TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Bedah Plastik Bisa Bikin Kecanduan? Ini Kata Para Ahli!

Membedah mitos operasi plastik yang ramai diperbincangkan

(Dari kiri ke kanan) Head Dokter Network Dermaster Indonesia dr. Jessy Suryadi; Direktur Zero One Plastic Surgery, dr. Youngil Ko; Head Dokter Dermaster Plastic Surgery Network, dr. Anastasia Dessy; dr. Christopher Andrian selaku Dokter Spesialis Gizi Dermaster. 11 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Intinya Sih...

  • Operasi plastik menjadi pilihan populer untuk meningkatkan rasa percaya diri
  • Pandangan ahli bedah tentang anggapan kecanduan operasi plastik
  • Bedah plastik dapat menjadi cara untuk mengatasi penuaan dan memberikan hasil yang lebih permanen

Jakarta, IDN Times - Dengan standar kecantikan yang terus berkembang, banyak orang kini beralih ke operasi plastik untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Prosedur ini menawarkan hasil instan dan tahan lama, menjadikannya pilihan populer untuk memperbaiki penampilan.

Baik untuk menutupi kekurangan diri atau memperbaiki permasalahan kulit, bedah plastik dipercaya dapat menjadi solusi untuk memberikan tampilan wajah yang lebih proporsional dan enak dipandang. Karena hasilnya yang memuaskan dalam jangka panjang, beberapa orang bahkan menganggap operasi plastik bisa menjadi "candu".

Namun, bagaimana pandangan para ahli bedah mengenai anggapan ini? Yuk, simak penjelasan dari dokter-dokter bedah di Dermaster!

1. Bukan kecanduan, tetapi operasi plastik lebih bergantung kepada kebutuhan

Potret Head Dokter Dermaster Plastic Surgery Network, dr. Anastasia Dessy saat press conference. 11 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Dengan semakin populernya operasi plastik, tidak sedikit yang beranggapan bahwa prosedur ini bisa membuat pasien kecanduan. Namun, Dr. Anastasia Dessy, Head Doctor Dermaster Plastic Surgery Network, menjelaskan lebih detail tentang pandangan ini.

"Yang seperti itu (anggapan kecanduan), biasanya dialami oleh para pasien dengan umur 50 tahun ke atas dan juga tergantung dari stres dan pola hidup yang dimiliki pasien. Kenapa? Karena jika kita melakukan operasi hanya di satu bagian saja, itu tidak langsung menyelesaikan permasalahan dan masih ada beberapa bagian lain yang perlu dibetulkan," tuturnya dalam Press Conference Dermaster yang dilaksanakan di area Jakarta Selatan, (11/09/2024).

Menurut Dr. Anastasia, anggapan "candu" ini muncul karena banyak pasien harus menjalani beberapa prosedur bertahap. Memperbaiki proporsi wajah tidak bisa dilakukan sekaligus, karena semakin banyak prosedur yang dilakukan dalam satu waktu, semakin lama pula proses pemulihan dan semakin tinggi risikonya.

2. Operasi plastik dipilih sebagai cara praktis untuk mengikuti arus standar kecantikan

Potret para ahli bedah plastik saat press conference Dermaster. 11 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Dahulu, operasi plastik kerap dinilai sebagai praktik yang tabu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu praktik ini semakin diterima masyarakat karena kebutuhan estetika yang terus mengikuti standar kecantikan.  

"Kita harus secara holistik melihat kebutuhan pasien. Kita prioritaskan yang mana dulu yang dibutuhkan pasien untuk mencapai keinginan yang diidamkan oleh para pasien," pungkasnya. 

Sering kali kebutuhan dan keinginan pasien ini didorong oleh standar kecantikan yang dipengaruhi oleh gaya hidup mereka. Saat ini, misalnya, standar kecantikan kerap melibatkan karakteristik seperti hidung ramping, kelopak mata ganda, dan pipi tirus.

3. Menjadi solusi atasi penuaan yang merupakan sifat alami manusia

Potret Head Dokter Network Dermaster Indonesia dr. Jessy Suryadi saat press conference. 10 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Selain untuk memperbaiki proporsi wajah, bedah plastik juga dapat menjadi cara untuk mengatasi penuaan. Dengan bertumbuhnya umur, kulit akan semakin kendur dan menghasilkan excessive skin berupa kantung mata yang mengurangi estetika. 

"Bedah plastik juga merupakan solusi untuk memberikan hasil wajah yang lebih proporsional. Dengan adanya excessive skin di beberapa bagian wajah, bagian-bagian yang terlihat berlebihan ini dapat mengganggu estetika wajah dan proporsi secara keseluruhan," ungkap Dr. Jessy Suryadi selaku Head Doctor Dermaster Plastic Surgery Network.

Menurut Dr. Jessy, mengatasi kulit kendur tidak bisa hanya dilakukan dengan perawatan minimal invasif, seperti tanam benang atau filler. Selain masalah kulit kendur, cuping hidung yang terpengaruh gravitasi juga sering menjadi isu estetika bagi orang yang menua.

Meskipun pasien mungkin rutin menjalani treatment, hanya bedah plastik yang dapat menangani masalah ini secara permanen dan memberikan hasil yang lebih tahan lama.

Baca Juga: 12 Alasan untuk Menemui Dokter Spesialis Jantung, Jangan Ditunda!

4. Berkembangnya teknologi dan pengalaman dokter bedah juga mendorong operasi plastik yang semakin dipercaya

Potret Direktur Zero One Plastic Surgery, dr. Youngil Ko saat press conference Dermaster. 11 September 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Seiring dengan bertambahnya jumlah dokter bedah estetika, operasi plastik kini tidak lagi dianggap menakutkan atau tabu. Di Indonesia, Dermaster menjadi salah satu klinik yang menjalin kolaborasi dengan ahli dari Korea Selatan, negara yang dikenal memiliki tren operasi plastik yang cukup populer. 

"Di Korea Selatan, terdapat tren yang mengalami perubahan. Dahulu, tren yang sering terjadi yakni para pasien lebih menginginkan wajah, seperti selebriti-selebriti. Namun, kini mereka lebih menginginkan hasil operasi plastik yang lebih natural dan sesuai dengan kontur wajah yang dimiliki," ucap Dr. Youngil Ko, Direktur Zero One Plastic Surgery di Seoul.

Dengan permintaan yang semakin mengutamakan hasil alami, teknologi bedah plastik pun terus berkembang. Salah satu contohnya adalah blepharoplasty, prosedur untuk menghilangkan kantung mata yang kini dilakukan dengan teknik modern agar hasilnya tidak membuat mata terlihat terlalu cekung.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya