TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bee Kids Creative Lab: Upaya Magdalena Ovi Cegah Anak Kecanduan Gadget

Harapannya orangtua bisa selalu hadir untuk anak

Magdalena Ovi, Founder Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Intinya Sih...

  • Orangtua berperan penting dalam tumbuh kembang anak, terutama di era teknologi
  • Magdalena Ovi, Co-Founder Bee Kids, mengimbau orangtua untuk menciptakan momen bermakna dengan anak
  • Bee Kids Creative Lab hadir sebagai alternatif kegiatan bagi anak-anak yang terlalu sering bermain gadget

Jakarta, IDN Times - Keterlibatan orangtua jadi peran penting bagi tumbuh kembang anak. Dapat dikatakan, apa yang dilakukan anak semasa kecil, akan memengaruhi bagaimana anak tumbuh dewasa. Terlebih, generasi Z dan Alpha merupakan generasi yang sudah terikat dengan teknologi.

Magdalena Ovi, Co-Founder Bee Kids sekaligus penulis buku, membagikan cerita serunya membangun Bee Kids Creative Labs agar anak bisa belajar sekaligus bermain tanpa fokus pada gadget.

Melalui wawancara dengan IDN Times pada Rabu (28/8/2024) secara daring, Magdalena Ovi turut mengimbau para orangtua untuk menciptakan momen-momen bermakna dengan anak, lho! Yuk, simak ceritanya!

1. Menjadi perempuan dengan multi peran bukan hal mudah tapi mampu dilakukan

Founder Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Bagi perempuan, menjalankan peran ganda sudah menjadi hal yang lumrah terjadi. Namun, Magdalena Ovi membuktikan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang mustahil dilakukan.

Perempuan asal Surabaya ini, merupakan seorang karyawan swasta sekaligus ibu. Di balik segudang aktivitasnya, Magdalena Ovi masih menelurkan banyak karya berupa buku. Bersama dengan Sheila Junniar dan Rita Indah Erpan, ia turut membangun Bee Kids Creative Lab yang berada di Makassar.

Kelahiran anaknya yang prematur dengan berat 1,1 kg, membuat perempuan yang akrab disapa Ovi ini harus berpikir keras. Mau tidak mau, ia harus 'memutar otak' memikirkan bagaimana mengejar ketertinggalan berat badan buah hatinya.

“Salah satu caranya, saya buatkan makanan yang menarik, kayak bikin bentuk-bentuk. Saya sering posting makanan berbentuk (bento) di instagram. Lalu, ada teman yang DM dan ada orang yang ngajakin bikin kelas bento,” ceritanya.

Ketertarikannya di bidang food art menghantarkan Ovi pada kegiatan-kegiatan lain. Berkat kelas Bento yang selalu full house, Ovi dan teman-teman berpikir untuk memberikan kegiatan menarik juga bagi anak-anak.

“Selama ini bikin kelas bento untuk ibunya, kenapa gak untuk untuk anaknya juga? Karena kami semua punya anak, lalu anak-anak ini udah mulai keranjingan main gadget. Akhirnya, kita bikin aktivitas alternatif supaya anak-anak di weekend punya kegiatan selain ke mall,” sambungnya.

Semula dilakukan untuk diri sendiri, perlahan tampak nyata bahwa apa yang dilakukan Ovi turut menjadi berkat untuk orang lain. Rupanya, ketertarikannya pada kegiatan ibu dan anak bisa memberikan dampak positif tidak hanya untuk dirinya sendiri.

2. Dari kekhawatiran terhadap kecanduan gadget, lahirlah Bee Kids Creative Lab, kelas seni untuk anak dan keluarga

Magdalena Ovi dan tim Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Sisi kreatifnya gak muncul begitu saja. Rupanya sejak masih sekolah, Ovi terbiasa membuat beragam kerajinan tangan seperti membuat kartu pos, kartu ucapan yang kemudian dijual. Tinggal di dekat sekolah alam juga membuatnya akrab dan familiar dengan aktivitas-aktivitas bermain dan belajar bersama anak-anak.

Berbeda dengan kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, Ovi yang merantau ke Makassar, melihat bahwa orang-orang di sana belum begitu mengenal kelas seni untuk anak. Akhirnya, ia dan teman-temannya membuat kegiatan untuk ibu dan anak di tahun 2019.

“Di tahun 2019 itu, kan kita lagi aktif-aktifnya. Teman-teman saya ada waktu kosong, pada saat mengantar anak ke sekolah, kan harus menunggu sampai anak pulang. Sedangkan saya harus kerja, tapi merasa masih banyak yang bisa dilakukan untuk berkreasi. Ada yang ingin 'dilepaskan', akhirnya kita bikin kelas pertama temanya Dino dan Unicorn. Kita mau mengakomodir anak-anak perempuan dan laki-laki,” jelas Ovi.

Bee Kids jadi pionir kegiatan seni untuk anak kala itu. Melalui Bee Kids, anak banyak mempelajari hal-hal yang mungkin tidak ditemukan di sekolah. Terlebih, Ovi mengatakan bahwa ia juga berupaya menggunakan bahan-bahan yang mungkin tidak terpikirkan bisa dipakai untuk kegiatan seni, seperti barang-barang bekas.

Hadirnya Bee Kids juga upaya menjawab keresahannya terhadap anak-anak. Ovi merasa anak-anak zaman sekarang terlalu sering bermain gadget sehingga ia terus memikirkan bagaimana caranya supaya anak-anak tetap sibuk dan happy. Daripada melarang anak menyentuh gadget, Ovi fokus memberikan kegiatan lain untuk menyalurkan energi anak.

Mulai dari pop up class, berpindah dari kafe ke kafe, hingga akhirnya memiliki toko atau tempat sendiri di Nipah Park, Makassar. Bee Kids makin berkembang memberikan pengalaman berbeda bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Ovi bermimpi ada sebuah tempat di mana anak-anak bebas berkreasi. Itu sebabnya, dinamakan Bee Kids Creative Lab. 

Baca Juga: Aie Natasha, Gaungkan Urgensi Food Waste lewat Enable Project

3. Pandemik gak menghalangi Ovi untuk tetap mengedukasi anak-anak melalui Bee Kids

Magdalena Ovi, Founder Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Sayangnya, pandemik menghantam banyak sektor di Indonesia, tak terkecuali UMKM seperti Bee Kids. Namun, momen ini gak menghalangi Ovi dan tim untuk menyerah begitu saja.

“Tahun 2020, kita harus bisa transformasi. Kita harus bisa bergerak dan tetap survive. Awalnya bikin Bee Busy Bag yang kita kirim dan deliver ke rumah-rumah. Isinya sudah lengkap, jadi ibu-ibu gak perlu lagi mengumpulkan bahan,” ucapnya.

Awalnya, Ovi dan tim membuat Creative Class tiap weekend dengan tema yang selalu berbeda. Di antaranya adalah Ocean Diorama Making, Farm Diorama Making, Jelly Soap Making, Cake Decorating, dan tema-tema lainnya. Pandemik membuat kegiatannya jadi sangat terbatas.

Namun, semangat untuk terus mengedukasi anak-anak belum pudar hingga kemudian dibuatlah Bee Busy Bag dan Blox. Ia terinspirasi oleh seorang penggiat asal Australia.

Ovi mengatakan, “Ada seseorang di Australia. Anaknya kalau terbang atau travelling itu sering rewel karena bosan. Akhirnya, dia bawa kertas yang isinya pola yang sudah ada gambarnya tapi belum diwarnai. Dia masukkan spidol, crayon. Dia kasih ke anaknya pada saat take off supaya gak bosan. Itu yang membuat kami mengembangkan busy blox. Ada yang lebih suka tas, ada yang lebih suka box. Isinya ada lampu, sakral, dan lain-lain untuk Montessori.”

4. Bukan hanya memberi mainan, Ovi merasa punya tanggung jawab sebagai edukasi orangtua tentang pentingnya screen time management

Potret Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Apa yang dilakukan Ovi bukan sekadar berbisnis. Lewat keresahan kecanduan gadget pada anak, Ovi juga terus menggaungkan pentingnya menerapkan screen time management yang baik pada anak.

Ia menjelaskan, “Saya bekerja di perusahaan telekomunikasi, tapi bukan berarti anak-anak lagi senang main, terus kita sodori (beri) HP dan internet sebanyak mungkin. Ada tanggung jawab untuk terus mengedukasi.”

Itu sebabnya, Ovi juga sering melakukan webinar atau bekerjasama dengan lembaga-lembaga Montessori maupun psikolog. Ibu dua anak ini terus menekankan orangtua agar tahu sebab akibat dari kecanduan gadget.

“Kita terus menekankan pada orang tua bahwa screen time management itu sesuatu yang penting banget. Kita gak bisa meremehkan hal itu. Jadi, kita tunjukkan akibatnya. Misal, memberi screen time lebih dari dua jam sehari untuk anak-anak di atas umur 2-5 tahun itu, efeknya seperti apa,” ujarnya saat dihubungi.

Di sisi lain, Ovi juga merasa prihatin dengan banyaknya anak-anak yang masih umur satu tahun sudah diberi gadget. Ovi yang mempelajari hal ini pun, menyebut bahwa anak di atas dua tahun idealnya hanya diberi satu jam untuk bermain gadget.

“Riset juga menunjukkan adanya kenaikan anak-anak yang speech delay. Ya, itu, karena memang mereka interaksinya dengan gadget meskipun tidak secara langsung,” tuturnya.

Baginya, setiap anak berhak tumbuh dan berkembang dengan potensi yang optimal. Apa yang dilakukan Ovi juga berlaku untuk anak-anak berkebutuhan khusus. 

“Kami pernah bekerja sama dengan salah satu sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka melukis, lalu kami pamerkan. Kita bikin mini exhibition dengan memunculkan identitas anak-anak dan apa yang dihadapi. Misalnya ADHD, dysleksia, speech delay atau autis. Kita mau encourage orangtua yang lain bahwa ada lho aktivitas untuk mereka. Apa pun karya yang dihasilkan, itu perlu kita apresiasi,” kata Ovi.

Baca Juga: Dulu Kena Bully, Salma Kyana Lawan Insecure dan Jadi Puteri Indonesia

5. Magdalena Ovi turut membagikan pesan agar bonding orangtua dan anak semakin kuat

Magdalena Ovi, Founder Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Berperan sebagai orangtua turut menyadarkan Ovi tentang betapa pentingnya kehadiran dirinya untuk anak-anak. Pada akhirnya, orangtua perlu bercermin pada dirinya masing-masing. 

Kadang, ada orangtua yang melarang anak untuk bermain dan sengaja memberi gadget. Padahal, bermain merupakan salah satu proses anak bertumbuh dan berkembang.

Ovi menegaskan, “Yang paling perlu adalah orangtua hadir sepenuhnya (untuk anak) dengan batasan waktu yang kita sanggupi. Walaupun itu 30 atau 45 menit, tapi benar-benar ada untuk mereka. Misalnya, ada di rumah. Kita di rumah sama anak-anak, tapi gak sepenuhnya ada untuk mereka. Mereka ngobrol, kita sambil chatting. Nantinya mereka juga akhirnya seperti itu.”

Jangan ragu juga untuk berkumpul dengan orangtua lain yang memiliki pandangan sama. Menurut Ovi, orangtua juga perlu belajar terus demi meningkatkan pengetahuan dan informasi.

“Kalau kita ikut forum atau komunitas, kita akan terus diingatkan sehingga menjadi gaya hidup. Akhirnya, kita udah punya alarm sendiri, ‘Oh, kayaknya gue terlalu lama deh di depan laptop’, ‘Oh, kayaknya terlalu lama deh buka HP sampai lupa anakku tadi ngomong apa’,” ungkapnya.

Idealnya, pandangan seperti ini juga diterapkan tidak hanya oleh ibu, melainkan ayah juga. Peran ibu dan ayah dalam mendidik atau merawat anak, idealnya seimbang. Ia turut mengapresiasi para ayah yang mau menemani anak untuk berkegiatan di Bee Kids.

Di tengah semangatnya merangkul ibu dan anak, Ovi justru melihat ada hal menarik, yaitu para ayah yang mau menyediakan waktu untuk anak-anak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengasuhan gak hanya bertumpu pada ibu, melainkan kerjasama ibu dan ayah.

6. Ia membuktikan perempuan bisa memaksimalkan segala potensi dirinya terlepas dari apa pun status mereka

Magdalena Ovi, Founder Bee Kids Creative Lab (dok. Magdalena Ovi)

Magdalena Ovi menunjukkan bahwa perempuan bisa melakukan banyak hal terlepas dari apa pun status mereka. Meski harus bekerja dan mengurus keluarga kecilnya, Ovi tetap mengeluarkan banyak karya. 

Selain membangun Bee Kids Creative Lab, ia juga mengeluarkan beberapa novel, seperti Segitiga Tak Bertitik Temu (2021) dan Lekang (2023). Gak cuma itu, Magdalena Ovi juga dikenal sebagai Self Development & Character Coach.

“Di waktu-waktu kosong, saya selalu berpikir ini bisa menghasilkan apa gitu. Tapi, semuanya bisa dilakukan dengan bahagia dan tenang,” katanya.

Magdalena Ovi tidak menganggap kesibukannya sebagai beban. Sebaliknya, ia memandang semua hal yang dilakukannya harus bermuatan sosial.

“Harus ada muatan menggembirakan orang lain, memberikan nutrisi pikiran dan hati untuk orang lain juga. Kalau kita menanamkan itu untuk tim, maka akan lebih membahagiakan. Rezeki bisa datang melalui hal-hal yang lain,” ucapnya.

Hal tersebut selaras dengan bagaimana ia menggambarkan seorang perempuan. Bagi Ovi, setiap perempuan harus bisa menerima dan merangkul dirinya sendiri. Ketika perempuan bisa menerima dan merasa nyaman dengan diri sendiri, maka ada resonansi kebahagiaan yang dibagikan untuk orang lain.

Baca Juga: Kisah Ara Kusuma, Pembaharu Muda yang Gigih Wujudkan Perubahan Baik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya