4 Alasan Persaingan Toksik akan Merusak Kehidupanmu, Ganggu Fokus!

Konsentrasi terpecah dan merasa terbebani

Keseimbangan hidup merupakan kunci utama jika kita ingin memperoleh kenyamanan sekaligus kebahagiaan. Dengan kehidupan yang seimbang, segala sesuatunya tertata. Tapi menjadi kesalahan besar jika kita memutuskan diri untuk bergabung dengan persaingan toksik. Lingkungan dengan budaya kompetitif demikian berpotensi merusak keseimbangan hidup yang sudah terjaga.

Pastinya ini terjadi tanpa disadari. Persaingan toksik merusak kehidupan yang sudah seimbang secara perlahan. Termasuk dari sikap dan kebiasaan paling sederhana sekalipun. Setelah mengetahui fakta tersebut, semoga kita bisa membentengi diri dari arus persaingan toksik di lingkungan sekitar.

1. Mengganggu fokus dan konsentrasi

4 Alasan Persaingan Toksik akan Merusak Kehidupanmu, Ganggu Fokus!ilustrasi merasa kacau (pexels.com/Mikhail Nilov)

Adakalanya kehidupan memang berjalan dengan tingkat kompetitif tinggi. Tapi bukan berarti kita memilih terjerumus ke dalam persaingan toksik. Karena bersaing dengan cara seperti ini tidak akan membawa kebahagiaan dalam jangka panjang. Justru sebaliknya, persaingan toksik merusak kehidupan yang sudah seimbang. Proses ini seringnya berlangsung tanpa disadari.

Dari persaingan toksik, perlahan akan mengganggu fokus dan konsentrasi. Kehidupan hanya didominasi oleh prinsip menang dan kalah. Kita terpaku pada hasil akhir dengan pencapaian paling unggul. Sedangkan proses yang seharusnya dilewati dengan baik justru tidak diperhatikan. Akibat fokus dan konsentrasi yang terpecah, kita kerap melakukan kecerobohan.

2. Menempatkan diri dalam persaingan yang membebani mental

4 Alasan Persaingan Toksik akan Merusak Kehidupanmu, Ganggu Fokus!ilustrasi persaingan rekan kerja (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sebenarnya boleh-boleh saja kita melibatkan diri dalam persaingan. Sisi positifnya turut menumbuhkan motivasi meraih pencapaian terbaik. Tapi berbeda jadinya saat kita berusaha berpaku pada standar persaingan toksik. Ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan. Karena persaingan toksik berpotensi merusak kehidupan yang sudah seimbang.

Dari persaingan toksik, kita akan menjerumuskan diri ke dalam lingkungan yang membebani mental. Kehidupan hanya soal menang atau kalah. Tidak ada kesadaran untuk berbenah dan berlapang hati. Persaingan yang tidak sehat sering kali membuat seseorang merasa tertekan untuk terus-menerus unggul dan lebih baik dari orang lain. Tekanan ini dapat menyebabkan stres kronis, yang berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

Baca Juga: 5 Hal dalam Hidup yang Bisa Dijadikan Inspirasi Menulis

3. Membuat seseorang fokus persaingan dan mengabaikan yang lain

4 Alasan Persaingan Toksik akan Merusak Kehidupanmu, Ganggu Fokus!ilustrasi sosok ambis (vecteezy.com/Benis Arapovic)

Apakah kita tidak boleh bersaing dalam memperoleh pencapaian terbaik? Jawabannya tentu boleh. Tetapi kita juga harus menyikapi persaingan dengan bijaksana. Karena tidak semua persaingan itu baik untuk diikuti. Terutama persaingan toksik yang menekankan pencapaian terbaik dalam situasi apapun. 

Persaingan dengan cara seperti ini justru merusak keseimbangan. Sebagaimana yang kita tahu, menjalani hidup bukan berfokus pada satu tujuan saja. Tapi juga banyak aspek lain yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan. Saat pikiran tertuju sepenuhnya pada persaingan toksik, kita akan lupa pada aspek hidup yang lain. Pada akhirnya urusan penting dan prioritas banyak terbengkalai.

4. Mengalihkan fokus dari esensi hidup yang bermakna

4 Alasan Persaingan Toksik akan Merusak Kehidupanmu, Ganggu Fokus!ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Liza Summer)

Apakah kamu sudah mampu memahami esensi kehidupan yang bermakna? Tentu tidak diukur oleh materi atau pencapaian sesaat. Esensi kehidupan yang bermakna saat kita bisa merasakan kenyamanan. Sekaligus memperoleh kebahagiaan hanya dengan hal-hal kecil dan sederhana. Tapi bagaimana jadinya jika seseorang justru terpaku pada persaingan toksik yang berlangsung?

Entah disadari atau tidak, persaingan toksik akan merusak hidup dengan sejumlah cara. Termasuk mengalihkan fokus dari esensi hidup yang bermakna. Saat sudah terjebak oleh persaingan toksik, kita akan mengabaikan hal-hal kecil dalam hidup. Seperti waktu istirahat, hobi, maupun waktu bersama orang-orang terdekat. Sumber kebahagiaan yang berasal dari hal-hal sederhana perlahan akan menghilang.

Persaingan toksik adalah fenomena yang marak terjadi di lingkungan sekitar. Sejatinya memilih bergabung dengan persaingan toksik merupakan kekeliruan. Secara perlahan, akan merusak kehidupan yang sudah berjalan seimbang. Seseorang yang melibatkan diri dalam persaingan toksik cenderung terbebani dari segi mental. Dalam waktu berkelanjutan, turut kehilangan esensi hidup yang bermakna.

Baca Juga: 5 Manfaat Aromaterapi untuk Bekerja, Tingkatkan Motivasi

Mutia Zahra Photo Verified Writer Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agsa Tian

Berita Terkini Lainnya