TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sebab Tak Ambil Pusing Lagi tentang Perselingkuhan Pasangan

#IDNTimesLife Gak mau mencintai dan terluka seorang diri

ilustrasi tiga orang (pexels.com/Zain Abba)

Perselingkuhan berarti mengkhianati komitmen bersama pasangan. Di antara semua kesalahan dalam hubungan, perselingkuhan menjadi perbuatan yang paling menyakiti hati pasangan resmi. Bahkan anak-anak jika mereka sudah cukup mengerti tentang hubungan terlarang yang dilakukan salah satu dari orangtuanya.

Luka batin yang ditanggung korban perselingkuhan amat dalam. Tetapi sering disepelekan oleh pelaku perselingkuhan. Seperti dengan pembelaan diri bahwa kedekatannya dengan seseorang masih sebatas teman dan pasangannya saja yang terlalu mudah cemburu. Namun, korban perselingkuhan tidak selalu selamanya meratapi nasibnya.

Dari semula ia gak bisa berhenti memikirkan masalah besar dalam hubungannya dapat perlahan-lahan berubah menjadi ketidakpedulian. Dia bisa terkesan gak mau tahu lagi perihal aksi pasangan serta kekasih gelapnya. Alih-alih menangisi keadaan, ia berubah menjadi acuh tak acuh bahkan tampak bahagia. Apa yang membuatnya bereaksi seperti itu? Berikut jawabannya.

Baca Juga: 7 Tips Menahan Diri dari Godaan Selingkuh, Ingat Komitmen!

1. Sudah mati rasa

ilustrasi tersenyum (pexels.com/Alina Skazka)

Rasa sakit yang terus-menerus lama-kelamaan dapat berubah menjadi mati rasa. Masa-masa air mata berjatuhan dan ia terpuruk telah berlalu. Seseorang memasuki babak baru dalam kesedihannya, yaitu kehampaan. Tidak ada lagi rasa sakit yang menikam bukan berarti ia bahagia.

Hanya saja kesedihan itu seperti kerasnya jalanan yang membuat kedua telapak kakinya kapalan. Terkadang fase mati rasa ini akan berubah menjadi penerimaan dan kembalinya kebahagiaan sekalipun hubungan tetap hancur berkeping-keping. Namun, bisa pula mati rasa ini berkembang menjadi keputusasaan serta perasaan tidak berguna dalam hidup.

Hatinya tidak tersentuh lagi baik oleh hal-hal yang mestinya membuatnya sedih atau bahagia. Pasangannya sadar, menghentikan perselingkuhannya, serta kembali dan meminta maaf tak membuatnya jatuh cinta lagi. Pasangannya makin berulah dengan selingkuhannya juga tidak dipedulikannya.

2. Dalam proses menuju perpisahan

ilustrasi perselingkuhan (pexels.com/cottonbro studio)

Mereka sudah mengambil keputusan atas hubungan yang dijalani. Tidak ada lagi masa depan bersama. Kebersamaan itu telah menjadi masa lalu. Kalau sekarang mereka masih tampak bareng sesungguhnya ini hanya masa tunggu selagi perpisahan mereka diproses. 

Jika mereka baru sebatas berpacaran, tentu dapat putus hari itu juga. Tetapi mengakhiri pernikahan tidak semudah itu. Ada hal-hal yang harus diurus sampai mereka resmi menjadi mantan suami dan mantan istri. Maka fokus dari korban perselingkuhan bukan lagi pada luka hatinya.

Namun, segala keperluan terkait perceraian tersebut. Sering kali korban perselingkuhan yang begitu muak dengan perilaku pasangannya tidak sabar menunggu ketuk palu hakim. Sebab itulah yang akan meresmikan lembaran baru dalam kehidupannya. Dia gak mau lagi sibuk menengok ke belakang sebab yang terpenting sekarang ialah secepatnya terbebas dari hubungan yang rusak sekaligus merusak dirinya.

Baca Juga: 7 Ciri-ciri Pasangan Selingkuh Lewat HP, Harus Kamu Kenali!

3. Merasa tidak bisa memiliki segalanya dalam hidup

ilustrasi perselingkuhan (pexels.com/Luis Zambrano)

Ini adalah keputusasaan yang dibalut dengan penerimaan. Orang yang berpandangan demikian boleh jadi tidak menjadikan perpisahan sebagai solusi. Ia memilih untuk menerima saja keretakan besar dalam hubungannya dengan pasangan. Dia menoleransi perilaku pasangan dengan kekuatan diri yang palsu.

Ia berusaha menyederhanakan persoalannya menjadi tak seorang pun di dunia ini mempunyai kehidupan yang sempurna. Hidup sepenuhnya bahagia dengan cinta, kesehatan, dan harta hanya ada dalam cerita khayalan. Tempat pelarian orang-orang yang menyadari fakta bahwa hidup mereka tidak semulus itu.

Pandangan di atas memberinya kekuatan untuk bertahan dalam hubungan yang rapuh. Ia memaksakan kepuasan diri atas aspek-aspek kehidupan lainnya yang berjalan dengan baik. Cela pada perilaku pasangannya yang membuat hubungan mereka terlihat kuat dari luar tetapi rapuh di dalam dipandang sebagai noda kecil yang gak perlu dibesar-besarkan.

Orang tipe ini kerap menggunakan kata 'untungnya' ketika menceritakan keadaan hubungannya. Seperti, "Dia memang tidak setia, tapi untungnya masih sayang pada anak-anak dan gak pernah kasar padaku." Padahal, jika pasangannya betul-betul sayang pada anak seharusnya ia juga tidak menyakiti ibu atau ayah dari anaknya. Begitu pula tindakannya berselingkuh merupakan pukulan terhebat untuk pasangannya.

4. Dia juga dapat melakukan hal serupa kalau mau

ilustrasi berjalan bersama (pexels.com/Jonathan Borba)

Perasaan mampu membalas perbuatan pasangan dengan setimpal menjadi penyebab berikutnya. Entah pembalasan itu sungguh-sungguh dilakukan atau hanya menjadi potensi, seseorang merasa lebih berdaya untuk melawan kekejaman pasangan terhadap dirinya. Ia tinggal menunggu saat yang tepat seandainya hendak membuat perhitungan dengan pasangannya.

Dia merasa tidak kalah menarik dari pasangannya. Ia yakin mampu menemukan teman berselingkuh. Sosoknya mesti lebih baik dalam berbagai hal ketimbang pasangan agar ia merasa tertampar dan merengek-rengek ingin kembali. Tapi sulitnya menyesuaikan pikiran dengan tindakan kerap kali justru menimbulkan konflik dalam diri.

Secara akal sehat, dia optimis dapat berselingkuh kapan saja. Di sisi lain, hatinya tidak mengizinkan tindakan balas dendam serendah itu. Meski kelihatannya ia tak lagi memusingkan perselingkuhan pasangannya, sejatinya dia juga gak benar-benar tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Apabila pikirannya kalut, standar moralnya bisa kalah dan betul-betul balas berselingkuh. Tindakan ini dapat menjadi sejata makan tuan. Niat hati membalas dendam pada pasangan, ternyata pasangannya tak lantas peduli. Sementara anak yang menyaksikan kedua orangtuanya mencari kesenangan pribadi kian hancur. Ia pun dapat terjebak dalam hubungan yang toksik bersama pacar gelapnya.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya