5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!

Berilah nasihat tanpa menghujat

Saling menasihati dalam kebaikan merupakan perkara yang sangat dianjurkan bahkan diperintahkan dalam Islam. Memberikan nasihat kepada orang lain bukan berarti bahwa si pemberi nasihat adalah orang yang paling benar. Akan tetapi, sebagai bentuk syiar dan rasa kasih sayang kepada sesama muslim.

Dalam memberikan nasihat, seseorang tidak boleh asal atau seenaknya sendiri. Jangan sampai kata-kata yang harusnya menyejukkan hati, justru berubah menjadi ungkapan yang melukai hati. Oleh karena itu, seorang muslim perlu memperhatikan adab menasihati yang sesuai ajaran Islam berikut ini.

1. Niatkan dengan ikhlas

5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!ilustrasi menasihati dengan ikhlas (pexels.com/Athena Sandrini)

Memberikan nasihat kepada sesama muslim harus didasari dengan niat yang ikhlas, yaitu hanya mengharap ridha Allah semata. Menasihati seseorang ditujukan untuk membantu orang tersebut agar mencapai kebaikan dan mendapatkan manfaat dari nasihat yang diberikan. Hal tersebut juga sebagai wujud dari kepedulian kepada sesama muslim.

Dengan niat yang ikhlas ketika menasihati, seseorang akan terhindar dari ego atau keinginan untuk merasa lebih baik dari orang yang dinasihati. Niat yang ikhlas dalam memberi masihat juga tergolong sebagai ibadah, yang mana akan mendatangkan pahala dan kebaikan dari Allah Ta'ala. Untuk itu, seorang muslim harus mengutamakan keikhlasan baik ketika menasihati maupun ketika melakukan hal baik lainnya.

2. Gunakan kata-kata yang baik dan sopan

5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!ilustrasi menasihati dengan lemah lembut(pexels.com/Monstera Production)

Seseorang yang ingin memberi nasihat sangat ditekankan untuk memperhatikan pemilihan kata yang jauh dari unsur menggurui apalagi menyakiti hati. Gunakanlah kata-kata yang baik, sopan, dan tidak menyinggung perasaan orang yang diberi nasihat. Dengan begitu nasihat yang disampaikan akan didengar dan menghadirkan kesejukan dalam jiwa.

Menyampaikan nasihat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang merupakan cara yang sangat tepat untuk mengetuk pintu hati seseorang. Bahkan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menyampaikan nasihat kepada Fir'aun dengan bahasa yang lemah lembut, sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat kejam dan mengaku sebagai Tuhan. Hal tersebut dikabarkan dalam Al-Qur'an, surah Thaha ayat 44, Allah Ta'ala berfirman yang artinya,

"Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut."

Sebaliknya jika seseorang menasihati dengan cara yang keras lagi kasar, maka banyak orang yang akan berpaling dari nasihat tersebut. Hati mereka justru menjadi semakin jauh dari cahaya kebenaran. Nasihat yang diberikan itu menjadi sesuatu yang sia-sia dan tidak bermakna.

Baca Juga: 9 Nasihat Ibnu Arabi yang Bisa Membuat Spiritualmu Meningkat

3. Memberikan nasihat secara rahasia

5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!ilustrasi menasihati secara rahasia (pexels.com/nappy)

Saat menyampaikan nasihat hendaknya dilakukan di tempat yang tepat menyesuaikan dengan siapa yang akan diberi nasihat. Jika nasihat memang diperuntukkan untuk khalayak ramai, tentu nasihat tersebut disampaikan secara terang-terangan, seperti saat ceramah.

Berbeda ketika nasihat yang disampaikan itu ditujukan hanya kepada satu orang, maka harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau rahasia. Pasalnya, hampir setiap orang biasanya mau menerima nasihat hanya ketika sendirian.

Apabila nasihat yang disampaikan kepada seseorang itu dilakukan di depan banyak orang, justru akan dipandang sebagai ajang untuk mempermalukan orang yang dinasihati, meskipun si pemberi nasihat tidak memiliki niat demikian.

Saat memberikan nasihat harus benar-benar menjaga kehormatan dan martabat dari orang yang dinasihati. Sekelas Imam Syafi'i, sosok ulama yang cerdas dan salih saja tidak berkenan jika dinasihati saat ramai.

4. Hindari buruk sangka

5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!ilustrasi menasihati (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dalam menasihati seseorang hendaknya tidak didorong karena prasangka-prasangka yang buruk. Jangan sibuk menggali kesalahan-kesalahan orang lain. Apalagi sampai membuat-buat kesalahan yang nantinya disandarkan kepada mereka.

Suudzon atau buruk sangka juga merupakan perilaku yang harus dijauhi oleh umat Islam. Sebagaimana yang disebutkan dalam Firman-Nya, surah Al-Hujurat ayat 12, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya,

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."

Dalam hadits juga diterangkan mengenai larangan buruk sangka, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya,

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari No 6064, Muslim No 2563)

Sebagai seorang muslim sebaiknya senantiasa mencari kemungkinan-kemungkinan yang baik untuk saudara seagama. Karena seburuk apa pun seseorang dalam pandangan manusia, dia pasti memiliki sisi yang positif di dalam dirinya.

Jika mendengar kabar yang tidak jelas tentang saudara seagama, jangan mempercayai dan menyampaikan sepenuhnya, tetapi hendaknya melakukan tabayyun atau klarifikasi terlebih dahulu.

5. Mencari waktu yang tepat dan tidak memaksa

5 Adab Menasihati dalam Islam, Jangan di Tempat Ramai!ilustrasi menasihati (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Nasihat akan diterima dan membekas di hati apabila disampaikan pada waktu dan suasana yang tepat. Karena tidak setiap waktu orang yang diberi nasihat itu siap menerima wejangan atau petuah. Ketika hatinya tengah merasa marah atau sedih, kemungkinan besar ia akan menolak mentah-mentah nasihat tersebut.

Di sisi lain termasuk sebuah kezaliman tatkala seorang muslim memaksakan kehendaknya ketika memberi nasihat. Sebab tugas utama seorang muslim adalah menasihati saudaranya sewaktu melakukan kekeliruan.

Bukanlah sebuah kewajiban untuk memaksa seseorang mengikuti nasihat yang disampaikan. Jika seseorang mau mengikuti nasihat yang disampaikan kepadanya, itu berarti karena Allah yang telah menggerakkan hati mereka.

Dengan mengikuti adab-adab menasihati yang sesuai ajaran Islam, maka akan melahirkan nasihat yang penuh kebaikan dan mendatangkan ketentraman bagi orang-orang yang mendengar nasihat tersebut. Selain itu, diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas iman dan akhlak serta membina hubungan yang harmonis di masyarakat.

Baca Juga: 9 Kebiasaan Ini Bikin Orang Jarang Sakit, Menurut Ajaran Islam

Fajriyatun Najah Photo Verified Writer Fajriyatun Najah

Penyuka aksara dan segala hal berbau sederhana

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi

Berita Terkini Lainnya