Apa Itu Lavender Marriage? Ketahui Arti, Sejarah, dan Dampaknya

Kenali fenomena lavender marriage yang sudah ada sejak dulu

Intinya Sih...

  • Lavender marriage adalah pernikahan antara laki-laki dan perempuan dengan setidaknya satu pasangan homoseksual/biseksual
  • Terjadi karena tekanan masyarakat, kurangnya penerimaan terhadap LGBTQ+, dan untuk menyembunyikan orientasi seksual
  • Dampaknya termasuk tekanan emosional, tantangan dalam hubungan, isolasi sosial, hukum yang rumit, dan kerusakan reputasi

Pernahkah kamu mendengar tentang lavender marriage? Lavender marriage adalah ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan di mana setidaknya salah satu pasangannya adalah homoseksual atau biseksual, tetapi pernikahan tersebut dilakukan bukan karena dilandasi oleh cinta.

Biasanya, lavender marriage dilakukan untuk menyembunyikan orientasi seksual akibat tekanan masyarakat dan kurangnya penerimaan. Adapun istilah 'lavender' mencerminkan perpaduan warna LGBTQ+.

Meskipun pernikahan jenis ini kerap terjadi karena penerimaan terhadap kaum LGBTQ+ masih rendah, pernikahan ini tetap ada karena berbagai alasan pribadi dan sosial. Berikut fakta lebih lanjut mengenai lavender marriage.

1. Sejarah lavender marriage

Apa Itu Lavender Marriage? Ketahui Arti, Sejarah, dan Dampaknyailustrasi menikah (pexels.com/Jonathan Borba)

Konsep lavender marriage dapat ditelusuri kembali ke abad ke-20, terutama sebelum Perang Dunia II, ketika sikap masyarakat terhadap homoseksualitas dan komunitas LGBTQ membuat seorang homoseksual mustahil untuk bersikap terbuka dan dapat diterima di masyarakat.

Awalnya, lavender marriage adalah istilah yang ditujukan khusus untuk aktor dan aktris Hollywood yang tidak bisa terbuka tentang orientasi seksual mereka. Untuk mempertahankan karier publik mereka, banyak selebritas melakukan lavender marriage tanpa cinta untuk melindungi diri mereka dari penghakiman dan kebencian masyarakat. 

Menjelang akhir abad ke-20, terjadi perubahan pada komunitas LGBTQ+ yang ditandai dengan Kerusuhan Stonewall tahun 1969 sebagai tanda perubahan. Setelah Kerusuhan, komunitas LGBTQ+ membalikkan keadaan dan menarik perhatian pada tuntutan persamaan hak dan rasa hormat terhadap komunitas queer di Amerika Serikat.

Lambat laun, seiring dengan meningkatnya penerimaan terhadap hubungan sesama jenis dan komunitas queer mulai mendapatkan dukungan, lavender marriage hampir menghilang. Namun, dalam komunitas dan budaya khususnya di Asia Selatan dan negara-negara Asia, hubungan sesama jenis masih belum dapat diterima.

2. Alasan dilakukannya lavender marriage

Apa Itu Lavender Marriage? Ketahui Arti, Sejarah, dan Dampaknyailustrasi pasangan menikah (unsplash.com/Ivan Cabañas)

Terdapat alasan dilakukannya lavender marriage yang biasanya dilakukan karena terpaksa. Dilansir beberapa sumber, berikut alasannya:

1. Tidak ingin identitas homoseksual/biseksual terungkap

Dinukil Waddle, salah satu alasan terjadinya pernikahan ini adalah karena keinginan untuk menyembunyikan identitas daripada menyuarakannya secara langsung. Media ini mewawancarai salah satu perempuan yang menyembunyikan biseksualitasnya dari keluarganya.

“Perbandingan yang terus menerus terhadap versi ideal orang tua tentang diriku. Rasa malu karena tidak dapat menjadi seorang yang dianggap “normal” membuatku merasa sulit untuk hidup,” tutur Anjana, perempuan biseksual berumur 23 tahun dari India dikutip Waddle.

2. Lavender marriage dapat berguna sebagai pelindung

Selain itu, lavender marriage juga dapat menjadi perisan pelindung yang memungkinkan individu komunitas LGBTQ dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat.

Penelitian dengan judul “Prejudice, Social Stress, and Mental Health in Lesbian, Gay, and Bisexual Populations: Conceptual issues and Research Evidence” oleh Ilan H Meyer menyebut, bahwa individu LGBTQ+ menghadapi tekanan sosial yang berlebihan, prasangka, permusuhan, dan keterbatasan lain dalam masyarakat yang dapat berkontribusi pada memburuknya kesehatan mental mereka.

Untuk itu, lavender marriage kerap dilakukan terutama di lingkungan konservatif dan lingkungan yang masih memiliki stigma negatif terhadap LGBTQ+.

3. Masih adanya anggapan bahwa menikahi lawan jenis dapat mengatasi orientasi seksual

Lebih lanjut, alasan lain dilakukannya lavender marriage adalah karena adanya anggapan bahwa menikah dengan lawan jenis dapat menyembuhkan sifat homoseksual.

Dikutip BBC, salah satu homoseksual dengan nama samaran Ranjeep menyebutkan bahwa sang ayah memintanya untuk menikahi seorang perempuan agar ia dapat kembali “normal”.

“Aku seorang Sikh dan secara budaya, generasi yang lebih tua tidak menerima homoseksualitas,” katanya.

“Ayahku memerintahkan untuk menikahi seorang perempuan karena ia berpikir bahwa hal itu akan menyembuhkan homoseksualitas.”

Karena hal ini, ia merasakan tekanan emosional yang begitu berat dan menyedihkan karena tidak ingin mempermalukan keluarga karena dirinya seorang homoseksual.

Baca Juga: 9 OOTD Trendi Kwon Ah Reum, Pemeran Ha Na di Park's Marriage Contract

3. Lavender marriage di India

Apa Itu Lavender Marriage? Ketahui Arti, Sejarah, dan Dampaknyailustrasi menikah (pexels.com/Jonathan Borba)

Sebagai salah satu negara di Asia, lavender marriage di India mulai marak dibicarakan setelah perilisan film “Badhaai Do”, sebuah film tentang seorang laki-laki homoseksual dan seorang perempuan lesbian yang melakukan lavender marriage dan menjaga penampilan mereka untuk mendapatkan kebebasan.

Beberapa kritikus berpendapat pada saat film "Badhaai Do" dirilis, film ini akan memberikan dampak negatif alih-alih positif bagi komunitas LGBTQ+.

“Sementara Badhaai Do dipuji karena penggambaran homoseksualitasnya. Penggambaran lavender marriage dapat menjadi masalah dalam menormalkan praktik ini dan mengirimkan pesan bahwa pernikahan yang nyaman lebih baik daripada menjalani hidup sebagai seorang homoseksual,” tutur Arouba Kabir, seorang konselor kesehatan mental dan pelatih kesehatan, dikutip Indian Express.

Kendati demikian, menurutnya film ini juga dapat menyebarkan kesadaran tentang lavender marriage yang alasan dilakukannya adalah karena tekanan masyarakat atau tekanan dalam keluarga mereka sendiri. 

4. Dampak dari lavender marriage

Apa Itu Lavender Marriage? Ketahui Arti, Sejarah, dan Dampaknyailustrasi kepercayaan (pexels.com/Bethany Ferr)

Lavender marriage yang sering kali terbentuk karena ekspektasi masyarakat menghadirkan serangkaian tantangan dan kenyataan. Penting untuk memahami beragam dimensi dan potensi dampak yang ditimbulkannya bagi mereka yang terlibat.

1. Tekanan emosional yang intens

Individu dalam lavender marriage akan mengalami konflik antara pandangan publik dan keinginan pribadi. Konflik batin ini akan menyebabkan tekanan emosional yang mendalam dan menghasilkan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan krisis identitas.

Seiring berjalannya waktu, ketegangan yang terus-menerus ini dapat mengikis kesehatan mental, sehingga membuat kehidupan sehari-hari menjadi hal yang sulit untuk dipertahankan.

2. Tantangan dalam hubungan

Dalam lavender marriage, tidak adanya ikatan romantis yang sejati menciptakan landasan ketidakpuasan dan rasa kesepian. Pasangan dalam pernikahan ini mungkin menghadapi konflik berkelanjutan karena kurangnya keintiman dan hubungan emosional. Rasa kesepian dan hampa yang mendalam akan membuat hubungan terasa menantang karena tidak adanya rasa cinta untuk saling menguatkan.

3. Merasa terisolasi secara sosial

Individu dalam pernikahan ini akan mendapati diri mereka terjebak di antara dua dunia, dan tidak sepenuhnya cocok dengan keduanya. Rasa isolasi ini adalah dampak dari penyembunyian jati diri mereka, yang menyebabkan kurangnya koneksi yang tulus baik dalam komunitas heteroseksual maupun LGBTQ+ sehingga memperburuk perasaan kesepian dan kesalahpahaman.

“Kita membentuk ikatan sosial dengan berbagi kehidupan dengan orang lain. Jadi, ketika kamu tidak berbagi bagian penting dari dirimu dengan orang-orang dalam hidupmu, hal itu akan berdampak buruk pada kesehatan mentalmu,” tutur psikolog klinis dan terapis hubungan Zunaira Arshad dikutip Vice World News.

4. Situasi ranah hukum yang rumit

Seluk-beluk lavender marriage juga dapat meluas ke ranah hukum. Adanya perceraian dapat menjadi salah satu dampak lavender marriage karena rasa hampa di dalam pernikahan. Permasalahan seperti pembagian aset, tunjangan, dan hak asuh dapat menjadi konflik lain yang disertai dengan tantangan untuk menjaga privasi dari penilaian masyarakat.

5. Kerusakan reputasi yang dialami oleh salah satu atau kedua pasangan

Terungkapnya lavender marriage dapat memicu perubahan drastis dalam cara pandang individu secara sosial dan profesional. Pandangan ini dapat merusak hubungan pribadi dan profesional, sehingga menimbulkan dampak yang tidak hanya berdampak pada keluarga dekat, tetapi juga berdampak pada lingkungan sosial dan dunia kerja.

Sebagai kesimpulan, konsep lavender marriage mencerminkan salah satu cara individu beradaptasi dengan norma dan tekanan sosial yang ada. Dengan meningkatnya kesadaran dan penerimaan terhadap keberagaman, diharapkan semua individu dapat merasa aman dan didukung untuk menjalani kehidupan yang autentik tanpa perlu menyembunyikan jati diri mereka. 

Baca Juga: Sinopsis Our Secret Marriage, Webtoon Lokal Adaptasi Web Novel Korea

Hani Safanja Photo Verified Writer Hani Safanja

Progress over perfection

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya