3 Alasan Harus Berhenti Membeli Barang Hanya karena Keinginan
ilustrasi memilih suvenir (pexels.com/Sam Lion)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika bepergian, terutama saat mengunjungi pusat perbelanjaan, tentu kamu akan menemukan beraneka ragam barang. Meski awalnya hanya membeli barang sesuai kebutuhan, tetapi rasanya tergoda juga untuk membawa barang-barang lain yang tampak lucu atau sepertinya akan terpakai di kemudian hari. Sesekali saja bukan masalah, tetapi bila hal semacam ini menjadi kebiasaan sudah jelas tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Tidak dapat dimungkiri bahwa saat menemukan benda-benda yang lucu, tampak cantik, atau sepertinya akan berguna memang timbul keinginan untuk membelinya, sekali pun sebenarnya dalam lubuk hati tahu bahwa kamu tidak memerlukannya. Nah, kebiasaan seperti ini sebenarnya tidak baik dan perlu dihentikan.
Baca Juga: 5 Tips Mengurangi Obsesi Belanja Pakaian, Pikirkan dengan Bijak!
1. Membeli barang yang tidak dibutuhkan adalah bentuk pemborosan
ilustrasi seseorang yang gemar berbelanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)Menemukan benda yang lucu, cantik, unik, atau yang tampaknya akan berguna memang selalu berhasil menarik perhatian. Terkadang, tanpa berpikir panjang, kamu bisa dengan cepat memutuskan untuk membelinya. Padahal, sebenarnya barang-barang itu sama sekali tidak kamu butuhkan.
Tindakan seperti ini sudah jelas termasuk ke dalam bentuk pemborosan. Sekali pun kamu orang yang mampu, tetapi alangkah bijaksana untuk tidak terbiasa membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Gunakan uang yang kamu miliki untuk sesuatu yang bermanfaat agar mendapatkan keberkahan, ya!
2. Terlalu mudah dalam memenuhi keinginan membuatmu cepat bosan dengan barang lama
ilustrasi berbelanja (pexels.com/cottonbro)Editor’s picks
Salah satu faktor yang membuat suatu barang bernilai tinggi adalah tingkat kesulitan untuk memperolehnya. Bayangkan, bila kamu memerlukan sesuatu, tetapi saat itu tidak bisa mendapatkannya karena belum punya cukup uang, tentu rasanya bersedih.
Namun, karena tidak menyerah dengan keadaan, kamu berusaha untuk menabung hingga akhirnya mampu meraih benda tersebut. Nah, barang itu tidak akan mudah tergantikan meski saat ini kamu bisa membeli yang lain karena ingat dengan nilai perjuangannya.
Sebaliknya, bila kamu terlalu mudah dalam memenuhi keinginan, tingkat kebosanan terhadap barang akan semakin tinggi. Barang yang lama akan disingkirkan begitu saja karena merasa sudah tidak menarik lagi. Jika sayang untuk membuang, pada akhirnya kamu akan menumpuk banyak barang yang membuat ruangan menjadi terlalu penuh dan tidak nyaman.
Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Keinginan Belanja Berlebihan saat Dompet Menipis
3. Kebiasaan tersebut menunjukkan pengendalian diri yang buruk
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Edward)Pengendalian diri yang baik harus ada dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya berlaku untuk hal-hal besar, tetapi keterampilan ini juga sebaiknya diterapkan untuk urusan yang tampaknya remeh, seperti membeli barang. Tanpa adanya kemampuan untuk mengendalikan diri, kamu akan sangat mudah mengeluarkan uang untuk barang-barang yang sebenarnya merupakan keinginan, bukan kebutuhan.
Pengendalian diri yang buruk bukanlah sesuatu yang layak untuk dipertahankan. Mungkin saat ini hanya berlaku untuk hal-hal kecil yang dampaknya tidak terlalu signifikan. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa kebiasaan ini kelak tidak akan merambah pada sesuatu yang besar? Sebelum itu terjadi, cegah dengan cara sederhana, seperti berhenti membeli barang sekadar untuk memenuhi keinginan, ya!
Sesekali membeli barang untuk memenuhi keinginan memang bukan hal yang terlarang. Namun, jangan pula menjadikan hal ini sebuah kebiasaan karena membuat boros, kurang bisa menghargai barang, dan menunjukkan bahwa kamu tidak memiliki pengendalian diri yang baik. Belilah apa pun itu asal memang dibutuhkan, bukan hanya sekadar ingin. Belajar untuk lebih bijaksana, yuk!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
