Jarak Bukanlah Halangan Bagi Kita yang Punya Alasan untuk Bertahan
Tentang jarak, rindu di dalam dada dan cita-cita bersama
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Artikel ini merupakan karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Aku meletakkan cangkir putih bercorak bunga sakura itu dan memandang ke arahmu yang sedang sibuk berkutat dengan laptop. Wajahmu terlihat sangat serius sembari membaca setiap email yang masuk. Berpikir sebentar lalu jari-jemarimu mulai merangkai kata. Sebuah senyuman kecil tersimpul di bibirku. Aku membatin dalam hati. Betapa tingginya tuntutan pekerjaanmu tidak menghalangimu untuk terbang menghampiriku di sini. Lalu, aku kembali menyeruput teh yang masih terasa hangat-hangat kuku itu.
Tak lama kemudian, kamu menutup laptop dan melayangkan senyum lebar kepadaku diiringi dengan sebuah rangkulan kecil pada pundakku. Percakapan untuk saling bertukar rindu pun kembali dilanjutkan. Tatapan mata dan sentuhan yang tak dihalangi oleh jarak. Pertemuan yang setiap hari selalu aku nantikan.
Perjalanan asmara kita jelas memupuk rindu yang tak berkesudahan. Banyak tantangan yang mencoba keras untuk mendobrak masuk, menyelinap ke dalam, dan mengutak-atik kontak rasa antara kita. Sederet pengorbanan dan perjuangan terpatri hampir di setiap alurnya. Tapi, toh, kita tetap bertahan.
“Perjalanan ini memang tidak mudah. Tapi, hubungan ini memberikan pelajaran yang bermakna untuk kita.”
Kepercayaan menjadi tonggak utama yang menopang beratnya bentangan jarak antara kita.
Apa yang sedang kamu lakukan di sana? Dengan siapa kamu pergi? Aku hanya bisa berpegang pada setiap kata yang kamu utarakan. Ya, hanya itu saja. Begitu pun sebaliknya.
Kepercayaan merupakan fondasi dasar bagi kita untuk membangun hubungan ini dari bawah. Tanpa kepercayaan, semua ini tidak akan ada artinya.
Aku tak akan berbohong. Puluhan kali rasa curiga menyelimuti hatiku. Keraguan atas ucapan yang kamu sampaikan. Ketidakyakinan atas fakta yang tidak dapat aku lihat. Semua itu aku alami.
Tapi, percuma saja hidup dengan penuh ketakutan, bukan? Tak ada gunanya memelihara pikiran negatif dan membiarkan diri ini dilingkupi oleh kekhawatiran yang belum tentu benar. Jadi, tak perlu aku berasumsi dan menebak-nebak sesuatu yang tidak pasti. Karena segala sesuatunya akan terbukti sendiri suatu saat nanti. Saat ini, aku hanya perlu percaya saja.
“Membangun kepercayaan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dan menghancurkan kepercayaan itu hanya sesingkat sebuah kejapan mata.”