TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Masyarakat Indonesia Sering Bertanya “Kapan Nikah?”

Semua orang pasti akan dapat gilirannya ditanya

ilustrasi ditanya "kapan nikah" (pexels.com/id-id/nicole-michalou)

Kamu merasa gak, jika ada pertemuan keluarga saat lebaran, arisan, atau reuni keluarga sering mendapat pertanyaan “kapan nikah?” Terutama jika kamu telah berumur lebih dari 20 tahun. Bagai suatu “ritual” masalah itu yang selalu ditanyakan. Nyesek banget, sih!

Sepertinya anggapan mereka menikah adalah sesuatu goals yang lebih penting ketimbang pendidikan dan karier seseorang. Di balik semua itu, pernah tidak terpikirkan oleh kamu mengapa orang Indonesia sangat terobsesi untuk selalu bertanya hal yang bersifat pribadi ini? Nah, berikut lima alasan yang dapat menjawab semua itu.

1. Sebagai tolok ukur kedewasaan

ilustrasi perempuan dewasa (pexels.com/id-id/olly)

Di Indonesia banyak yang memandang menikah adalah tolak ukur kedewasaan dan kebahagiaan. Sementara masyarakat Indonesia juga sangat obsesif pada pernikahan. Yaitu perilaku, pemikiran, dan pertanyaan yang terus menerus muncul hingga orang yang mengalami menjadi resah dan cemas. Seperti, bertanya “kapan nikah?”

Mereka beranggapan seakan dengan menikah sudah menjadi orang yang utuh dan bahagia. Nyatanya, dalam kehidupan tidak selalu begitu, gak semua orang kebahagiaannya dari suatu pernikahan atau berumah tangga.

2. Penerapan suatu stigma

ilustrasi laki-laki mapan (pexels.com/id-id/brandon-athey)

Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia ada yang menerapkan stigma jika pada usia 20 tahun ke atas sudah harus menikah terutama perempuan. Sebenarnya laki-laki juga dapat terkena stigma tersebut. Namun, pada laki-laki dengan usia yang lebih tua, mereka  dianggap semakin matang, sukses, dan punya karir dahulu baru menikah.

Baca Juga: 5 Cara Agar Gak Bergantung pada Orangtua Setelah Menikah, Mau Mandiri!

3. Dorongan dan mayoritas agama yang dianut

ilustrasi pengantin muslim (pexels.com/id-id/asyafilmco)

Tidak sedikit melakukan pernikahan karena mendapat dorongan dari keluarga, atau masyarakat. Bukan karena memang mau tetapi sudah bosan ditanyain dan disuruh nikah terus. Penduduk Indonesia yang sebagian besar beragama Islam banyak yang berpendapat jika pernikahan adalah salah satu cara terbaik terhindar dari seks di luar menikah.

4. Kesetaraan gender yang jomplang

ilustrasi kesetaraan gender (pexels.com/id-id/trinitykubassek)

Budaya patriarki di Indonesia masih sangat kental. Laki-laki pemegang kekuasaan dan mendominasi peran kepemimpinan. Sementara kesetaraan gender juga jomplang akibatnya masih banyaknya pernikahan dini. Menjadikan menikah merupakan goals yang penting bagi seorang perempuan.

Sehingga mereka beranggapan sekolah dan berkarir tidak penting bagi seorang perempuan. Karena tugasnya setelah menikah hanya mengurus rumah, anak, dan melayani suami. Parahnya lagi tidak sedikit pendapat di masyarakat jika kesuksesan dan “prestasi” perempuan hanya dinilai dari telah nikah.

Verified Writer

A Nitha Nahfiah

Ibu rumah tangga dengan tiga putri yang telah dewasa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya