Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024

Film Virgin Bash raih penghargaan di ajang internasional

Intinya Sih...

  • Film Virgin Bash meraih penghargaan di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024.
  • Debut Sarah Rizkina sebagai penulis skenario mencetak prestasi yang gemilang dengan kisah thriller mencekam.
  • Sarah berhasil mengatasi kesulitan dan belajar menulis naskah melalui berbagai pelatihan sebelum debut di BIFAN.

Jakarta, IDN Times - Prestasi gemilang ditorehkan sineas film Indonesia melalui keberhasilannya meraih penghargaan di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024. Dalam ajang internasional tersebut, movie project garapan IDN Pictures meraih Mocha Chai Laboratories Post Production Award untuk film Virgin Bash

Penghargaan yang diterima tak hanya memvalidasi kemampuan sineas tanah air, namun juga membuktikan kualitas perfilman secara global. Tentunya, penghargaan ini berhasil diraih berkat kerjasama dan usaha keras dari seluruh tim baik produser, sutradara, hingga penulis naskah. 

Sosok Sarah Rizkina adalah salah satu nama di balik kesuksesan film Virgin Bash yang berhasil berpartisipasi di BIFAN 2024. Bersama sutradara dan penulis skenario Randolph Zaini, Sarah berhasil merajut kisah tragis menjadi film thriller pertamanya yang sukses di kancah internasional.

Kisah perjuangan Sarah serta dedikasinya dituangkan dalam artikel #AkuPerempuan. Dalam wawancara eksklusif bersama IDN Times (25/7/24), perempuan ini membongkar perjalanan panjang di balik film Virgin Bash serta perjuangannya menjadi bagian dari sineas Indonesia.

1. Di balik layar Virgin Bash, kisah mencekam yang diangkat dari keresahan sehari-hari

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024Sarah Rizkina (kedua dari kanan). (dok. Poplicist/Arman Febriyan)

Debut Sarah sebagai penulis skenario mencetak prestasi yang gemilang. Virgin Bash atau Pesta Dara menghadirkan kisah thriller mencekam dengan plot dan karakter yang menarik. Hal ini terbukti dengan keberhasilannya mendapat perhatian insan perfilman dalam ajang BIFAN 2024. 

Sarah mengaku kisahnya diangkat dari keresahan sehari-hari. Kepekaan terhadap isu yang tengah ramai dibicarakan dengan menggali pengalaman dan emosi individu, menghasilkan kisah autentik yang sukses diapresiasi oleh pecinta film. 

"Jadi Virgin Bash itu tentang terrorize bachelorette party, di mana terjadi sesuatu lah di bachelorette party itu," papar Sarah. 

"Kita ingin ambil isu tentang pernikahan itu, apalagi di mata perempuan. Maksudnya, kadang tuh cukup sulit bicara tentang pernikahan karena cukup banyak ekspektasi juga sama perempuan," sambungnya.

Isu yang relevan dengan kehidupan di sekitar, memungkinkan Sarah dan tim untuk mendalami karakter secara lebih lugas. Pendekatan ini membuat Sarah dan tim leluasa mengembangkan plot dan karakter yang lebih personal, sensitif, dan kuat.

"Karena memang kita ingin mencari cerita yang deket sama orang-orang dan mungkin menjadi concern juga, sih. Concern untuk anak-anak muda, ya. Maksudnya, kita ingin bikin cerita yang memang menjadi keresahan banyak orang. Maksudnya, aku juga pernah merasakan kebimbangan sebelum menikah. Aku yakin juga ini bisa relate ke banyak orang yang mau nikah," aku Sarah yang banyak melakukan brainstorming bersama tim IDN Pictures dalam riset dan pengembangan karakter.

Diskusi terbuka bersama Randolph dan Susanti Dewi selaku produser IDN Pictures, menghasilkan karya yang memukau. Sarah menuturkan, naskah yang telah ditulisnya selama 2 tahun, telah melewati proses yang panjang untuk menjadi karya yang tak hanya menghibur, namun juga memiliki value.

2. Virgin Bash jadi film debut Sarah sebagai penulis skrip

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024Sarah Rizkina dan para sineas dalam Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024. (dok. Poplicist/Arman Febriyan)

Virgin Bash menandai debut Sarah di industri kreatif. Sebuah lompatan karier yang besar mengingat latar belakang pendidikannya di bidang bisnis. Bahkan, Sarah mengawali karier sebagai Business Development (BD) di rumah produksi IDN Pictures sebelum akhirnya bergabung dengan tim kreatif di production house yang sama. 

"Kesulitan sih pasti ya karena aku tuh sejujurnya bukan dari sekolah film. Terus, aku di IDN itu awalnya di BD. Iya, aku kayak setahun gitu jadi BD. Terus, aku dari dulu memang suka teater dan aku akhirnya mengajukan diri untuk menjadi tim kreatif," Sarah bagikan kesulitannya ketika memasuki dunia perfilman. 

Meski sempat mengalami kesulitan, pada akhirnya Sarah mampu mengeksplorasi kreativitas serta melihat peluang di bidang yang lebih dinamis. Keputusannya bukan sekadar tindakan nekat. Sarah belajar menulis naskah melalui berbagai pelatihan, salah satunya Indonesiana Film yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik indonesia.

"Pasti belajar dari teman-teman karena di tim kreatif itu, rata-rata sudah pada bisa menulis. Jadi aku belajar dari mereka, dari manajerku, aku banyak diajari. Terus juga, aku pernah ikut kayak program workshop film gitu tahun 2023, itu namanya Indonesiana film. Jadi, itu program satu tahun untuk develop film panjang," cerita Sarah. 

Tidak sia-sia Sarah mengikuti program inkubasi pengembangan skenario film panjang tersebut. Lokakarya yang berjalan selama setahun penuh tersebut, dipandu oleh pengajar profesional di dunia perfilman, sineas ternama Indonesia, dan mentor dari The University of Southern California School of Cinematic Arts (USC SCA).

Pelatihan ini menjadi modal besar untuk Sarah sebelum terjun meramaikan ekosistem perfilman Indonesia. "Aku banyak banget belajar dari situ sih secara penulisan, secara teori, dan secara praktik. Juga karena menulis itu kan bukan cuma teori. Menulis itu butuh juga kayak mentality di mana hasil tulisan kita harus dibahas sama orang-orang. Kita tuh harus diskusi, gak bisa nulis aja sendiri," papar alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

3. Meski mengalami kesulitan, Sarah tetap merasa enjoy dengan proses kepenulisan

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024Sarah Rizkina (tengah) bersama Randolph Zain (kiri) dan Susanti Dewi (kanan). (dok. Poplicist/Arman Febriyan)

Sebagai penulis skrip, Sarah menilai tak hanya kreativitas yang perlu ditonjolkan, namun juga mental. Sarah menekankan mental yang terbuka dengan kritik dan masukan akan sangat berguna bagi sineas film.

Diakui Sarah, ia banyak belajar dari Randolph yang telah terlebih dahulu terjun ke industri kreatif. Berkat bimbingan dan diskusi dengan Randolph, Sarah mampu mendalami bakatnya di bidang kepenulisan. 

"Pengalaman Randolph sudah sangat banyak dalam menulis dan aku bisa bilang dia mentor yang sangat baik untuk aku menulis. Aku senang banget dengan proses menulisnya, aku bener-bener belajar banget dan dia sangat open. Dia selalu diskusi sama aku," kata dia. Sarah menekankan bahwa proses menulis bukan sekadar aktivitas menciptakan cerita, melainkan pembelajaran yang mendalam di dunia yang baru ditekuninya. 

Menulis skenario film jadi wadah untuk mengeksplorasi emosi, pengalaman dan perspektif baru. Proses ini juga mendorong Sarah untuk memperdalam wawasan dan pemahaman akan peran baru yang tengah digeluti. Ia yakin karya yang autentik akan lahir dari proses yang penuh kegigihan dan pembelajaran.

"Aku tuh sebenarnya lebih suka menulis sih, kalau ditanya. Jadi, aku enjoy aja walaupun aku merasa susah banget dan butuh bertahap. Banyak kesabaran karena mungkin dulu aku merasa menulis 'oh, ya udah jadi', ditulis jadi, ternyata prosesnya gak kayak gitu. Maksudnya, ternyata aku nulis ini aja, tuh sudah hampir dua tahun gitu. Memang harus sabar tantangannya, harus mengetahui prosesnya, dan itu tadi sih, mentality yang dibutuhkan. Kita gak boleh terlalu baper juga kalau misalnya kita dapat feedback yang jelek karena film itu project kolaborasi," ungkap Sarah saat ditanya tantangannya. 

4. Filmnya diapresiasi hingga ke Korea Selatan, Sarah ungkap rasanya seperti mimpi

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024Sarah Rizkina dan para sineas dalam Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024. (dok. Poplicist/Arman Febriyan)

Jadi sosok di balik layar merupakan impian Sarah sejak lama. Kini, mimpi masa mudanya berhasil terwujud, bahkan ia mendapat apresiasi positif oleh kritikus film di kancah internasional. Meski alami jatuh bangun, Sarah tetap bahagia dengan milestone-nya.

"Aku dari dulu memang sangat-sangat tertarik sama film. Sebenarnya lebih ke performance art gitu sih karena dulu aku menari, teater, musik juga. Aku suka sih dengan media film yang bisa into semua hal yang aku suka. Jadi, dulu tuh memang aku ingin sekolah film, tapi belum bisa karena waktu itu orangtuaku belum bolehin. Jadi, aku sebenarnya lulus dari business school, kayak marketing gitu kan di ITB. Terus, aku kayak mencari jalan supaya bisa masuk ke film dengan workshop, kenalan sama orang, cari kerja yang memang menyerempet ke situ," cerita Sarah. 

Perjuangan Sarah buahkan hasil gemilang. Tekadnya untuk terjun ke dunia film serta kepiawaiannya merangkai kata, berhasil mengantarkan Sarah menjadi penulis skrip. Meski telah memimpikan sejak lama, namun baginya menjadi penulis naskah hingga debut di BIFAN masih terasa seperti mimpi.

"Menurut aku, ini kesempatan yang besar banget, sih. Maksudnya, untuk mimpi aku yang dari lama, dari SMA, dapetin ini tuh agak surreal, terharu gitu, apalagi kemarin dapat kesempatan ke Korea tuh, aku seneng banget," katanya. 

Baca Juga: Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat Tulisan

5. Sarah: cerita yang baik berangkat dari karakter yang kuat

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024(instagram.com/idnpictures)

Industri perfilman di Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif. Dibuktikan dengan pertumbuhan film festival dan komersial yang turut meramaikan ekosistem industri tersebut. Film dengan skala nasional mampu bersaing dengan sineas mancanegara untuk mempertontonkan karya terbaiknya. 

Sarah bagikan pengalamannya dalam mengembangkan cerita menjadi sebuah naskah film. Baginya, kunci utama untuk meramu film yang baik terletak pada karakter yang kuat dan mendalam. Karakter yang dibangun dengan emosi yang tepat, akan menghasilkan cerita yang natural dan berkesan.

"Aku tuh percaya cerita yang baik itu dari karakternya, sih. Bukan yang plot-based gitu. Tapi, aku suka dengan film-film yang karakternya memang kuat gitu, di mana di dalam film itu terlihat jelas motivasi dari karakter melakukan apa pun di dalam cerita. Jadi, karakter yang menggerakkan ceritanya, bukan plotnya atau treatment tren. Karena menurutku, itu yang bisa nge-guide orang untuk nonton," jelas Sarah. 

Selain kemampuan teknis, penulis juga perlu memiliki mental yang tangguh dalam berkarya. Kreativitas dan keahlian merangkai kata mungkin jadi modal besar bagi penulis naskah. Namun, sikap open minded terhadap ide dan feedback akan menghasilkan cerita yang lebih berkualitas.

Sarah bagikan perspektif pribadinya mengenai mental penulis, "Mental sih (penting) karena kadang ada juga penulis yang yang susah menerima feedback, inginnya, maunya, itu-itu aja. Tapi ya, sekali lagi ya, film gak bisa kalau kayak gitu karena ini produk kolaborasi. Malah aku kadang-kadang senang sih kalau misalnya dapat feedback, diskusi gitu karena kita bakal menemukan new horizon, new perspective dari orang lain."

6. Sarah akan turut meramaikan industri perfilman Indonesia sebagai penulis naskah

Kisah di Balik Layar Sarah Rizkina, Film Debutnya Sukses di BIFAN 2024Sarah Rizkina (kiri) dan Randolph Zain di acara BIFAN 2024. (dok. Poplicist/Arman Febriyan)

Keterlibatan Sarah di industri perfilman dapat mewakilkan sudut pandang, pengalaman, dan perspektif perempuan di layar kaca. Sarah akan memperpanjang daftar perempuan di industri kreatif, membuka pandangan masyarakat secara lebih luas.

Sarah juga bagikan pengalamannya terkait film layar lebar. Menurutnya, sebuah cerita dapat lahir dari diri sendiri, berangkat dari keresahan atau isu sosial di sekitar. 

"Aku merasa, cerita yang bagus itu berasal dari diri kita sendiri sebenarnya. Kayak gak usah kayak bikin film yang macam-macam, nanti treatment-nya gimana segala macam, gak. Tapi, benar-benar menulis dari diri sendiri aja sih, dari hati kita sendiri dan dari pengalaman kita sendiri gitu," tutupnya. 

Cerita jatuh-bangun Sarah dalam berkarya, mungkin menggugah pembaca untuk mengikuti jejaknya mengejar impian. Dari perjalanan Sarah, kita dapat belajar bagaimana sebuah mimpi dapat terealisasikan dengan tekad yang kuat. 

Baca Juga: Kisah Inspiratif Hanif dalam Menjaga Tanaman Buah Kalimantan

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya