Menjadi Nelayan Digital dengan Fish Go Besutan Merta Yoga Pratama

Mencari ikan jadi efektif dan efisien

Indonesia dikenal sebagai negeri maritim. Lautnya terlampau luas. Isinya pun dianggap menggiurkan. Tidak heran jika hasil laut Indonesia mendapat perhatian dunia. Apalagi, santapan laut (seafood) juga telah menjadi andalan wisata kuliner Tanah Air di sejumlah daerah.

Meski begitu, nelayan Indonesia tidak serta merta sejahtera. Setidaknya dalam kacamata I Gede Merta Yoga Pratama. Pada 2017, saat kuliah sarjana di Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Udayana, dia kebetulan melakukan sebuah studi lapangan tentang ketimpangan antara nelayan dan penikmat santapan laut. Muncul dalam benaknya: Mengapa nelayan hidup kurang sejahtera saat tangkapannya jadi pemasok utama hasil laut dan olahannya bernilai jual tinggi?

Pertanyaan inilah yang kemudian mengantarkan Yoga kepada Fish Go, sebuah aplikasi pelacak ikan rekaannya. Aplikasi ini disebutnya dapat membantu nelayan mencari ikan dalam jumlah yang lebih masuk akal. Sejauh perkembangannya, Fish Go memang telah menarik perhatian nelayan, setidaknya di sekitar tempat tinggal Yoga di Badung, Bali, sebab jangkauan informasinya masih berkutat di seputar laut di sana.

Fish Go juga menarik perhatian Astra. Mereka memberi Yoga penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2020 berkat inovasi dan kerja baiknya bersama nelayan. Lantas, seperti apa Fish Go dan perjuangan Yoga bersama nelayan di Bali?

1. Fish Go terinspirasi dari Pokemon Go

Menjadi Nelayan Digital dengan Fish Go Besutan Merta Yoga Pratamamobile game Pokemon GO (pexels.com/Mohammad Khan)

Game Pokemon Go pertama kali muncul pada 2016. Game berbasis aplikasi di smartphone ini ternyata mengilhami Fish Go. Bukan hanya dari nama, tetapi juga konsepnya. Jika Pokemon Go dapat menunjukkan kepada trainer (istilah yang dipakai untuk menyebut pengguna) tempat menangkap Pokemon, maka Fish Go dapat menunjukkan kepada nelayan tempat menangkap ikan. Sederhananya, aplikasi ini ibarat navigasi yang menyediakan informasi penting agar nelayan bekerja tepat sasaran.

Fish Go sendiri awalnya terbentuk dalam wujud situs daring. Namun, ini berkembang sesuai dengan pengamatan I Gede Merta Yoga Pratama. Nelayan ternyata membawa smartphone ke laut untuk berkomunikasi dengan kerabat. Mereka juga menggunakannya untuk mendengarkan radio. Yoga pun berinisiatif untuk membawa Fish Go ke dalam bentuk aplikasi untuk memudahkan nelayan yang membawa smartphone.

Pada perjalanannya, Fish Go terbilang sukses memudahkan nelayan. Mereka telah merasakan sendiri manfaatnya. Melaut jadi lebih baik dari sebelumnya.

"Kami diberikan lokasi potensial penangkapan ikan. Ketika saya coba untuk menangkap ikan di area yang ditampilkan Fish Go, terbukti memang ada ikan di area tersebut," ujar Mangku Samanjaya, nelayan Pantai Kedonganan, seperti dikutip situs resmi FishGo.

Baca Juga: Pokemon Go Rasa Lokal, Inspirasi Fish Go Ukir Senyum Kelompok Nelayan

2. Memanfaatkan data untuk menentukan habitat ikan potensial

Menjadi Nelayan Digital dengan Fish Go Besutan Merta Yoga Pratamahasil laut tangkapan nelayan (fishgo.di)
dm-player

Aplikasi Fish Go bisa dibilang aplikasi modern. Secara teknis, ini ibarat navigator. Ia memberi nelayan informasi tentang letak ikan dan jenisnya. I Gede Merta Yoga Pratama menjelaskan bahwa Fish Go menggunakan citra satelit dan data model untuk menentukan habitat ikan potensial. Konsepnya seperti Pokemon Go tadi, ia memberi tahu nelayan koordinat yang sesuai untuk menangkap ikan yang diburu.

Fish Go setidaknya menggunakan dua macam pelacakan. Pertama, pelacakan berbasis prediksi. Ini terbentuk oleh data harian yang terdiri dari sejumlah informasi, termasuk suhu dan klorofil A, yang telah dikumpulkan selama 10 tahun. Data itu berguna untuk memprediksi area ikan mencari makan.

Kedua, pelacakan berbasis real time. Pelacakan ini, kata Yoga, bekerja dengan cara memanfaatkan teknologi internet of things (IoT). Ia mendeteksi sensor akustik yang ditembakkan ke bawah air agar nelayan mengetahui posisi ikan.

Dengan aplikasi Fish Go, nelayan bukan hanya bisa bekerja secara efektif, melainkan juga efisien. Dampaknya menjalar kepada penggunaan bahan bakar kapal yang digunakan untuk melaut. Penggunaannya bisa menurun hingga 30 persen. 

Ini juga memungkinkan nelayan pulang lebih awal. Padahal, menurut Yoga, nelayan mulanya menggunakan sistem one day fishing. “Mereka bisa menghabiskan waktu 28 jam untuk menangkap ikan karena hanya mengandalkan insting,” katanya dalam bincang-bincang mengenai Fish Go. Namun, sejak menggunakan aplikasi, waktunya terpangkas banyak sekali. Nelayan bisa hanya membutuhkan waktu hanya 6 jam untuk menangkap ikan.

"Dengan aplikasi Fish Go, berangkat melaut pukul 4 sore dan pukul 6 saya sudah sampai di area penangkapan ikan. Pukul 11 malam kapal kami telah terisi ikan dan saya sudah dapat kembali ke pantai," terang Made Gita Adnyana, nelayan Pantai Kedonganan, seperti dikutip situs resmi FishGo.

3. Fish Go awalnya kurang akrab di telinga nelayan

Menjadi Nelayan Digital dengan Fish Go Besutan Merta Yoga Pratamaaplikasi FishGo (fishgo.id)

Perjalanan Fish Go sebagai aplikasi yang berguna bagi nelayan tidak berjalan mulus. Pada awalnya, banyak yang menyangsikan kinerja aplikasi besutan I Gede Merta Yoga Pratama itu. Bahkan, tidak ada nelayan yang mau menggunakan Fish Go.

Meski begitu, Yoga terus berusaha meyakinkan nelayan agar mau menggunakan Fish Go. Salah satunya dengan melakukan pendekatan kepada mereka. Dia bahkan rela mengeluarkan sejumlah uang untuk modal nelayan melaut.

Pada akhirnya, semua jerih payah ada hasilnya. Fish Go mulai dipakai nelayan di Badung. Makin banyak dari mereka yang mau percaya kepada aplikasi ini. Fish Go juga sudah mendapat perhatian nelayan dari luar Badung, termasuk mereka yang menggunakan kapal-kapal besar. Sayangnya, Fish Go belum bisa menjangkau area yang lebih luas. Ia juga tidak berguna untuk kapal-kapal besar. Informasinya masih berkutat di laut sekitar Bali dan untuk nelayan dengan kapal-kapal kecil.

Untungnya, semangat Yoga tidak berhenti sampai di situ. Dia dan timnya terus mengembangkan Fish Go. Bahkan, Yoga tengah gencar untuk menjalin koneksi. Dia ingin menggaet pemangku kepentingan di Indonesia agar Fish Go bisa terus berkembang.

Baca Juga: Go Digital dengan Fish Go, Nelayan Bali Makin Digdaya

Febrianti Diah Kusumaningrum Photo Verified Writer Febrianti Diah Kusumaningrum

Pisang goreng hangat diangkat langsung dari penggorengan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya