5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beli

Dikalahkan kebutuhan saat ini yang lebih penting

Tempat tinggal termasuk dalam kebutuhan pokok manusia di samping pangan dan sandang. Maka wajar apabila kepemilikan rumah masih menjadi target penting bagi orang dewasa. Begitu mereka mulai bekerja biasanya yang ditunggu-tunggu adalah kapan mulai bisa mengajukan KPR agar rumah impian segera terbeli.

Bahkan sebagian orang rela bekerja lebih keras serta hidup hemat demi mengejar target tabungan bakal membeli rumah. Kebutuhan lain seperti kendaraan pun ditunda pemenuhannya supaya penghasilan tak makin banyak tersedot untuk pemeliharaannya. Namun ada pula beberapa orang yang belum memiliki rumah pribadi, tapi tidak juga menjadikannya sebagai tujuan finansial yang hendak dikejar.

Dari luar, mereka tampak santai dan merasa bisa tinggal dengan cukup nyaman di mana saja. Jika kamu termasuk dalam anak muda yang mendambakan rumah pribadi, sikap mereka yang kurang peduli pada kepemilikan rumah barangkali terasa mengganggumu. Di balik pilihan mereka tentu juga ada alasannya, seperti lima hal di bawah ini.

1. Masih bisa tinggal di rumah orangtua, mertua, atau saudara

5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beliilustrasi menata buku (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagian orang berfokus pada fungsi rumah, bukan siapa pemiliknya secara sah. Ini juga bukan sesuatu yang perlu dihakimi mengingat pemilik rumah pun belum tentu keberatan. Malah pemiliknya bisa merasa senang ketika seseorang mau tinggal bersamanya. Sebagai contoh, orangtua atau mertua yang akan merasa kesepian apabila semua anak pergi meninggalkannya.

Demikian pula boleh jadi ada saudara yang memiliki rumah lebih dari satu kemudian seseorang diminta menempatinya daripada kosong. Ia tidak perlu membayar biaya sewa, bahkan tagihan listrik dan air pun dapat menjadi bagian dari tanggung jawab saudara. Memintanya tinggal di rumah tersebut dirasa lebih praktis dan murah ketimbang mengupah penjaga khusus.

Bagaimanapun cerita sampai seseorang dapat terus tinggal di rumah orangtua, mertua, atau saudara; ini menurunkan motivasinya buat sesegera mungkin membeli rumah sendiri. Hanya saja memang terkadang ini menjadi masalah kalau pemilik rumah sebenarnya sudah menginginkan dia pindah. Namun pemilik rumah gak enak buat bicara secara langsung, sedangkan orang yang menumpang di rumahnya juga tidak kunjung sadar diri untuk pindah.

2. Banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak untuk dipenuhi

5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beliilustrasi bekerja di kamar (pexels.com/Antoni Shkraba)

Seperti disinggung di awal, tempat tinggal juga kebutuhan pokok bagi manusia. Akan tetapi, ada kebutuhan yang lebih mendesak buat sekarang dan itu bukan hanya tentang makanan. Sebagai contoh, kepala keluarga yang harus membiayai sekolah anak. Gak mungkin anak sampai terlambat mendaftar sekolah gara-gara uangnya dipakai buat DP rumah. 

Lebih masuk akal dan baik untuk masa depan anak apabila uang tersebut digunakan terlebih dahulu untuk mendaftar sekolah. Toh, kebutuhan akan tempat tinggal masih bisa dipenuhi dengan menyewa rumah, kamar, atau apartemen. Bahkan seorang lajang yang kelihatannya tidak punya tanggungan pun dapat memiliki kebutuhan yang lebih mendesak.

Misalnya, membayar utang atau modal membuka usaha ketika mulai terdengar kabar akan ada perampingan karyawan. Terpenting bagi anak muda adalah jangan dengan mudahnya menganggap hal-hal lain sebagai kebutuhan yang lebih mendesak daripada rumah. Nanti rumah malah tak akan pernah terbeli hanya oleh godaan berbagai hal.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Salah Membeli Rumah, Bikin Gak Betah!

3. Banyak pilihan kos-kosan, rumah kontrakan, dan apartemen

5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beliilustrasi bekerja di kamar (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Makin bervariasi kos-kosan, rumah kontrakan, dan apartemen di sebuah kota makin praktis pemikiran masyarakatnya. Rumah gak harus dibeli dan terpenting tetap punya tempat tinggal. Bukan hanya jumlahnya yang banyak, tetapi pilihan harga dan fasilitasnya pun bermacam-macam.

Tinggal disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan membayarnya. Malah tinggal di kos-kosan, rumah kontrakan, atau apartemen dapat dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan membeli rumah. Terlebih ketika harga rumah di kota tersebut sudah amat tinggi dibandingkan dengan pendapatannya.

Asal pandai memilih hunian sementara, harganya masih lebih murah daripada total cicilan rumah yang harus dibayarkan selama 20 tahun. Kelemahannya memang selama apa pun seseorang indekos atau mengontrak rumah tak akan membuatnya memiliki hunian tersebut. Akan tetapi, fungsinya sebagai tempat berteduh sama saja dengan rumah pribadi.

4. Pekerjaan menuntutnya pindah-pindah kota

5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beliilustrasi bekerja di kamar (pexels.com/Kampus Production)

Pekerjaan yang membuat seseorang harus terus berpindah dari satu kota ke kota lain juga menjadi masalah tersendiri dalam pembelian rumah. Konsekuensi dari memiliki rumah pribadi adalah perlu sesering mungkin menempatinya. Kalau rumah dibeli mahal-mahal tapi lebih kerap kosong tentu menyebabkan kerugian materi.

Seseorang sudah membayar harga rumah yang mahal, tetapi juga masih perlu indekos di kota yang berbeda demi bekerja. Menyewakannya juga tak selalu mudah apabila gak diawasi oleh orang yang dapat dipercaya. Pekerjaan yang berpindah-pindah kota pada akhirnya bikin tempat tinggalnya menyesuaikan saja.

Kecuali, seseorang sudah berkeluarga dan gak mungkin setiap beberapa bulan atau paling lama setahun sekali memboyongnya ke kota baru. Pasangan yang juga bekerja dan anak yang mulai bersekolah tidak bisa mengikuti cara hidup berpindah-pindah begini. Bila seperti ini keadaannya, dia baru membeli rumah untuk keluarganya. Cukup ia yang berkeliling kota serta pulang sesekali.

5. Usia muda dan belum menikah

5 Sebab Rumah Belum Menjadi Prioritas, Bukannya Gak Ingin Beliilustrasi pria muda (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tentu tidak semua anak muda yang belum menikah gak menginginkan rumah. Ada juga anak muda yang masih kuliah pun sudah bercita-cita untuk mempunyai rumah sendiri. Namun, kedua faktor tersebut memang memengaruhi keputusan seseorang untuk memperjuangkan rumah sejak sekarang atau nanti-nanti saja.

Usia muda bikin mereka merasa lebih santai. Masih ada begitu banyak waktu buat mengumpulkan uang bakal beli rumah. Pun di usia awal dua puluhan tahun, banyak orang belum tahu akan menetap di kota mana. Keinginan mereka untuk bebas masih sangat besar. Mereka belum capek buat pindah kos-kosan.

Mereka malah takut menjadi gak berkembang apabila buru-buru memutuskan menetap di suatu tempat dengan membeli rumah. Apalagi jika cita-citanya ialah berkeliling dunia. Adanya rumah justru terasa agak menghambat langkahnya dalam bertualang. Sebentar-sebentar mereka memikirkan rumah yang ditinggal, gak enak kalau tak pernah memenuhi undangan rapat RT, dan sebagainya.

Belum memprioritaskan rumah tidak berarti seseorang sama sekali tak mempunyai keinginan untuk memilikinya. Dapat pula sekarang ia memang belum menginginkannya, tapi suatu saat nanti berubah pikiran. Malah terkadang orang yang terlambat memprioritaskan rumah dapat memilikinya lebih cepat karena momennya pas.

Seperti pas ia ingin beli rumah pas dananya sudah ada. Artinya, gak menjadikan rumah sebagai prioritas juga bukan tanda seseorang belum mampu mengatur keuangannya dengan baik. Oleh sebab itu, jangan meremehkan siapa pun yang belum punya rencana membeli rumah. Dia pasti punya pertimbangannya sendiri.

Baca Juga: 5 Keuntungan Membeli Rumah di Perumahan

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya