5 Kesulitan Ini Kerap Dialami saat Ingin Maafkan Pengkhianatan Mantan

2. Memulihkan rasa kepercayaan menjadi proses yang tidak mudah dilakukan

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Ron Lach)

Hal terberat saat dikhianati oleh orang yang pernah kita cintai sejatinya tidak terletak dari rasa sakit hatinya. Melainkan fakta bahwa kita mungkin saja tak bisa memberikan rasa kepercayaan dalam jalina relasi. Pengalaman dikhianati bisa membuat kita sulit percaya dengan orang lain.

Kondisi demikian menjadi tantangan yang perlu kita hadapi ketika ingin memaafkan mantan pasangan yang pernah mengkhianati. Meski tidak mudah, kita tetap harus berusaha memulihkan kepercayaan supaya hal itu tak menjadi trauma mendalam.

Namun apabila kita belum siap memaafkan, tidak apa-apa untuk mengambil waktu lebih lama. Biarkan kita merasa pulih terlebih dahulu supaya proses memaafkan juga lebih mudah dilakukan.

3. Terjadinya konflik internal dalam diri yang belum benar-benar usai

ilustrasi emosi yang tidak stabil (pexels.com/Gustavo Fring)

Memaafkan mantan pasangan yang pernah mengkhianati kita bukan hal yang mudah. Pasalnya kita bisa saja mengalami beragam kesulitan. Hal demikian disebabkan lantaran kita yang sebenarnya belum siap untuk memaafkannya. Tanpa kita sadari, sejatinya masih ada rasa sakit hati yang membekas.

Sehingga hal itu akan membuat kita menjumpai tantangan yang beragam dalam proses memaafkannya. Salah satunya yakni terjadinya konflik internal dalam diri. Sebab ada beragam emosi yang masih belum tuntas. Imbasnya, kita bisa mengalami perubahan emosi dengan cepat, sesekali kita bisa menangis kemudian merasa baik-baik saja. Siklus tersebut akan terus berulang sebelum akhirnya kita sampai pada titik ikhlas.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Melupakan Mantan dan Memulai Hidup Baru

4. Adanya perasaan tidak terima saat melihat dia bahagia dengan kehidupannya saat ini

ilustrask seorang perempuan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Kesulitan lainnya yang bisa kita hadapi saat ingin memaafkan pengkhianatan mantan yakni munculnya perasaan tidak terima ketika melihat dia bahagia dengan hidupnya saat ini. Kita merasa bahwa dia seharusnya merasa terpuruk atas perbuatan.

Hal demikian bisa dialami lantaran boleh jadi kita sebenarnya belum siap memaafkan. Sehingga sejatinya kita tak perlu memaksakan diri untuk terlalu cepat memaafkan. Lebih baik kita ikuti saja prosesnya, daripada memaksakan diri untuk memaafkan yang hanya membuat hati tak tenang lantaran bikin kita semakin membencinya. Sebab kita hanya manusia biasa yang pasti punya keterbatasan dalam hal memaafkan.

5. Adanya keinginan untuk memaafkan, namun di sisi lain ingin menciptakan dendam

ilustrasi berusaha melepas rasa sakit hati (pexsls.com/cottonbro studio)

Dikhianati mantan pasangan bukan hal yang mudah untuk diterima. Meskipun demikian, terkadang kita akan merasakan fase di mana ingin memaafkannya demi ketenangan diri sendiri dalam menjalani hidup. Namun di sisi yang bersamaan, terkadang pikiran rasional kita menolaknya lantaran sakit hati perlu dibalas dengan hal serupa. Jika kita mengalami fase sulit tersebut artinya kita belum sepenuhnya siap untuk memaafkan.

Sejatinya, memiliki niat untuk memaafkan mantan pasangan yang telah mengkhianati menandakan bahwa kita sosok berhati lembut. Namun kita juga tak perlu memaksakan diri untuk memaafkan apabila belum sepenuhnya siap. Bersikap demikian bukan artinya kita jahat, melainkan hal itu menunjukkan sisi manusiawi kita, yakni dibutuhkan proses yang tak mudah untuk benar-benar sampai pada tahap memaafkan.

Jadi, fokus saja pada diri sendiri untuk merancang kehidupan yang lebih baik. Alihkan fokus apabila hal-hal menyakitkan itu kembali muncul sebab kita berhak bahagia. It's okay, biarlah waktu yang menjawab semuanya. Percayalah, semesta pun tahu bahwa perbuatan buruk akan memperoleh konsekuensinya sendiri.

Baca Juga: 5 Pengkhianatan yang Eun Soo Hyun Terima di Wonderful World