TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Suguhan Tobatenun Angkat Isu Perempuan lewat #PerempuanDirayakan 

Terinspirasi dari para pekerja tenun di tanah Sumatera

Contoh display Tobatenun di Sarinah yang dibuka hingga akhir bulan. 17 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Intinya Sih...

  • Tobatenun meluncurkan kampanye #PerempuanDirayakan, menghadirkan tenun autentik Sumatera dengan pesan kuat tentang kekuatan dan perjuangan perempuan.
  • Kampanye ini menekankan pemberdayaan perempuan dalam proses pembuatan tenun, serta program pendampingan "Boru Dirayakan" untuk memberdayakan perempuan di Sumatera Utara.
  • Tobatenun juga menjalankan berbagai program pemberdayaan, membuka rumah komunitas di Pematang Siantar sebagai pusat pemberdayaan para perajin tenun. Melvi Tampubolon menegaskan bahwa tenun bisa menjadi busana yang dikenakan dan relevan di setiap zaman.

Jakarta, IDN Times – Tobatenun memukau dengan kampanye #PerempuanDirayakan, menghadirkan lebih dari sekadar busana, tetapi sebuah karya yang memadukan estetika dengan cerita mendalam dari sulaman tenun autentik Tanah Sumatera. Setiap helaian benang yang dirajut tidak hanya menghiasi kain, tetapi juga membawa pesan kuat tentang kekuatan dan perjuangan perempuan, khususnya para pengrajin tenun di Pulau Emas.

Kampanye ini tidak hanya berfokus pada mode, tetapi juga sebagai panggilan untuk menghargai dan mengapresiasi setiap pencapaian perempuan. Dengan mengangkat isu pemberdayaan perempuan, Tobatenun berkomitmen menjadikan koleksinya sebagai gerakan yang menghidupkan kembali seni tekstil sarat makna.

Tenun yang sebagian besar melibatkan perempuan dalam proses pembuatannya, menjadi simbol dari kerinduan Tobatenun untuk memberdayakan mereka sekaligus menjaga warisan budaya ini agar terus lestari. 

1. Perjalanan menggandeng seluruh pengrajin di Sumatera Utara untuk diberdayakan

Potret Melvi Tampubolon selaku Partner dan COO Tobatenun. 17 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Koleksi ini juga merupakan perjalanan Tobatenun dalam memberdayakan perempuan dari setiap helaian tenun, membuatnya lebih dari sekadar kain. Secara menyeluruh, Tobatenun menggandeng perempuan melalui proses pengolahan kain, pewarnaan alami, hingga menjadi produk jadi yang memikat.

“Kami berharap gerakan ini bisa menjalin kolaborasi dengan banyak pihak, baik dari individu-inspiratif seperti public figure maupun lembaga, seperti Sarinah, agar kampanye ‘Perempuan Dirayakan’ semakin luas terdengar,” ujar Melvi Tampubolon, COO Tobatenun saat Konferensi Pers di Sarinah pada Selasa (17/9/2024).

Secara khusus, kampanye ini juga menggandeng perempuan-perempuan di Sumatera Utara melalui program pendampingan yang dinamakan "Boru Dirayakan", yang berarti "perempuan" dalam bahasa Batak. Nama ini dipilih untuk mempererat hubungan Tobatenun dengan para perempuan Sumatera Utara, sekaligus sebagai simbol penghormatan terhadap mereka yang menjadi pilar dalam tradisi tenun. 

2. Turut membuka kesempatan bagi para perempuan melalui pelatihan dan program pemberdayaan

Contoh kain Tobatenun di Sarinah yang dibuka hingga akhir bulan. 17 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Pemberdayaan perempuan yang diusung oleh Tanatoba melalui inisiatif "Boru Dirayakan" pun tidak dilakukan setengah-setengah. Mereka membuka jalan bagi ragam program pemberdayaan, mulai dari pelatihan keterampilan hingga sosialisasi dan konsultasi yang mencakup berbagai isu penting, termasuk kesehatan.

“Kami juga memberikan konsultasi terkait kesehatan reproduksi, kesehatan mental, bahkan permasalahan rumah tangga serta fisioterapi, yang saat ini masih berjalan,” ujar Melvi.

Langkah ini sepenuhnya selaras dengan kampanye #PerempuanDirayakan, yang bertujuan untuk mengangkat solidaritas antar perempuan. Lebih dari itu, Melvi menekankan pentingnya mengenali potensi diri dan mendukung satu sama lain, sembari merayakan pencapaian perempuan di berbagai aspek kehidupan, baik di lingkup kecil maupun besar.

3. Membuka rumah komunitas yang tetap relevan dengan perempuan dari lintas generasi

Contoh display Tobatenun di Sarinah yang dibuka hingga akhir bulan. 17 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

 Melvi memandang tenun sebagai warisan budaya yang tak lekang oleh waktu, dapat dinikmati dan dibuat oleh lintas generasi. Sebagai bukti nyata, ia mendirikan sebuah rumah komunitas di Sumatera Utara yang menjadi pusat pemberdayaan bagi para perajin tenun.

"Kami memiliki rumah komunitas di Pematang Siantar, yang kami sebut Jabubonang atau Rumah Benang. Jabubonang ini adalah garda depan dalam menjalankan berbagai program pemberdayaan. Hingga kini, kami telah bermitra dengan 250 perajin, yang karyanya ditampilkan di berbagai kesempatan," ungkap Melvi.

Menariknya, karya-karya yang dipajang di Sarinah tidak hanya berasal dari generasi tua, tetapi juga dari tangan kreatif generasi muda. Melvi menekankan, bahwa inilah semangat yang ingin ia bawa, bahwa tenun bisa menjadi busana yang dikenakan dan relevan di setiap zaman.

"Meski rumah komunitas kami hanya satu, ia berkeliling dan menjangkau para mitra di tujuh kabupaten, seperti Tapanuli, Samosir, dan Medan," tambahnya.

Melalui kolaborasi ini, Tobatenun menegaskan bahwa tenun bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga masa depan yang menjanjikan bagi generasi muda.

Baca Juga: Mengenal Siami, Perajin Tenun Tradisional asal Banyuwangi

4. Tidak hanya membawa isu perempuan, tetapi juga isu lingkungan

Bahan-bahan alami yang digunakan Tobatenun. 17 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Melvi juga menekankan komitmennya terhadap keberlanjutan melalui pilihan material yang digunakan dalam setiap koleksi tenunnya. Ia mengaku bahwa selain tenun tradisional, Tobatenun juga memadukan bahan-bahan ramah lingkungan seperti linen. Tidak hanya itu, benang katun yang digunakan untuk tenun pun dipilih secara cermat dan juga bersahabat dengan lingkungan.

"Kalau dari awal, Tobatenun juga sudah menggunakan material yang ramah lingkungan. Inovasi untuk merambah ke isu perempuan pun juga sebenarnya datang dari situ, dari penenun yang biasanya menggunakan benang plastik, kini kita ubah menjadi benang katun," imbuh Melvi. 

Selain dari material, pewarnaan yang digunakan oleh Tobatenun juga berasal dari alam, menjadi bentuk inovasi dari jenama ini. Pasalnya, setiap warna pun dibuat oleh Tobatenun sendiri yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti indigo, kayu mahoni, kulit jolawem, kayu secang, dan sebagainya.

"Semua diciptakan sendiri dari rumah pewarnaan kita, dan warna-warna ini juga berasal langsung dari alam untuk menghasilkan karya dan secara berkualitas bersaing secara internasional pula," pungkasnya. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya