5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!

Mengapa kita bertahan mati-matian pada keyakinan yang salah?

Pernahkah kamu berdebat dengan seseorang yang ngotot mempertahankan argumennya, meskipun kamu sudah menunjukkan bukti yang bertentangan? Atau mungkin kamu sendiri yang pernah mengalaminya?

Hal ini lumrah terjadi. Manusia memang dikenal sebagai makhluk yang penuh keyakinan. Kita memiliki keyakinan tentang berbagai hal, mulai dari hal kecil dan sepele hingga hal-hal fundamental tentang diri kita dan dunia di sekitar kita. Dan seringkali, kita sangat teguh pada keyakinan ini, bahkan ketika bukti menunjukkan bahwa kita mungkin salah.

Alasan di balik sikap keras kepala ini bisa beragam. Berikut adalah beberapa alasan paling umum mengapa kita teguh pada keyakinan, meskipun terbukti salah. Yuk, simak!

1. Confirmation bias

5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!ilustrasi kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu cenderung mencari informasi yang mendukung apa yang sudah kamu percayai dan mengabaikan yang bertentangan. Ini adalah confirmation bias, di mana otak kita secara selektif memilih data yang memperkuat pandangan kita dan mengesampingkan yang tidak. Proses ini terjadi secara tidak sadar dan bisa sangat kuat, membuat kita terjebak dalam gelembung informasi yang nyaman.

Ketika datang pada keyakinan yang sudah tertanam, confirmation bias ini menjadi lebih kuat. Kamu mungkin tidak hanya mengabaikan bukti yang bertentangan, tetapi juga mempertanyakan sumber atau validitasnya. Ini menjaga keyakinanmu tetap utuh, meskipun mungkin sudah saatnya untuk merevisinya.

2. Cognitive dissonance

5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!ilustrasi prasangka (pexels.com/Mikhail Nilov)

Cognitive dissonance adalah ketidaknyamanan yang kita rasakan ketika ada konflik antara keyakinan dan bukti baru. Otak kita ingin konsistensi, dan dissonansi ini menciptakan tekanan psikologis. Untuk mengurangi tekanan ini, sering kali lebih mudah untuk menolak bukti baru daripada mengubah keyakinan yang sudah ada.

Dalam upaya untuk menjaga keseimbangan mental, kamu mungkin menemukan alasan untuk meremehkan atau mengabaikan bukti yang tidak sesuai. Ini bisa berupa penolakan langsung atau penjelasan alternatif yang lebih sesuai dengan keyakinanmu, memungkinkan kamu untuk tetap merasa nyaman dengan pandanganmu.

Baca Juga: 3 Keuntungan Orang Teguh Pendirian, Hidupnya Terarah Mengikuti Prinsip

3. Alasan emosional

5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!ilustrasi bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Keyakinan sering kali lebih dari sekadar pendapat; mereka adalah bagian dari identitas kita. Mengubah keyakinan berarti mengubah cara kita melihat diri sendiri, yang bisa sangat mengganggu secara emosional. Keyakinan ini bisa sangat mendalam dan terkait dengan nilai-nilai inti yang kita pegang.

Selain itu, keyakinan sering kali terkait dengan emosi yang kuat. Jika keyakinanmu terkait dengan pengalaman pribadi atau orang yang kamu kagumi, melepaskannya bisa terasa seperti kehilangan bagian dari dirimu. Ini membuat proses mengubah keyakinan menjadi lebih sulit dan penuh perlawanan.

4. Sunk cost fallacy

5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!ilustrasi pengacara (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sunk cost fallacy terjadi ketika kamu terus berinvestasi dalam keyakinan karena sudah terlalu banyak yang telah kamu investasikan, baik itu waktu, uang, atau emosi. Meskipun logika mungkin menyarankan untuk berhenti, sulit untuk melepaskan sesuatu yang telah menjadi bagian besar dari hidupmu.

Kamu mungkin merasa bahwa mengakui kamu salah berarti semua yang telah kamu investasikan akan sia-sia. Oleh karena itu, kamu terus mempertahankan keyakinanmu, berharap bahwa suatu hari nanti itu akan terbukti benar, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya.

5. Kebergantungan pada kepercayaan yang sudah ada

5 Sebab Kamu Tetap Teguh pada Keyakinanmu, Meskipun Terbukti Salah!ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Keyakinanmu mungkin telah membentuk dasar dari jaringan sosialmu dan dukungan psikologis. Mengubah keyakinan ini bisa berarti kehilangan dukungan tersebut, yang bisa sangat menakutkan. Kamu mungkin telah membangun hubungan dan komunitas berdasarkan pandangan bersama, dan mengubahnya bisa merasa seperti mengkhianati mereka.

Selain itu, keyakinan yang sudah ada sering kali memberikan kerangka kerja untuk memahami dunia. Mengubahnya berarti harus membangun kembali pemahamanmu dari awal, yang bisa menjadi proses yang menakutkan dan melelahkan. Oleh karena itu, lebih mudah untuk tetap pada apa yang sudah kamu kenal daripada menghadapi ketidakpastian..

Ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berkembang. Teruslah mencari informasi baru, dengarkan berbagai perspektif, dan beranilah untuk mempertanyakan keyakinanmu. Siapa tahu, kamu mungkin menemukan sesuatu yang baru dan menarik yang selama ini tidak pernah kamu bayangkan!

Baca Juga: 4 Tips Mempertahankan Pendirian saat Pendapatmu Dipojokkan

Muhamad Aldifa Photo Verified Writer Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya