praktis dan bahkan doorprize untuk meningkatkan semangat. Hal ini bertujuan agar peserta mendapatkan manfaat yang lebih dari sekadar mengikuti webinar biasa.

"Setelah kelas gratis, banyak juga yang nanya apakah cuma ada kelasnya aja. Aku juga ada melakukan pelatihan, itu juga gratis. Terus, aku ada ngasih challenge ke teman-teman. Bahkan waktu itu, aku sempat bagi-bagi doorprize supaya mereka ke-trigger gitu," paparnya.

Salah satu contoh pelatihan yang diselenggarakan adalah kelas desain di mana peserta diberikan dua tugas yang kemudian dikoreksi oleh Utari sendiri. Selain itu, Utari juga mengadakan kelas pembuatan CV yang diikuti dengan tantangan untuk membuat dan mengirimkan CV dengan tawaran review gratis untuk peserta. Pelatihan ini juga mencakup topik-topik seperti beasiswa dan magang melalui program MSIB, menunjukkan betapa seriusnya Utari dalam mendukung pengembangan keterampilan peserta untuk masa depan yang lebih baik.

3. Sebelum membangun platform ini, Utari mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri

Utari W Ardhana (dok. pribadi)

Sebelum membangun platform Uacademy.id, Utari telah mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri yang membekalinya dengan ilmu dan pengalaman berharga. Salah satunya adalah program Sekolah Staf Presiden (SSP) yang merupakan program pelatihan kepemimpinan dari Kantor Staf Presiden. Utari mendapatkan kesempatan belajar dari tokoh-tokoh inspiratif seperti Merry Riana.

"Kita juga ada audiensi langsung. Karena waktu itu ada beberapa concern, aku juga pernah membahas soal stunting. Ternyata, gak semudah itu untuk menyelesaikan suatu issues. Jadi, dari sana juga, aku banyak banget dapat info, dapat ilmu, yang sampai sekarang aku tanamkan dan sebisa mungkin aku sebarkan gitu," ujarnya.

Pengalaman terjun langsung ke dunia pemerintahan, memberikan banyak wawasan kepada Utari mengenai tantangan yang dihadapi dalam memecahkan masalah sosial di Indonesia. Semua ilmu dan wawasan ini jadi modal penting yang terus ia tanamkan dan sebarkan melalui platform yang ia bangun, sehingga mampu memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat.

Baca Juga: Dulu Kena Bully, Salma Kyana Lawan Insecure dan Jadi Puteri Indonesia

4. Tips lolos MSIB ala Utari: kuncinya di CV dan portofolio!

ilustrasi CV (pexels.com/Lukas)

Utari juga membagikan tips supaya bisa lolos MSIB. Menurutnya, kunci utama saat mendaftar MSIB adalah CV dan portofolio. Utari menyarankan, maksimalkanlah pengalaman yang dimiliki, meskipun terbatas. Jika pengalaman masih kurang, penting untuk meningkatkan portofolio dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti kelas gratis, pelatihan, atau membuat self-project

"Aku sempat ngobrol sama HR. Mereka lebih ngelihat ke skill dan hasil apa yang udah kita buat. Gak harus selalu organisasi, tapi apa yang udah kita buat/lakukan, skill apa yang kita punya. Belum ada pengalaman kerja gak apa-apa, tapi setidaknya ada hasil yang udah kita buat," lanjutnya.

Selain itu, Utari menekankan pentingnya mengenali minat diri sendiri sebelum terjun ke program magang. Menurutnya, memilih bidang yang benar-benar diminati, akan membuat pengalaman magang lebih berharga dan relevan.

"Sering-sering cari tahu juga tentang diri sendiri. Minatnya ke mana? Jangan FOMO atau ikut-ikutan. Cari minat yang benar-benar kita minati. Karena saat sudah terjun langsung, itu pasti banyak unexpected moments. Magang itu sambil belajar juga. Pilih apa yang emang kita minatin," kata Utari.

5. Bagaimana cara membangun CV supaya lolos MSIB?

ilustrasi CV (pexels.com/cottonbro studio)

Untuk membangun CV yang bisa lolos program MSIB, Utari menyarankan agar portofolio diletakkan di bagian head CV. Misalnya dengan menyertakan tautan ke profil LinkedIn atau situs portofolio. Selain itu, bagian profile summary harus mampu 'menjual' keterampilan dengan cara yang menarik dan ringkas, maksimal 5-7 kalimat. Kalimat-kalimat di profil harus bisa menggambarkan nilai yang kita bawa sehingga CV lebih terlihat profesional dan berkesan.

Lebih lanjut, Utari menjabarkan, "Di bagian Education, taruh aja pengalaman dan sedikit informasi terkait ngelakuin apa aja. Di bagian pengalaman, baiknya dijelaskan juga secara rinci, udah ngelakuin dan nyelesain apa aja. Kalau bisa, ada kuantitasnya juga. Jadi, HR bisa lihat hasilnya dan hasil pekerjaan kita."

Jika belum memiliki pengalaman formal, tambahkan proyek mandiri atau self-project, bisa dari kepanitiaan atau proyek kecil yang pernah dilakukan. Hal yang terpenting adalah jangan lupa untuk menjabarkan keterampilan dan pencapaian yang relevan.

6. Tips produktif untuk mahasiswa

Ilustrasi mahasiswa mendaftar beasiswa (Pixabay.com/StartupStockPhotos)

Tips produktif bagi mahasiswa dimulai dengan manajemen waktu yang baik. Salah satu cara efektif yang sering Utari gunakan adalah memanfaatkan Notion untuk menentukan prioritas tugas. Utari menyarankan untuk tidak menunda pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera dan untuk membagi waktu secara proporsional. Fleksibilitas juga penting karena tidak semua rencana bisa berjalan sesuai harapan.

"Gak cuma itu, aku juga selalu self reward. Jadi, aku gak stres. Jangan pelit sama diri sendiri, lakukan self reward yang kita sukai. Tahu batasan, prioritas, dan set boundaries. Jangan terlalu push diri sendiri. Gak semuanya harus selesai dalam satu waktu," ucapnya.

Ia juga merekomendasikan mahasiswa untuk memiliki college plan dan career plan yang terstruktur. Utari membagi rencana perkuliahan dari semester 1 hingga 8 dengan tujuan yang jelas. Misalnya, pada semester awal, fokus pada adaptasi dengan perkuliahan, baru setelah itu mulai mencari pengalaman organisasi dan kegiatan lainnya. Penting bagi mahasiswa untuk menyeimbangkan antara akademik dan nonakademik serta tidak terburu-buru dalam mengejar berbagai pengalaman.

"Aku juga selalu pasang alarm untuk membatasi antara waktu belajar dan istirahat. Pernah juga burn out, jadi aku coba buat jalan-jalan atau ninggalin tugas itu. Harus keluar dulu atau melakukan sesuatu yang lainnya," pungas Utari.

Kisah dan perjalanan dari Utari W. Ardhana dapat menjadi inspirasi yang baik untuk kita. Penting untuk terus belajar dan mengumpulkan pengalaman. Penting juga untuk membagikan ilmu yang kita miliki agar bermanfaat bagi khalayak.

Baca Juga: Aie Natasha, Gaungkan Urgensi Food Waste lewat Enable Project

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya