6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannya

#IDNTimesLife Awalnya ikhlas, di akhir malah merasa kesal

Apa pun kalau dilakukan dengan ikhlas akan terasa ringan di hati. Orang lain yang menerima sesuatu darimu juga merasa lebih senang. Mereka tidak terbebani oleh keharusan membalas budi. Namun, keikhlasan hati banyak ukurannya. Tidak sekadar saat kamu memberikan sesuatu pada orang lain.

Ini membuat ikhlas bisa amat sulit. Walaupun lisanmu telah mengatakannya, batinmu mungkin tak dapat dibohongi. Sungguh-sungguh ikhlas atau gak cuma dirimu yang mengetahui persisnya. Semua orang akan terus diuji dengan berbagai masalah dalam hidup sampai terlihat jelas tingkat keikhlasannya.

Dua tanda dari hati yang tulus ikhlas adalah tidak berpamrih pada orang lain dan bisa menerima kenyataan buruk dalam hidupmu. Kalau kamu belum bisa selalu ikhlas juga tak apa-apa. Semua ada prosesnya. Gak gampang buatmu mengikhlaskan sesuatu bukan berarti selamanya tidak bakal mampu. Dari enam ujian keikhlasan di bawah ini, mana yang paling sulit untukmu?

1. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang amat berharga

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi perempuan muda (pexels.com/Pixabay)

Sesuatu yang amat berharga tidak selalu karena mahal harganya. Benda murah tetapi penuh kenangan juga terasa sangat berharga. Bahkan jika buatan sendiri menjadi tidak bisa diukur dengan uang. Misalnya, benda pemberian dari orang yang paling disayangi.

Rusaknya benda itu saja sudah bikin hati kecewa. Terlebih kalau sampai hilang dan tak bisa ditemukan lagi. Cincin pernikahan yang hilang, misalnya. Walaupun pasangan gak marah bahkan dapat membelikanmu cincin baru yang lebih mahal, rasanya tetap berbeda karena kenangan di cincin lama itu.

Apabila kehilangan barang saja bisa terasa berat sekali, apalagi terkait seseorang. Masa dukanya jauh lebih panjang. Nasihat orang lain supaya kamu mengikhlaskannya saja justru bisa membuatmu marah. Dalamnya kasih sayang di antara kalian membuat mengikhlaskannya terasa sebagai tindakan yang kejam.

2. Merasa sudah berbuat baik, tapi malah tertimpa kemalangan

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi perempuan muda (pexels.com/Wisnu Phaewchimplee)

Banyak orang berkata bahwa hukum karma nyata adanya. Perbuatan baikmu bakal diganjar dengan kebaikan pula baik di dunia maupun di kehidupan setelah kematian. Begitu pula perbuatan jahat akan mendatangkan keburukan untuk pelakunya. Meyakini adanya hukum karma membuatmu tenang.

Dirimu tinggal menanam benih kebaikan sebanyak mungkin dengan harapan pada saatnya nanti memetik karma baik yang sepadan. Tapi pembalasan akan kebaikan bisa gak sesimpel bayanganmu. Tak seperti jual beli di mana uang ditukar dengan barang, balasan untuk perbuatan baikmu bisa lama baru diterima.

Bukannya hari ini dirimu berbuat baik dan besok mendapatkan rezeki tidak terduga, kamu malah apes. Contoh, kemarin dirimu baru bersedekah. Akan tetapi, hari ini ban sepeda motormu bocor di jalan yang sepi. Kamu menjadi ragu akan hukum karma dan berpikir andai tahu bakal tetap sial mending kemarin tak keluar uang untuk sedekah.

3. Menolong orang yang tak bisa membalas dengan apa pun

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi tunawisma (pexels.com/Timur Weber)

Ketika kamu menolong seseorang, apakah dirimu masih sempat berhitung untung dan ruginya? Seperti kamu melihat-lihat dulu siapa orang yang akan dibantu. Misalnya, dirimu masa bodoh jika di jalan melihat pengendara yang tak dikenal kehabisan bahan bakar.

Sama sekali tak ada niat untukmu membelikannya barang 1 atau 2 liter bahan bakar di SPBU terdekat atau menyedot dari tangki kendaraanmu sendiri. Alasanmu, kecil kemungkinan kalian bakal bertemu kembali. Itu artinya, dia tak akan membalas kebaikanmu selain dengan ucapan terima kasih.

Tapi jika atasanmu di kantor yang kehabisan bahan bakar, kamu langsung menepi dan berusaha membantunya. Kalau perlu biar atasan memakai kendaraanmu dulu dan dirimu yang mengurus kendaraannya. Selain agar kamu terlihat baik, besar kemungkinan atasan dapat memberimu sesuatu sebagai tanda terima kasih. Bahkan boleh jadi kenaikan jabatan.

Baca Juga: 5 Pengalaman Pahit Ini Mampu Ajarkan Arti Keikhlasan

4. Potensi pujian jika kamu melakukan sesuatu

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi seorang pria (pexels.com/Michael koneckiy)

Mirip dengan penjelasan poin 3, tetapi kali ini ujianmu adalah pujian. Kamu mungkin tidak menginginkan balasan dari orang yang ditolong dalam bentuk uang atau barang. Namun, dirimu lebih pada haus pujian baik dari orang yang dibantu maupun orang-orang yang melihat aksi baikmu.

Kamu senang sekali apabila namamu harum. Tentu nama yang harum perlu diusahakan. Akan tetapi, keikhlasan hati juga mesti dijaga. Bila keikhlasan kalah oleh keinginan akan pujian, dirimu tidak pernah mau menolong orang secara tak langsung. Sebab jika pertolonganmu melalui perantara, nanti dia yang dipuji orang.

Jangankan melalui perantara, kamu hendak menolong seseorang secara langsung saja memikirkan dulu sifatnya. Apabila dia gak jago memberikan pujian dan tidak ada orang lain di sekitar kalian yang bisa menjadi saksi, dirimu lebih suka cuek saja. Meski bentuk imbalannya bukan barang, ini tetap menandakan hati yang tidak benar-benar ikhlas.

5. Memaafkan orang yang bersalah padamu

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi berjabat tangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Memaafkan orang lain dapat lebih terasa sebagai kewajiban semata. Apalagi jika kamu sering merasa gak enakan. Bila dirimu sampai menolak memberi maaf nanti ceritanya tersebar ke mana-mana. Lalu kamu dicap sebagai orang yang penuh dendam.

Cuma dirimu yang tahu sungguh-sungguh ikhlas dalam memaafkan atau cuma di lisan saja. Orang lain sudah lega karena merasa telah dimaafkan olehmu. Sementara itu, perasaanmu malah tambah gak enak. Dirimu tidak bisa leluasa mengekspresikan kemarahan karena sudah bilang memaafkannya.

Maka walaupun kamu gak dapat langsung ikhlas ketika memaafkan, segeralah belajar membersihkan hatimu. Jangan perasaan terpaksa memaafkan bikin dirimu tambah mendongkol dalam waktu yang panjang. Kamu sendiri yang paling tersiksa karenanya.

6. Mengalah demi menghindari hal-hal buruk

6 Ujian Keikhlasan Hati, Saat Melakukan Tak Semudah Mengatakannyailustrasi seorang pria (pexels.com/Bùi Hoàng Long)

Mengalah menjadi gak gampang saat kamu merasa benar. Tapi kalau tidak ada yang mengalah, situasi bakal menjadi lebih buruk. Padahal ketika dirimu mengalah, orang lain dapat merasa menang. Mungkin perkataannya menjadi meremehkanmu. 

Meski konsekuensinya gak enak buatmu, ada hal lebih besar yang perlu dicegah. Ikhlas mengalah demi menghindari hal-hal buruk mengharuskanmu kuat menghadapi sikap lawan yang menjadi terkesan sombong. Bahkan tingkat keikhlasan yang paling tinggi menahanmu untuk berpanjang lebar menjelaskan pada siapa pun mengenai alasanmu mengalah.

Apabila kamu sibuk menjelaskannya, nanti dirimu terjatuh dalam sikap haus pujian. Seperti kamu ingin dikenal sebagai orang yang dewasa dan bijaksana hingga rela mengalah. Ikhlas mengalah bermakna dirimu tak ambil pusing lagi soal siapa yang dianggap benar.

Ikhlas memang tidak mudah. Salah satu cara supaya kamu bisa mengikhlaskan adalah menyadari bahwa dirimu tak berhak atas segala hal. Ada hal-hal yang sebaiknya kamu lepaskan jika telah tiba waktunya. Seperti telapak tangan yang tidak menggenggam terlalu erat.

Baca Juga: 4 Lika-Liku Belajar Jadi Orang yang Ikhlas, Ada Saja Ujiannya

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya